Musi Rawas, (Antara) - Warga yang berdiam di tepian dua sungai besar di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, yang selama ini menjadi langganan banjir enggan direlokasi.
"Meski setiap tahunnya menjadi langganan banjir, akibat luapan Sungai Musi dan Sungai Rawas, yang meliputi 30 desa dalam lima kecamatan atau sebanyak 9.492 KK kepala keluarga saat ini masih belum mau direlokasi," kata Kepala Bidang Bantuan Sosial pada Dinas Sosial Musi Rawas, Azwar, saat dihubungi Minggu.
Warga yang tidak mau direlokasi dari pemukiman ditepian Sungai Musi dan Sungai Rawas tersebut, diketahui dari pendataan yang dilakukan terutama di daerah aliran sungai (DAS) Musi dan DAS Rawas. Mereka menolak direlokasi ketempat yang lebih tinggi, dengan alasan sudah biasa menghadapi banjir dan memilih tetap berdiam disekitar sungai karena lebih dekat dengan kebun, dekat dengan keluarga besar dan alasan lainnya.
Kendati ada penolakan untuk relokasi oleh warga yang bermukim di bantaran dua sungai besar di daerah itu pihaknya saat ini masih terus melakukan pendekatan, karena proses relokasinya akan dibiayai sepenuhnya oleh pemkab setempat serta diberikan lahan pekarangan untuk perumahan dikawasan aman dari banjir.
Warga yang berdiam di bantaran dua sungai besar di daerah ini, tambah dia, tersebar dalam 30 desa dalam lima kecamatan yang setiap tahunnya menjadi langganan banjir tahunan akibat luapan Sungai Musi dan Sungai Rawas, antara lain warga yang berdiam di tepian Sungai Musi yakni pada 10 desa di Kecamatan Muara Lakitan dengan jumlah 4.167 KK.
Warga lainnya yang berdiam ditepian Sungai Musi terdapat di tiga desa di Kecamatan Muara Kelingi dengan jumlah 650 KK serta di Kecamatan Bulang Tengah Suku (BTS) Ulu dalam dua desa dengan 900 KK. Selanjutnya warga yang berdiam di tepian Sungai Rawas yang tersebar dalam tujuh desa di Kecamatan Karang Dapo sebanyak 3.333 KK. Kemudian delapan desa di Kecamatan Rawas Ilir dengan jumlah 442 KK.
Untuk itu dia berhadap kalangan warga yang bermukim di tepian sungai besar di daerah itu nantinya mau dipindahkan ke daerah yang lebih tinggi, sehingga bencana alam banjir tahunan di daerah ini tidak menelan korban jiwa maupun harta benda yang lebih banyak lagi, mengingat pada awal 2013 lalu banjir ini telah merendam 7.000 lebih perumahan warga kendati tidak memakan korban jiwa namun kerugian mencapai miliaran rupiah, akibat harta benda yang hilang atau rusak matinya ternak, lahan pertanian yang rusak maupun rusaknya sarana publik. (*/jno)