Padang (ANTARA) - Salah satu Guru Besar Universitas Negeri Padang (UNP) di Bidang Ilmu Pendidikan Kewirausahaan, Prof Asmar Yulastri, Ph.D mengembangkan model pelatihan Smart Enterpreneur Model (SEM) guna meningkatkan kualitas lulusannya.
"Kualitas lulusan perguruan tinggi saat ini harus berdaya saing dan responsif serta memiliki jiwa 'enterpreneur'," kata Prof Asmar di Padang, Senin.
Ia mengatakan keterlibatan mahasiswa dalam berbagai program kewirausahaan masih terbatas baik dari segi jumlah maupun kualitasnya.
Bahkan, sebagian mahasiswa yang sudah lolos dan menjalankan kegiatan wirausaha masih sulit berkembang dan ada beberapa diantaranya sudah tidak aktif lagi.
Menurut dia, hal tersebut disebabkan oleh faktor mindset wirausaha yang belum terbangun, rendahnya kemampuan teknologi dan informasi, kurangnya modal, manajerial, pelatihan dan pementoran dalam menjalankan usaha.
Atas permasalahan tersebut, lanjutnya diperlukan model pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa yang menitikberatkan pada mindset, karakteristik, perilaku, motivasi serta kemampuan berwirausaha dengan pelaksanaan pementoran dari praktisi dan bimbingan dari akademisi.
"Hal ini merupakan karakteristik dari model pelatihan kewirausahaan SEM yang saya kembangkan. SEM dirancang berdasarkan kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan pementoran bagi peserta sehingga kegiatan usaha betul-betul terbimbing," ucapnya.
Lebih jauh, ia mengatakan tujuan pelatihan kewirausahaan SEM secara umum adalah untuk meningkatkan jumlah dan lulusan wirausaha di kalangan mahasiswa dan lulusan UNP yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian negara.
Ia menyampaikan, pengembangan model pelatihan SEM memiliki tahapan-tahapan yang telah dibuktikan valid. Proses dan tahapannya dilakukan dengan kaidah ilmiah.
"Yakni melalui tahapan penelitian pengembangan dengan model ADDIE yang dimulai dengan tahap Analisis, Design, Development, Implementation dan Evaluation," ujarnya.
Selanjutnya, dari proses penelitian pengembangan itu dihasilkan sembilan fase, mulai dari persiapan peserta pelatihan, psikometri tes (pretest), penetapan peserta pada penentuan mentor, pelatihan mindset dan proses wirausaha.
Berikutnya adalah pekerjaan proyek, pemantauan proyek, seminar dan laporan, psikometri tes (postest) dan terakhir evaluasi proyek.
Ia menambahkan, SEM layak dijadikan pedoman oleh perguruan tinggi yang menysusun program untuk menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan diri menjadi wirausahawan mandiri di era kemajuan teknologi dan globalisasi berdasarkan nilai Indeks Kewirausahaan seseorang.
"Kualitas lulusan perguruan tinggi saat ini harus berdaya saing dan responsif serta memiliki jiwa 'enterpreneur'," kata Prof Asmar di Padang, Senin.
Ia mengatakan keterlibatan mahasiswa dalam berbagai program kewirausahaan masih terbatas baik dari segi jumlah maupun kualitasnya.
Bahkan, sebagian mahasiswa yang sudah lolos dan menjalankan kegiatan wirausaha masih sulit berkembang dan ada beberapa diantaranya sudah tidak aktif lagi.
Menurut dia, hal tersebut disebabkan oleh faktor mindset wirausaha yang belum terbangun, rendahnya kemampuan teknologi dan informasi, kurangnya modal, manajerial, pelatihan dan pementoran dalam menjalankan usaha.
Atas permasalahan tersebut, lanjutnya diperlukan model pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa yang menitikberatkan pada mindset, karakteristik, perilaku, motivasi serta kemampuan berwirausaha dengan pelaksanaan pementoran dari praktisi dan bimbingan dari akademisi.
"Hal ini merupakan karakteristik dari model pelatihan kewirausahaan SEM yang saya kembangkan. SEM dirancang berdasarkan kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan pementoran bagi peserta sehingga kegiatan usaha betul-betul terbimbing," ucapnya.
Lebih jauh, ia mengatakan tujuan pelatihan kewirausahaan SEM secara umum adalah untuk meningkatkan jumlah dan lulusan wirausaha di kalangan mahasiswa dan lulusan UNP yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian negara.
Ia menyampaikan, pengembangan model pelatihan SEM memiliki tahapan-tahapan yang telah dibuktikan valid. Proses dan tahapannya dilakukan dengan kaidah ilmiah.
"Yakni melalui tahapan penelitian pengembangan dengan model ADDIE yang dimulai dengan tahap Analisis, Design, Development, Implementation dan Evaluation," ujarnya.
Selanjutnya, dari proses penelitian pengembangan itu dihasilkan sembilan fase, mulai dari persiapan peserta pelatihan, psikometri tes (pretest), penetapan peserta pada penentuan mentor, pelatihan mindset dan proses wirausaha.
Berikutnya adalah pekerjaan proyek, pemantauan proyek, seminar dan laporan, psikometri tes (postest) dan terakhir evaluasi proyek.
Ia menambahkan, SEM layak dijadikan pedoman oleh perguruan tinggi yang menysusun program untuk menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan diri menjadi wirausahawan mandiri di era kemajuan teknologi dan globalisasi berdasarkan nilai Indeks Kewirausahaan seseorang.