Padang (ANTARA) - Depan tahun silam tepatnya Juli 2013 Sumatera Barat sempat mengalami krisis listrik sehingga terjadinya pemadaman bergilir serentak.
Pemadaman tersebut tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, namun juga menyebabkan kerugian terutama bagi pelaku usaha.
Salah satu yang terimbas adalah para tukang pangkas rambut yang tak bisa berbuat banyak mengingat dalam bekerja mereka butuh pencahayaan yang terang dan untuk memotong rambut juga menggunakan mesin.
Tak hanya itu para pemilik usaha foto copy, rental komputer dan lainnya tidak bisa apa-apa. Orderan pelanggan menjadi terlambat akibat pemadaman tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun saat itu terjadi gangguan operasional sejumlah pembangkit milik PLN yaitu PLTA Maninjau, Singkarak, dan Koto Panjang tidak dapat beroperasi penuh karena sumber air masih dalam kondisi kritis berupa elevasi debit air rendah untuk menggerakkan turbin sehingga pemadaman bergilir tidak dapat dielakkan .
Bahkan tercatat hingga Oktober 2013 PLN mengalami defisit daya sekitar 199 mega watt, terutama saat beban puncak pemakaian pukul 18.00-04.00 WIB.
Namun itu dulu, delapan tahun berlalu semua berubah. Pada 2020 kapasitas listrik di Sumbar memiliki kelebihan daya hingga 130 mega watt yang dapat digunakan sebagai cadangan dan juga memenuhi kebutuhan investor yang berinvestasi.
"Saat ini beban daya puncak mencapai 590 MW, namun kapasitas yang ada 720 MW," kata General Manager PLN Wilayah Sumatera Barat Bambang Dwiyanto.
Menurut dia surplusnya daya listrik di Sumbar karena ada beberapa pembangkit energi terbarukan yang sudah mulai beroperasi mulai dari Pembangkit Listrik Geothermal di Solok Selatan hingga beberapa Pembangkit Listrik Mikrohidro.
"Kondisi ini berbeda dengan beberapa enam tahun lalu yang masih kekurangan daya listrik," kata dia.
Ia mengatakan adanya kelebihan ini dipastikan tidak ada lagi pemadaman rutin bergilir akibat kekurangan daya.
"Lain halnya kalau ada gangguan alam," kata dia.
Bambang mengatakan dengan kondisi ini potensial bagi para pemodal untuk berinvestasi di Sumbar karena listrik tersedia dan mencukupi
Ia mengatakan secara teknis jika cadangan terlalu besar juga memakan biaya yang besar kendati saat ini sudah ada interkoneksi di Sumatera.
Energi Terbarukan
Bagi generasi 1990an di bangku sekolah selalu diajarkan sumber energi pembangkit tenaga listrik ada beberapa macam yaitu dari Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA, Pembangkit Listrik Tenaga Generator dan Uap hingga Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Ketika itu belum berkembang pengetahuan soal energi terbarukan yang dapat menjadi pembangkit listrik. Padahal semua sumber energi pembangkit listrik tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dalam artian ketika habis maka sulit dicari penggantinya.
Di negara maju, penggunaan energi terbarukan telah lama dikembangkan mulai dari angin, air, ombak laut, panas bumi hingga matahari.
Sementara pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih tertinggal dan jika ini tidak diantisipasi akan menjadi masalah serius karena permintaan energi melebihi pertumbuhan pasokan energi.
Akademisi Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Uyung Gatot S Dinata mengemukakan potensi energi terbarukan di daerah ini cukup besar untuk dapat dikembangkan sebagai pengganti energi fosil.
"Sumatera Barat kaya akan sumber energi terbarukan mulai dari air, biomasa, matahari, panas bumi, angin , gelombang laut, dan biogas," kata dia.
Menurut dia sumber energi terbarukan tersebut banyak yang belum dikelola padahal secara teknologi sudah banyak pakar yang ahli serta berkompeten dapat mengoperasikannya terutama untuk pembangkit listrik tenaga air.
Selain itu ia menilai salah satu energi terbarukan yang cukup potensial dikembangkan di Sumbar adalah biogas yaitu mengolah kotoran sapi menjadi energi listrik.
Apalagi Sumbar daerah yang potensial dalam bidang peternakan dimana konsumsi sapi lebih tinggi dibandingkan daerah lain sehingga energi biogas juga lebih banyak dapat dihasilkan.
Tidak hanya itu pelepah dan cangkang sawit juga dapat diolah menjadi energi listrik yang lebih ramah lingkungan, ujar dia.
Ia menilai secara operasional pemanfaatan energi terbarukan tersebut jauh lebih ramah lingkungan dan tidak merusak alam dibandingkan pembangkit listrik dari bahan bakar fosil.
Akan tetapi pada beberapa jenis memang butuh investasi mahal seperti panas bumi dan energi dari gelombang laut, kata dia.
Uyung menilai salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi terbarukan adalah soal perizinan yang dinilai cukup panjang.
Sebaiknya pemerintah daerah lebih mempermudah izin pengurusan pembangkit listrik tenaga air sehingga semakin banyak dibuat akan lebih memenuhi kebutuhan daerah, lanjut dia.
Ia menambahkan setiap hari kebutuhan listrik terus bertambah oleh sebab itu sebagai alternatif harus terus dikembangkan sumber-sumber energi terbarukan untuk dapat dikembangkan guna memenuhi kebutuhan.
Mikro Hidro
Warga masyarakat yang ada di Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan yang berjarak 213 kilometer dari kota Padang kini bisa tersenyum lega menikmati listrik yang lebih stabil tegangannya.
Di daerah itu sejak Februari 2020 telah beroperasi Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTM) Sako 1 menghasilkan daya 2x3 mega watt mampu mengaliri listrik untuk 12 ribu rumah dengan daya terpasang 450 watt.
"Pembangunan PLTM Sako 1 merupakan komitmen kami untuk mewujudkan pencapaian 23 persen pembangkit listri energi terbarukan pada bauran energi nasional 2025 yang menjadi salah satu program pemerintah," kata Direktur Utama PT Brantas Abipraya Bambang E. Marsono.
PT Brantas Abipraya merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi berkomitmen mendukung pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), dengan membangun Pembangkit Listik Tenaga Mini Hidro memanfaatkan aliran sungai Sako di Tapan.
Berlokasi di Nagari Sungai Gambir Sako, Tapan, Kecamatan Ranah Ampek Hulu, PLTM Sako 1 mampu menghasilkan daya listrik sebesar 2x3 Mega Watt yang dibangun sejak April 2016 hingga September 2019.
"Ini merupakan sinergi BUMN, pelaksanaan Commercial Operation Date sudah ditandatangani awal Januari 2020 dengan PLN wilayah Sumbar," kata dia,
Ia berharap pembangkit ini akan menambah dukungan ketersediaan dan keandalan listrik bagi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dan sekitar.
"Tak hanya itu, diharapkan dengan adanya PLTM Sako 1 ini dapat memberikan manfaat lebih pada sumber daya alam setempat yang tidak menimbulkan polusi," kata.
Hal ini pun menjadikan PLTM Sako 1 adalah investasi energi yang ramah lingkungan sehingga dapat menurunkan emisi karbon dalam isu pemanasan global, kata dia.
Lokasinya yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan ini pula diharapkan bakal menyokong pertumbuhan ekonomi regional, katanya lagi.
Sementara Direktur Utama Brantas Energi Cakrawala Nurtjahja menjelaskan sistem operasi PMTM Sako I diawali dengan melakukan pengalihan air sungai melalu bendung setinggi empat meter dan selebar delapan meter yang dimasukan ke saluran water way sepanjang 4,3 kilometer.
Setelah itu air masuk ke kolam penenang dan baru dimasukan ke dalam power house untuk menghasilkan energi listrik.
Listrik tersebut disalurkan ke tiga gardu hubung Tapan, Lunang dan Kumbung dengan panjang jaringan 16 kilometer, katanya
General Manajer PLN Wilayah Sumbar Bambang Widyanto menyambut baik peresmian PLTM Sako 1 karena merupakan bentuk dukungan atas penyediaan pembangkit listrik dari energi terbarukan.
Ia menilai keberadaan pembangkit ini juga meningkatkan kualitas tegangan listrik karena daerah ini jauh dari gardu.
"Sebelumnya gardu induk ada di daerah Balai Selasa dengan adanya PLTM Sako 1 tegangan lebih stabil sehingga lampu tidak redup," kata dia.
Ia menyampaikan kapasitas PLTM ini mampu aliri 12.000 rumah dengan daya terpasang 450 watt dan 6.000 rumah jika daya terpasang 900 watt.
Pemadaman tersebut tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, namun juga menyebabkan kerugian terutama bagi pelaku usaha.
Salah satu yang terimbas adalah para tukang pangkas rambut yang tak bisa berbuat banyak mengingat dalam bekerja mereka butuh pencahayaan yang terang dan untuk memotong rambut juga menggunakan mesin.
Tak hanya itu para pemilik usaha foto copy, rental komputer dan lainnya tidak bisa apa-apa. Orderan pelanggan menjadi terlambat akibat pemadaman tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun saat itu terjadi gangguan operasional sejumlah pembangkit milik PLN yaitu PLTA Maninjau, Singkarak, dan Koto Panjang tidak dapat beroperasi penuh karena sumber air masih dalam kondisi kritis berupa elevasi debit air rendah untuk menggerakkan turbin sehingga pemadaman bergilir tidak dapat dielakkan .
Bahkan tercatat hingga Oktober 2013 PLN mengalami defisit daya sekitar 199 mega watt, terutama saat beban puncak pemakaian pukul 18.00-04.00 WIB.
Namun itu dulu, delapan tahun berlalu semua berubah. Pada 2020 kapasitas listrik di Sumbar memiliki kelebihan daya hingga 130 mega watt yang dapat digunakan sebagai cadangan dan juga memenuhi kebutuhan investor yang berinvestasi.
"Saat ini beban daya puncak mencapai 590 MW, namun kapasitas yang ada 720 MW," kata General Manager PLN Wilayah Sumatera Barat Bambang Dwiyanto.
Menurut dia surplusnya daya listrik di Sumbar karena ada beberapa pembangkit energi terbarukan yang sudah mulai beroperasi mulai dari Pembangkit Listrik Geothermal di Solok Selatan hingga beberapa Pembangkit Listrik Mikrohidro.
"Kondisi ini berbeda dengan beberapa enam tahun lalu yang masih kekurangan daya listrik," kata dia.
Ia mengatakan adanya kelebihan ini dipastikan tidak ada lagi pemadaman rutin bergilir akibat kekurangan daya.
"Lain halnya kalau ada gangguan alam," kata dia.
Bambang mengatakan dengan kondisi ini potensial bagi para pemodal untuk berinvestasi di Sumbar karena listrik tersedia dan mencukupi
Ia mengatakan secara teknis jika cadangan terlalu besar juga memakan biaya yang besar kendati saat ini sudah ada interkoneksi di Sumatera.
Energi Terbarukan
Bagi generasi 1990an di bangku sekolah selalu diajarkan sumber energi pembangkit tenaga listrik ada beberapa macam yaitu dari Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA, Pembangkit Listrik Tenaga Generator dan Uap hingga Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Ketika itu belum berkembang pengetahuan soal energi terbarukan yang dapat menjadi pembangkit listrik. Padahal semua sumber energi pembangkit listrik tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dalam artian ketika habis maka sulit dicari penggantinya.
Di negara maju, penggunaan energi terbarukan telah lama dikembangkan mulai dari angin, air, ombak laut, panas bumi hingga matahari.
Sementara pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih tertinggal dan jika ini tidak diantisipasi akan menjadi masalah serius karena permintaan energi melebihi pertumbuhan pasokan energi.
Akademisi Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Uyung Gatot S Dinata mengemukakan potensi energi terbarukan di daerah ini cukup besar untuk dapat dikembangkan sebagai pengganti energi fosil.
"Sumatera Barat kaya akan sumber energi terbarukan mulai dari air, biomasa, matahari, panas bumi, angin , gelombang laut, dan biogas," kata dia.
Menurut dia sumber energi terbarukan tersebut banyak yang belum dikelola padahal secara teknologi sudah banyak pakar yang ahli serta berkompeten dapat mengoperasikannya terutama untuk pembangkit listrik tenaga air.
Selain itu ia menilai salah satu energi terbarukan yang cukup potensial dikembangkan di Sumbar adalah biogas yaitu mengolah kotoran sapi menjadi energi listrik.
Apalagi Sumbar daerah yang potensial dalam bidang peternakan dimana konsumsi sapi lebih tinggi dibandingkan daerah lain sehingga energi biogas juga lebih banyak dapat dihasilkan.
Tidak hanya itu pelepah dan cangkang sawit juga dapat diolah menjadi energi listrik yang lebih ramah lingkungan, ujar dia.
Ia menilai secara operasional pemanfaatan energi terbarukan tersebut jauh lebih ramah lingkungan dan tidak merusak alam dibandingkan pembangkit listrik dari bahan bakar fosil.
Akan tetapi pada beberapa jenis memang butuh investasi mahal seperti panas bumi dan energi dari gelombang laut, kata dia.
Uyung menilai salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi terbarukan adalah soal perizinan yang dinilai cukup panjang.
Sebaiknya pemerintah daerah lebih mempermudah izin pengurusan pembangkit listrik tenaga air sehingga semakin banyak dibuat akan lebih memenuhi kebutuhan daerah, lanjut dia.
Ia menambahkan setiap hari kebutuhan listrik terus bertambah oleh sebab itu sebagai alternatif harus terus dikembangkan sumber-sumber energi terbarukan untuk dapat dikembangkan guna memenuhi kebutuhan.
Mikro Hidro
Warga masyarakat yang ada di Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan yang berjarak 213 kilometer dari kota Padang kini bisa tersenyum lega menikmati listrik yang lebih stabil tegangannya.
Di daerah itu sejak Februari 2020 telah beroperasi Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTM) Sako 1 menghasilkan daya 2x3 mega watt mampu mengaliri listrik untuk 12 ribu rumah dengan daya terpasang 450 watt.
"Pembangunan PLTM Sako 1 merupakan komitmen kami untuk mewujudkan pencapaian 23 persen pembangkit listri energi terbarukan pada bauran energi nasional 2025 yang menjadi salah satu program pemerintah," kata Direktur Utama PT Brantas Abipraya Bambang E. Marsono.
PT Brantas Abipraya merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi berkomitmen mendukung pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), dengan membangun Pembangkit Listik Tenaga Mini Hidro memanfaatkan aliran sungai Sako di Tapan.
Berlokasi di Nagari Sungai Gambir Sako, Tapan, Kecamatan Ranah Ampek Hulu, PLTM Sako 1 mampu menghasilkan daya listrik sebesar 2x3 Mega Watt yang dibangun sejak April 2016 hingga September 2019.
"Ini merupakan sinergi BUMN, pelaksanaan Commercial Operation Date sudah ditandatangani awal Januari 2020 dengan PLN wilayah Sumbar," kata dia,
Ia berharap pembangkit ini akan menambah dukungan ketersediaan dan keandalan listrik bagi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dan sekitar.
"Tak hanya itu, diharapkan dengan adanya PLTM Sako 1 ini dapat memberikan manfaat lebih pada sumber daya alam setempat yang tidak menimbulkan polusi," kata.
Hal ini pun menjadikan PLTM Sako 1 adalah investasi energi yang ramah lingkungan sehingga dapat menurunkan emisi karbon dalam isu pemanasan global, kata dia.
Lokasinya yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan ini pula diharapkan bakal menyokong pertumbuhan ekonomi regional, katanya lagi.
Sementara Direktur Utama Brantas Energi Cakrawala Nurtjahja menjelaskan sistem operasi PMTM Sako I diawali dengan melakukan pengalihan air sungai melalu bendung setinggi empat meter dan selebar delapan meter yang dimasukan ke saluran water way sepanjang 4,3 kilometer.
Setelah itu air masuk ke kolam penenang dan baru dimasukan ke dalam power house untuk menghasilkan energi listrik.
Listrik tersebut disalurkan ke tiga gardu hubung Tapan, Lunang dan Kumbung dengan panjang jaringan 16 kilometer, katanya
General Manajer PLN Wilayah Sumbar Bambang Widyanto menyambut baik peresmian PLTM Sako 1 karena merupakan bentuk dukungan atas penyediaan pembangkit listrik dari energi terbarukan.
Ia menilai keberadaan pembangkit ini juga meningkatkan kualitas tegangan listrik karena daerah ini jauh dari gardu.
"Sebelumnya gardu induk ada di daerah Balai Selasa dengan adanya PLTM Sako 1 tegangan lebih stabil sehingga lampu tidak redup," kata dia.
Ia menyampaikan kapasitas PLTM ini mampu aliri 12.000 rumah dengan daya terpasang 450 watt dan 6.000 rumah jika daya terpasang 900 watt.