Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan platform Rapor Pendidikan Indonesia yang termasuk dalam program kebijakan Merdeka Belajar episode 19.
Program yang diluncurkan pada 1 April 2022 tersebut, merupakan tindak lanjut dari Asesmen Nasional (AN). Rapor Pendidikan menampilkan hasil asesmen dan juga survei nasional suatu satuan pendidikan maupun daerah.
Melalui Rapor Pendidikan, sekolah maupun daerah dapat menggunakan data dalam rapor tersebut untuk mengidentifikasi masalah, merefleksikan akarnya, dan membenahi kualitas pendidikan secara menyeluruh. Dengan data yang berasal dari Rapor Pendidikan tersebut, sekolah dapat menyusun rencana perbaikan sekolah berbasiskan data.
Terkait dengan program tersebut, Kepala SMP Muhammadiyah Al Mujahidin Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Agus Suraya, mengatakan data yang didapatkan dari Rapor Pendidikan digunakannya untuk pembenahan kualitas pendidikan di sekolahnya.
Rapor Pendidikan juga menjadi sumber data yang objektif dan andal di mana laporan disajikan secara otomatis dan terintegrasi.
Selain itu, dapat menjadi instrumen pengukuran untuk evaluasi sistem pendidikan secara keseluruhan baik untuk evaluasi internal maupun eksternal. Juga menjadi alat ukur yang berorientasi pada mutu dan pemerataan hasil belajar.
Platform penyajian data yang terpusat, sehingga satuan pendidikan tidak perlu menggunakan beragam aplikasi sehingga diharapkan dapat meringankan beban administrasi.
Melalui Rapor Pendidikan pula, permasalahan yang terjadi pada suatu indikator dapat dicari akar masalahnya dari indikator yang lain. Contohnya peserta didik yang memiliki kompetensi literasi, numerasi dan karakter yang melebihi level yang diharapkan maka berkaitan dengan kualitas proses pembelajaran, lingkungan pembelajaran, tata kelola dan perbaikan pembelajaran, serta kompetensi guru dan kepala sekolah.
Terdapat lima dimensi di dalam Rapor Pendidikan yakni Dimensi A, Dimensi B, Dimensi C, Dimensi D, dan Dimensi E. Kelima dimensi tersebut merupakan satu rangkaian proses pembelajaran yang dimulai dari output, proses, dan juga input.
Di SMP Al Mujahidin sendiri, untuk kemampuan literasi meraih nilai 2,6 dari total 3. Sebanyak 60 persen siswa berada pada tahap mahir dan 40 persen pada tahan cakap. Sedangkan untuk kemampuan numerasi meraih skor 2,07, yang mana 27 persen siswa memiliki kemampuan pada tahap dasar, 53 persen cakap dan 20 persen pada tahap mahir.
Sementara untuk karakter, meraih nilai 2,94 yang mana kemandirian siswa 14 persen, gotong royong 17 persen , kreativitas 17 persen, bernalar kritis 17 persen, kebinekaan global 17 persen, dan siswanya beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Setelah profil pendidikan tahun didapatkan, maka sekolah akan melakukan langkah-langkah yang dimulai dari identifikasi, refleksi, dan benahi. Proses identifikasi mulai dari mengunduh data dari platform Rapor Pendidikan, merujuk pada daftar indikator prioritas dan menetapkan indikator rapor sebagai masalah yang akan diintervensi. Selanjutnya refleksi dengan melakukan analisis untuk mencari akar masalah, dan terakhir benahi dengan membuat program dan kegiatan sebagai solusi untuk setiap akar masalah yang ditetapkan.
Dari tiga tahapan tersebut ditentukan program dan kegiatan prioritas dan dimasukkan ke dalam dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Agus menjelaskan ada sejumlah perbaikan yang direkomendasikan oleh Rapor Pendidikan bagi sekolahnya seperti proporsi guru dan tenaga kependidikan bersertifikat yang masih pada tahap kurang atau baru 12,12 persen. Kemudian kemampuan pedagogi yang baru 10 persen dan manajerial guru dan tenaga kependidikan masih dalam tahap merintis.
Rekomendasi lainnya, meningkatkan layanan sekolah untuk murid cerdas dan bakat istimewa. Sekolah juga melakukan sejumlah kegiatan diantaranya pembinaan guru dan tenaga kependidikan, uji publik kurikulum, bina prestasi, pelatihan penanggulangan kebakaran, dan lainnya.
Hasilnya, sebanyak 90 persen guru dapat menyusun modul ajar dan alur tujuan pembelajaran dengan benar, 80 persen guru dapat melaksanakan pembelajaran terdiferensiasi, penambahan jumlah guru yang bersertifikasi yakni sebanyak tiga guru, hingga peningkatan capaian prestasi siswa dari 64 prestasi pada 2019/2020 menjadi 155 prestasi pada 2021/2022.
“Data dari Rapor Pendidikan ini, sangat bermanfaat untuk perbaikan mutu di sekolah kami,” kata Agus.
Kolaborasi
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Sapen 1 Yogyakarta, Agung Rahmanto, mengatakan perlu adanya kolaborasi dengan banyak pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah itu. Apalagi sekolah tersebut merupakan sekolah swasta.
Data dari Rapor Pendidikan dimanfaatkan untuk menyusun program sekolah selama satu tahun ke depan agar upaya untuk mengembangkan satuan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan akan semakin terarah.
Rapor Pendidikan ini juga membuat sekolah untuk terus berbenah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan data Rapor Pendidikan, Agung mengakui ada sejumlah elemen yang perlu diperbaiki, diantaranya pengalaman pelatihan guru dan tenaga kependidikan, pengetahuan bidang studi dan pedagogi yang masih dalam tahap merintis.
Aspek lain yang perlu dibenahi dalam hal kesetaraan gender yang mana masih dalam tahap cakap. Hal itu dikarenakan sekolah tersebut berbasis Islam sehingga ada pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan.
Upaya intervensi dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan seperti peningkatan pengalaman guru dan tenaga kependidikan. Dalam menyusun program sekolah diupayakan menggunakan data pada Rapor Pendidikan tersebut.
“Kami berupaya dalam proses pendidikan harus berbudaya, siswanya memiliki kebhinekaan global dan berakhlakul kharimah. Untuk itu, kami bekerja sama dengan sejumlah sekolah di luar negeri seperti Taiwan, Thailand, India, Malaysia, dan lainnya,” kata Agung.
Ke depan, dia berharap agar sampel dalam Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) disesuaikan dengan kondisi sekolah. Tidak sebatas hanya 30 siswa yang mengikuti ANBK untuk setiap sekolah.
Sehingga hasil ANBK yang tertuang dalam Rapor Pendidikan tersebut lebih menggambarkan kondisi sebenarnya di sekolah tersebut dan data yang disajikan benar-benar valid.
Para guru dan tenaga pendidikan diharapkan juga tidak boleh cepat berpuas diri dengan apa yang diterima terkait prestasi dalam proses pembelajaran, tapi harus kreatif dan inovatif serta memiliki pola pikir yang terus tumbuh.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rapor Pendidikan, mudahkan sekolah lakukan perencanaan
Program yang diluncurkan pada 1 April 2022 tersebut, merupakan tindak lanjut dari Asesmen Nasional (AN). Rapor Pendidikan menampilkan hasil asesmen dan juga survei nasional suatu satuan pendidikan maupun daerah.
Melalui Rapor Pendidikan, sekolah maupun daerah dapat menggunakan data dalam rapor tersebut untuk mengidentifikasi masalah, merefleksikan akarnya, dan membenahi kualitas pendidikan secara menyeluruh. Dengan data yang berasal dari Rapor Pendidikan tersebut, sekolah dapat menyusun rencana perbaikan sekolah berbasiskan data.
Terkait dengan program tersebut, Kepala SMP Muhammadiyah Al Mujahidin Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Agus Suraya, mengatakan data yang didapatkan dari Rapor Pendidikan digunakannya untuk pembenahan kualitas pendidikan di sekolahnya.
Rapor Pendidikan juga menjadi sumber data yang objektif dan andal di mana laporan disajikan secara otomatis dan terintegrasi.
Selain itu, dapat menjadi instrumen pengukuran untuk evaluasi sistem pendidikan secara keseluruhan baik untuk evaluasi internal maupun eksternal. Juga menjadi alat ukur yang berorientasi pada mutu dan pemerataan hasil belajar.
Platform penyajian data yang terpusat, sehingga satuan pendidikan tidak perlu menggunakan beragam aplikasi sehingga diharapkan dapat meringankan beban administrasi.
Melalui Rapor Pendidikan pula, permasalahan yang terjadi pada suatu indikator dapat dicari akar masalahnya dari indikator yang lain. Contohnya peserta didik yang memiliki kompetensi literasi, numerasi dan karakter yang melebihi level yang diharapkan maka berkaitan dengan kualitas proses pembelajaran, lingkungan pembelajaran, tata kelola dan perbaikan pembelajaran, serta kompetensi guru dan kepala sekolah.
Terdapat lima dimensi di dalam Rapor Pendidikan yakni Dimensi A, Dimensi B, Dimensi C, Dimensi D, dan Dimensi E. Kelima dimensi tersebut merupakan satu rangkaian proses pembelajaran yang dimulai dari output, proses, dan juga input.
Di SMP Al Mujahidin sendiri, untuk kemampuan literasi meraih nilai 2,6 dari total 3. Sebanyak 60 persen siswa berada pada tahap mahir dan 40 persen pada tahan cakap. Sedangkan untuk kemampuan numerasi meraih skor 2,07, yang mana 27 persen siswa memiliki kemampuan pada tahap dasar, 53 persen cakap dan 20 persen pada tahap mahir.
Sementara untuk karakter, meraih nilai 2,94 yang mana kemandirian siswa 14 persen, gotong royong 17 persen , kreativitas 17 persen, bernalar kritis 17 persen, kebinekaan global 17 persen, dan siswanya beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Setelah profil pendidikan tahun didapatkan, maka sekolah akan melakukan langkah-langkah yang dimulai dari identifikasi, refleksi, dan benahi. Proses identifikasi mulai dari mengunduh data dari platform Rapor Pendidikan, merujuk pada daftar indikator prioritas dan menetapkan indikator rapor sebagai masalah yang akan diintervensi. Selanjutnya refleksi dengan melakukan analisis untuk mencari akar masalah, dan terakhir benahi dengan membuat program dan kegiatan sebagai solusi untuk setiap akar masalah yang ditetapkan.
Dari tiga tahapan tersebut ditentukan program dan kegiatan prioritas dan dimasukkan ke dalam dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Agus menjelaskan ada sejumlah perbaikan yang direkomendasikan oleh Rapor Pendidikan bagi sekolahnya seperti proporsi guru dan tenaga kependidikan bersertifikat yang masih pada tahap kurang atau baru 12,12 persen. Kemudian kemampuan pedagogi yang baru 10 persen dan manajerial guru dan tenaga kependidikan masih dalam tahap merintis.
Rekomendasi lainnya, meningkatkan layanan sekolah untuk murid cerdas dan bakat istimewa. Sekolah juga melakukan sejumlah kegiatan diantaranya pembinaan guru dan tenaga kependidikan, uji publik kurikulum, bina prestasi, pelatihan penanggulangan kebakaran, dan lainnya.
Hasilnya, sebanyak 90 persen guru dapat menyusun modul ajar dan alur tujuan pembelajaran dengan benar, 80 persen guru dapat melaksanakan pembelajaran terdiferensiasi, penambahan jumlah guru yang bersertifikasi yakni sebanyak tiga guru, hingga peningkatan capaian prestasi siswa dari 64 prestasi pada 2019/2020 menjadi 155 prestasi pada 2021/2022.
“Data dari Rapor Pendidikan ini, sangat bermanfaat untuk perbaikan mutu di sekolah kami,” kata Agus.
Kolaborasi
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Sapen 1 Yogyakarta, Agung Rahmanto, mengatakan perlu adanya kolaborasi dengan banyak pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah itu. Apalagi sekolah tersebut merupakan sekolah swasta.
Data dari Rapor Pendidikan dimanfaatkan untuk menyusun program sekolah selama satu tahun ke depan agar upaya untuk mengembangkan satuan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan akan semakin terarah.
Rapor Pendidikan ini juga membuat sekolah untuk terus berbenah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan data Rapor Pendidikan, Agung mengakui ada sejumlah elemen yang perlu diperbaiki, diantaranya pengalaman pelatihan guru dan tenaga kependidikan, pengetahuan bidang studi dan pedagogi yang masih dalam tahap merintis.
Aspek lain yang perlu dibenahi dalam hal kesetaraan gender yang mana masih dalam tahap cakap. Hal itu dikarenakan sekolah tersebut berbasis Islam sehingga ada pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan.
Upaya intervensi dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan seperti peningkatan pengalaman guru dan tenaga kependidikan. Dalam menyusun program sekolah diupayakan menggunakan data pada Rapor Pendidikan tersebut.
“Kami berupaya dalam proses pendidikan harus berbudaya, siswanya memiliki kebhinekaan global dan berakhlakul kharimah. Untuk itu, kami bekerja sama dengan sejumlah sekolah di luar negeri seperti Taiwan, Thailand, India, Malaysia, dan lainnya,” kata Agung.
Ke depan, dia berharap agar sampel dalam Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) disesuaikan dengan kondisi sekolah. Tidak sebatas hanya 30 siswa yang mengikuti ANBK untuk setiap sekolah.
Sehingga hasil ANBK yang tertuang dalam Rapor Pendidikan tersebut lebih menggambarkan kondisi sebenarnya di sekolah tersebut dan data yang disajikan benar-benar valid.
Para guru dan tenaga pendidikan diharapkan juga tidak boleh cepat berpuas diri dengan apa yang diterima terkait prestasi dalam proses pembelajaran, tapi harus kreatif dan inovatif serta memiliki pola pikir yang terus tumbuh.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rapor Pendidikan, mudahkan sekolah lakukan perencanaan