Padang (ANTARA) -
Seminar internasional melibatkan minimal lima negara penting untuk mensosialisasikan hasil penelitian, membangun jejaring antarpeneliti dan akademisi serta sebagai salah satu upaya untuk mendorong budaya meneliti dalam dunia perguruan tinggi.
“Sekarang budaya meneliti kita di tingkat perguruan tinggi belum begitu baik. Padahal banyak masalah di tengah masyarakat yang bisa diselesaikan melalui penelitian. Ini yang sedang coba kita dorong, salah satunya lewat pelaksanaan seminar internasional,” kata Kepala LLDikti X Prof Herri, M.BA di Padang, Rabu.
Ia mengatakan itu usai membuka International Convention on Health Science and Biotechnology (ICHB) yang diselenggarakan oleh Universitas Baiturrahmah Padang bekerja sama dengan Stikes Widya Dharma Husada Tangerang secara virtual pada 3-4 November 2021.
Ia menjelaskan Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan hanya berupa pengabdian masyarakat tetapi sebuah rangkaian mulai dari mengajar, meneliti, kemudian diaplikasikan berupa pengabdian masyarakat.
Saat ini menurutnya jumlah penelitian di bawah LLDikti Wilayah X ada peningkatan setiap tahun dari segi jumlah, namun masih belum sesuai dengan harapan.
Ada berapa persoalan yang menjadi kendala diantaranya persyaratan skim untuk dana penelitian itu minimal doktor, sementara jumlah doktor di perguruan tinggi baru berkisar 6-8 persen dari jumlah dosen.
Ada persyaratan skim untuk non doktor tetapi hanya bisa maksimal dua kali, setelah itu tidak diperkenankan lagi.
“Salah satu solusinya adalah sperti yang dilakukan Universitas Baiturahmah dengan membiayai penelitian dosen secara mandiri yang hasilnya bisa pula disajikan dalam seminar yang digelar secara reguler oleh universitas,” ujarnya.
Ia menyebut dengan upaya bersama pemerintah dan universitas secara mandiri, diharapkan semangat penelitian akan menjadi budaya akademik di Indonesia.
Lebih jauh, Heri mengatakan seminar internasional yang digelar jangan hanya sekadar seminar, lalu selesai. Harus menghasilkan manfaat yang bisa diimplementasikan di tengah masyarakat.
Sementara itu Rektor Unbrah Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S mengatakan tema yang diambil dalam seminar internasional itu disesuaikan dengan kondisi saat ini yaitu "The Role of Health Sciences and Biotechnology Innovation in The New Normal Era".
“Kita berharap seminar ini menjadi sarana dalam meyebarluaskan hasil penelitian antara sesama peneliti dan akademisi supaya hasilnya bisa dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat di tengah pandemi COVID-19,” ujarnya.
Kesediaan pembicara dari lima negara termasuk Indonesia untuk ikut dalam seminar tersebut menjadi bukti bahwa tema yang diangkat dinilai penting dan bermanfaat sehingga diharapkan bisa pula membantu masyarakat.
Karena dalam masa pandemi, maka pelaksanaan ICHB yang pertama tersebut dilakukan sepenuhnya secara daring. Tidak hanya melibatkan peneliti dan akademisi tetapi juga mengikutsertakan mahasiswa dalam upaya membangun budaya penelitian sejak kuliah.
ICHB tersebut menurutnya akan digelar secara reguler setiap tahun dengan nama yang sama, tetapi tema berbeda. Salah satunya bertujuan untuk menambah jejaring dalam dan luar negeri.
Ketua Panitia drg. Abu Bakar, P.hD. menyebut selama dua hari pelaksanaan hadir secara daring dan menjadi keynote speaker para pakar dari India, Taiwan, Thailand, Jepang dan Indonesia. Menristek BRIN 2019-2021 Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D ikut memberikan sambutan.
Ikut menjadi keynote speaker Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D. yang merupakan Direktur BPJS Kesehatan serta invite Speaker dari Universitas Baiturrahmah diwakili drg. Valendriyani Ningrum, P.hD.
Ratusan peneliti dan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia dan beberapa di Asia ikut meramaikan kegiatan International Convention on Health Science and Biotechnology (ICHB) tersebut. Ikut hadir dalam pembukaan Ketua Yayasan Pendidikan Baiturrahmah Hj Maizarnis.***3***
Seminar internasional melibatkan minimal lima negara penting untuk mensosialisasikan hasil penelitian, membangun jejaring antarpeneliti dan akademisi serta sebagai salah satu upaya untuk mendorong budaya meneliti dalam dunia perguruan tinggi.
“Sekarang budaya meneliti kita di tingkat perguruan tinggi belum begitu baik. Padahal banyak masalah di tengah masyarakat yang bisa diselesaikan melalui penelitian. Ini yang sedang coba kita dorong, salah satunya lewat pelaksanaan seminar internasional,” kata Kepala LLDikti X Prof Herri, M.BA di Padang, Rabu.
Ia mengatakan itu usai membuka International Convention on Health Science and Biotechnology (ICHB) yang diselenggarakan oleh Universitas Baiturrahmah Padang bekerja sama dengan Stikes Widya Dharma Husada Tangerang secara virtual pada 3-4 November 2021.
Ia menjelaskan Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan hanya berupa pengabdian masyarakat tetapi sebuah rangkaian mulai dari mengajar, meneliti, kemudian diaplikasikan berupa pengabdian masyarakat.
Saat ini menurutnya jumlah penelitian di bawah LLDikti Wilayah X ada peningkatan setiap tahun dari segi jumlah, namun masih belum sesuai dengan harapan.
Ada berapa persoalan yang menjadi kendala diantaranya persyaratan skim untuk dana penelitian itu minimal doktor, sementara jumlah doktor di perguruan tinggi baru berkisar 6-8 persen dari jumlah dosen.
Ada persyaratan skim untuk non doktor tetapi hanya bisa maksimal dua kali, setelah itu tidak diperkenankan lagi.
“Salah satu solusinya adalah sperti yang dilakukan Universitas Baiturahmah dengan membiayai penelitian dosen secara mandiri yang hasilnya bisa pula disajikan dalam seminar yang digelar secara reguler oleh universitas,” ujarnya.
Ia menyebut dengan upaya bersama pemerintah dan universitas secara mandiri, diharapkan semangat penelitian akan menjadi budaya akademik di Indonesia.
Lebih jauh, Heri mengatakan seminar internasional yang digelar jangan hanya sekadar seminar, lalu selesai. Harus menghasilkan manfaat yang bisa diimplementasikan di tengah masyarakat.
Sementara itu Rektor Unbrah Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S mengatakan tema yang diambil dalam seminar internasional itu disesuaikan dengan kondisi saat ini yaitu "The Role of Health Sciences and Biotechnology Innovation in The New Normal Era".
“Kita berharap seminar ini menjadi sarana dalam meyebarluaskan hasil penelitian antara sesama peneliti dan akademisi supaya hasilnya bisa dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat di tengah pandemi COVID-19,” ujarnya.
Kesediaan pembicara dari lima negara termasuk Indonesia untuk ikut dalam seminar tersebut menjadi bukti bahwa tema yang diangkat dinilai penting dan bermanfaat sehingga diharapkan bisa pula membantu masyarakat.
Karena dalam masa pandemi, maka pelaksanaan ICHB yang pertama tersebut dilakukan sepenuhnya secara daring. Tidak hanya melibatkan peneliti dan akademisi tetapi juga mengikutsertakan mahasiswa dalam upaya membangun budaya penelitian sejak kuliah.
ICHB tersebut menurutnya akan digelar secara reguler setiap tahun dengan nama yang sama, tetapi tema berbeda. Salah satunya bertujuan untuk menambah jejaring dalam dan luar negeri.
Ketua Panitia drg. Abu Bakar, P.hD. menyebut selama dua hari pelaksanaan hadir secara daring dan menjadi keynote speaker para pakar dari India, Taiwan, Thailand, Jepang dan Indonesia. Menristek BRIN 2019-2021 Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D ikut memberikan sambutan.
Ikut menjadi keynote speaker Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D. yang merupakan Direktur BPJS Kesehatan serta invite Speaker dari Universitas Baiturrahmah diwakili drg. Valendriyani Ningrum, P.hD.
Ratusan peneliti dan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia dan beberapa di Asia ikut meramaikan kegiatan International Convention on Health Science and Biotechnology (ICHB) tersebut. Ikut hadir dalam pembukaan Ketua Yayasan Pendidikan Baiturrahmah Hj Maizarnis.***3***