Padang (ANTARA) -
Siang itu Ghulam Faritzul Qulub sedang fokus di kamar hotel milik Universitas Negeri Padang (UNP) yang berlokasi di Air Tawar, Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
Tangan pemuda itu tampak cekatan layaknya housekeeper profesional yang sedang mengatur tempat tidur serta membereskan seisi kamar yang baru saja ditinggal tamu hotel.
Jika tidak ditanya, tidak akan ada yang tahu kalau Ghulam sebenarnya siang itu sedang menjalani kuliah layaknya mahasiswa lain yang sedang memburu nilai.
Nama mata kuliahnya adalah Operasional Tata Graha, dan dosennya bernama Naseh Huluan yang langsung mengawal di kamar hotel.
Ghulam yang kini menginjak semester lima di program studi Manajemen Perhotelan Universitas Negeri Padang (UNP) masih terus melanjutkan pekerjaannya dengan tenang.
Walaupun tidak kuliah di dalam kelas seperti mahasiswa yang lain ia tetap menjalani tugas dengan serius, sebab kuliah tetaplah kuliah untuk mencari nilai.
Ghulam mengaku sistem pendidikan vokasi yang diterapkan oleh program studinya telah memberikan banyak pengalaman sebagai mahasiswa.
Mata serta wawasannya terbuka lebih lebar akan dunia industri berkat praktik demi praktik lapangan yang sudah dijalani.
Laki-laki itupun awalnya tidak menyangka kalau kuliah yang ia jalani akan bergelimang praktik seperti sekarang.
Dulu yang ada dalam bayangannya kuliah itu akan duduk dalam kelas lalu mempelajari segudang teori, tapi kini semua bayangannya telah berubah.
"Jujur saja saya sewaktu tamat SMA tidak membayangkan kuliah yang seperti ini, dimana kegiatan lebih banyak praktik lapangan," jelas Ghulam yang merupakan alumni SMA Pembangunan.
Selain itu, pendidikan vokasi juga telah mengantarkannya magang ke sebuah hotel bintang lima di daerah Jakarta selama enam bulan.
Karena para mahasiswa program studi Manajemen Perhotelan akan menjalani magang pada semester lima dan semester tujuh.
"Ada begitu banyak pelajaran serta pemahaman baru yang saya dapatkan selama magang, karena saya berhadapan langsung dengan tamu serta klien hotel," jelasnya.
Ia bertemu dengan banyak orang baru selama enam bulan, dan juga berkesempatan menjalin koneksi kerja yang lebih luas.
Tanpa mau se-Sumbar ia juga bercerita kalau sebenarnya sudah ada tempat yang akan menjadi loncatannya nanti untuk bekerja setelah wisuda.
Sementara itu tak jauh dari kamar yang sedang dibersihkan Ghulam, sekelompok anak muda sedang beraktivitas di dalam restoran hotel UNP.
Mereka tampak mengenakkan seragam hotel serta dasi dan sibuk mengatur alat makan di atas meja sambil menyodorkan menu kepada tamu.
Usut punya usut ternyata mereka bukan pegawai hotel, melainkan juga sekelompok mahasiswa semester tiga yang sedang menjalani mata kuliah Operasional Restoran Luar.
Aktivitas mereka di restoran saat itu dikawal langsung oleh sang Dosen Waryono yang juga mengenakkan seragam khas pegawai hotel.
Kondisi yang demikian sebenarnya bukanlah pemandangan yang mengherankan di dalam Hotel UNP.
Dikarenakan hotel itu selain menjalankan sisi komersil, di sisi lain juga menjadi laboraturium untuk praktik para mahasiswa Manajemen Perhotelan.
Kepala Laboratorium Manajemen Perhotelan Nidya Wulan Sari mengatakan mahasiswa mengisi berbagai titik layanan hotel, tergantung mata kuliah yang sedang dijalani.
Ada yang menjalani reservasi kamar, ada yang di restoran, ada yang di front office (kantor depan), laundry, hingga ke tahap manajerial.
Antara kuliah, praktik dan coffeshop
Tidak jauh dari Hotel UNP yang terletak di bagian depan kampus, ada perpustakaan yang berdiri gagah di bagian tengah.
Pada lantai satu tepatnya di dekat pintu masuk, terlihat sebuah coffeshop dengan enam orang pegawai di dalamnya.
Kafe tersebut menyediakan berbagai menu minuman kepada pembeli, mulai dari jenis kopi, latte, dan banyak lainnya.
Mereka tampak asyik membuatkan pesanan dari para mahasiswa yang datang ke perpustakaan satu per satu.
Satu di antara enam orang di dalam kafe itu adalah M Ikhwanul Fajri, laki-laki 23 tahun asal Padang yang menjadi barista.
Fajri juga merupakan mahasiswa Manajemen Perhotelan yang masuk tahun 2020, sementara lima lainnya adalah junior angkatan.
Ia menceritakan kafe yang sedang melayani para pembeli itu adalah wadah praktik bagi para mahasiswa di mata kuliah Coffe and Latte Art.
"Praktik seperti ini memang seru karena kita langsung berhadapan dengan pembeli, dan membuatkan pesanan secara langsung," katanya.
Selain itu, katanya, para mahasiswa yang terlibat juga mendapatkan pemasukan dari hasil penjualan kafe.
Fajri adalah mahasiswa Manajemen Perhotelan (D4), yang mengakui keunggulan dari sistem pendidikan vokasi yang diterapkan kampus.
Karena dengan vokasi kuliah yang ia jalani lebih banyak melakukan praktik langsung di lapangan, sehingga memperkaya pengalaman dirinya.
Laki-laki itu bercerita pada semester empat ia berkesempatan magang ke sebuah Resort yang ada di Batam, Kepulauan Riau selama enam bulan.
Selama di sana ia memperoleh berbagai perspektif baru dari dunia industri, apalagi tempat magangnya kebanyakan menerima tamu asing dari Singapura.
"Pengalaman magang membuat saya bisa sadar ternyata pemahaman selama ini masih sempit, magang akhirnya membuka mata saya secara lebih luas," katanya.
Fajri juga bercerita bagaimana orangtuanya sempat meragukan ketika ia memilih jurusan Manajemen Perhotelan dulu.
Orang tuanya ragu karena tidak tahu setelah lulus nanti akan bekerja sebagai apa, belum lagi stigma negatif yang dilekatkan kepada pekerjaan hotel.
"Alhamdulillah sekarang orang tua sudah memahaminya, ternyata banyak hal dan kemampuan bisa dimiliki di sini," katanya.
Selain itu berkat pengalaman ketika magang di Batam dulu, ia kini bisa mengambil pekerjaan harian di hotel untuk mencari pemasukan.
"Untungnya saya bisa bekerja mengambil part time jika tidak ada jadwal kuliah, kini kalau untuk jajan sehari-hari saya tidak perlu minta ke orang tua," katanya sambil tersenyum.
Hebatnya ia mengaku juga sudah punya bayangan akan bekerja dimana setelah wisuda nanti, karena selama magang Fajri juga terus mengembangkan relasinya.
Sementara itu Dosen pengampu mata kuliah Coffe and Latte Art yaitu Franserano Andres mengatakan kini ada tiga outlet dalam lingkungan kampus yang menjadi tempat anak-anak praktik.
Dua titik berada di gedung rektorat, sedangkan satu titik lainnya berada di gedung Perpustakaan.
"Untuk mata kuliah ini pertama tetap diberikan teori melalui kelas, pertemuan ketiga langsung praktik ke lapangan," jelasnya.
Ia mengatakan lewat praktik itu para mahasiswa langsung menerapkan ilmu serta teori yang mereka miliki, dan berhubungan langsung dengan para konsumen.
Menyiapkan lulusan siap kerja lewat Pendidikan Vokasi
Untuk diketahui UNP merupakan satu dari tiga kampus yang kini tergabung dalam Konsorsium Pendidikan Tinggi Vokasi Sumatra Barat.
Sementara dua kampus lainnya adalah Politeknik Negeri Padang dan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Pendidikan vokasi adalah sistem pendidikan yang terus dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.
Sistem pendidikan tersebut berperan penting dalam menciptakan tenaga kerja yang terampil dan siap kerja.
Artinya, sistem perkuliahan dan aktivitas akademis di kampus anggota konsorsium cenderung menitik beratkan kepada kebutuhan industri serta tenaga kerja.
Lewat sistem pendidikan vokasi, kampus benar-benar menyiapkan lulusan yang mumpuni dan berpengalaman untuk masuk ke dunia kerja.
Para mahasiswa di kampus pendidikan vokasi juga memiliki keunggulan karena setiap kampus memiliki mitra dan kerjasama dengan pihak industri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, kemampuan, serta riset.
Wakil Direktur I Vokasi UNP Bambang Heriyadi mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mendukung pelaksanaan sistem pendidikan vokasi di lingkungan perguruan tinggi.
Bahkan UNP telah menghimpun berbagai program studi yang ada ke bawah naungan Direktorat Pendidikan Vokasi seperti Perhotelan, Animasi, Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan, dan lainnya.