Padang (ANTARA) - Suatu ketika di pertengahan 1975 seorang anak SD menenteng termos berisi es yang ia jajakan berkeliling kampung.
Menjual es ia lakoni sepulang sekolah dengan berjalan dari satu ladang ke ladang lainnya. Saat ada anak-anak sebayanya bermain sepak bola maka ia memilih menjajakan es di pinggir lapangan.
Saat teman seusianya asyik bermain sepak bola ia memilih menambah uang jajan dengan berjualan es karena menyadari terlahir dari keluarga sederhana sehingga jika ingin memperoleh uang jajan lebih harus berusaha sendiri.
Usai es jualannya habis ia pun turut serta bermain sepak bola, olahraga yang murah dan merakyat bersama kawan-kawannya.
Anak penjual es itu adalah Mahyeldi yang kini menjabat sebagai Wali Kota Padang. Sosok yang akrab disapa buya itu terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang buruh angkat di Pasar Banto Bukittinggi dan sang ibunda seorang ibu rumah tangga yang membantu suami dengan membordir mukena di rumah.
Kehidupan masa kecilnya pun terbilang biasa dan sederhana jauh dari kesenangan sebagaimana anak-anak seusianya.
Saat orang tuanya memutuskan pindah ke Dumai Mahyeldi memilih bekerja sebagai tukang bungkus ikan untuk pembeli di pasar. Pekerjaan itu dilakoninya setiap hari sebelum berangkat ke sekolah.
Mahyeldi bersyukur dengan upah ikan segar yang didapatnya. Otomatis, keluarganya tidak perlu lagi membeli ikan .
"Bisuak jan dibali juo ikan lai Mak, beko Idi agiah amak ikan nan rancak," ucapnya pada sang ibunda.
Kini siapa sangka anak yang semasa kecil ditempa beragam kesulitan namun tetap berupaya hidup mandiri telah menjadi orang nomor satu di Kota Padang.
Kisahnya bermula saat terjadi reformasi pada 1998 dan ketika itu keran politik terbuka lebar ditandai dengan berdirinya sejumlah partai baru di Tanah Air.
Sebagai aktivis dakwah ia ikut mempelopori berdirinya Partai Keadilan kala itu di Sumatera Barat. Seiring perjalanan waktu PK pun bertransformasi menjadi Partai Keadilan Sejahtera yang pengurusnya didominasi anak-anak muda dengan semangat keislaman yang kental.
Mahyeldi pun didaulat menjadi ketua DPW PKS Sumbar dan pada pemilu 2004 ia mendapatkan amanah sebagai wakil rakyat di DPRD Sumbar sekaligus sebagai Wakil Ketua DPRD.
Sepak terjangnya sebagai Wakil Ketua DPRD Sumbar yang berasal dari daerah pemilihan Padang membuat Fauzi Bahar yang saat hendak maju kembali sebagai wali kota Padang kedua kalinya terpikat dan meminangnya untuk menjadi orang nomor dua di Padang.
Pada pilkada Padang 2009 Mahyeldi bersama Fauzi Bahar melenggang sebagai pemenang dan perjalanan baru di lini eksekutif pun ia mulai.
Tepat 18 Februari 2009 secara resmi Mahyeldi menjalankan amanah baru sebagai wakil wali kota Padang 2009-2013 mendampingi Fauzi Bahar.
Kendati telah menjadi orang nomor dua di kota Padang ia senantiasa menyapa warga dengan santun. Bahkan Mahyeldi spontan membuka kaca mobilnya jika kebetulan bertemu orang-orang ketika dia sedang di dalam mobil.
Ia memahami hakikat jabatan yang dipercayakan hari ini adalah amanah masyarakat. Untuk itu sudah seharusnya seorang pemimpin menjadi figur terdepan dalam melayani masyarakat.
Baginya sudah saatnya menghapuskan paradigma bahwa seorang pemimpin adalah penguasa dan harus dilayaninya. Selama menjabat sebagai Wakil Wali Kota Padang sosok yang ramah dan mudah senyum itu konsen dengan ekonomi kerakyatan.
Ia mengagas berdirinya Koperasi Jasa Keuangan Syariah, suatu lembaga koperasi yang memberi akses permodalan dan lapangan kerja bagi warga Padang khususnya pada sektor usaha kecil dan menengah. Atas keseriusannya, Mahyeldi menjadi satu-satunya Wakil Wali Kota yang menerima penghargaan koperasi langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 Juli 2013.
Menariknya, mantan Wali Kota Padang Zuiyen Rais menilai Mahyeldi termasuk pasangan kepala daerah yang akur dengan Wali Kota .
Sudah menjadi rahasia umum lagi, banyak ditemukan pasangan kepala daerah yang tidak sejalan. Mereka hanya akur satu tahun pertama dan tahun berikutnya sudah jalan sendiri-sendiri.
Sementara, Mahyeldi dinilai dapat menempatkan diri sebagai wakil yang baik bagi wali Kota Padang Fauzi Bahar. Ia dapat menerjemahkan perintah yang diberikan Wali Kota serta dapat berbagai tugas . Selama ini belum pernah terdengar diantara keduanya berselisih paham atau mengalami ketidakcocokan.
Amanah pun berlanjut pada 13 Mei 2014 Mahyeldi dilantik sebagai orang nomor satu di Padang usai memenangkan pilkada bersama Emzalmi.
Lima tahun sesudahnya pada 13 Mei 2019 ia kembali dipercaya warga kota untuk memimpin bersama Hendri Septa. Ia benar-benar memulai karirnya dari nol karena sebelumnya bukan siapa-siapa dan terlahir dari orang tua sederhana.
Mardanis sang Ayah memang meyakini suatu hari putra sulungnya akan jadi orang besar karena memiliki kemauan keras, tekun, gigih, dan tidak pantang menyerah. (adv)
Penulis adalah juru bicara Mahyeldi-Audy Joinaldy
Baca juga: Mahyeldi Sang Penyeru Kebaikan sebelum menjadi apapun
Baca juga: Mahyeldi Sosok Pemimpin Bertangan Dingin
Menjual es ia lakoni sepulang sekolah dengan berjalan dari satu ladang ke ladang lainnya. Saat ada anak-anak sebayanya bermain sepak bola maka ia memilih menjajakan es di pinggir lapangan.
Saat teman seusianya asyik bermain sepak bola ia memilih menambah uang jajan dengan berjualan es karena menyadari terlahir dari keluarga sederhana sehingga jika ingin memperoleh uang jajan lebih harus berusaha sendiri.
Usai es jualannya habis ia pun turut serta bermain sepak bola, olahraga yang murah dan merakyat bersama kawan-kawannya.
Anak penjual es itu adalah Mahyeldi yang kini menjabat sebagai Wali Kota Padang. Sosok yang akrab disapa buya itu terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang buruh angkat di Pasar Banto Bukittinggi dan sang ibunda seorang ibu rumah tangga yang membantu suami dengan membordir mukena di rumah.
Kehidupan masa kecilnya pun terbilang biasa dan sederhana jauh dari kesenangan sebagaimana anak-anak seusianya.
Saat orang tuanya memutuskan pindah ke Dumai Mahyeldi memilih bekerja sebagai tukang bungkus ikan untuk pembeli di pasar. Pekerjaan itu dilakoninya setiap hari sebelum berangkat ke sekolah.
Mahyeldi bersyukur dengan upah ikan segar yang didapatnya. Otomatis, keluarganya tidak perlu lagi membeli ikan .
"Bisuak jan dibali juo ikan lai Mak, beko Idi agiah amak ikan nan rancak," ucapnya pada sang ibunda.
Kini siapa sangka anak yang semasa kecil ditempa beragam kesulitan namun tetap berupaya hidup mandiri telah menjadi orang nomor satu di Kota Padang.
Kisahnya bermula saat terjadi reformasi pada 1998 dan ketika itu keran politik terbuka lebar ditandai dengan berdirinya sejumlah partai baru di Tanah Air.
Sebagai aktivis dakwah ia ikut mempelopori berdirinya Partai Keadilan kala itu di Sumatera Barat. Seiring perjalanan waktu PK pun bertransformasi menjadi Partai Keadilan Sejahtera yang pengurusnya didominasi anak-anak muda dengan semangat keislaman yang kental.
Mahyeldi pun didaulat menjadi ketua DPW PKS Sumbar dan pada pemilu 2004 ia mendapatkan amanah sebagai wakil rakyat di DPRD Sumbar sekaligus sebagai Wakil Ketua DPRD.
Sepak terjangnya sebagai Wakil Ketua DPRD Sumbar yang berasal dari daerah pemilihan Padang membuat Fauzi Bahar yang saat hendak maju kembali sebagai wali kota Padang kedua kalinya terpikat dan meminangnya untuk menjadi orang nomor dua di Padang.
Pada pilkada Padang 2009 Mahyeldi bersama Fauzi Bahar melenggang sebagai pemenang dan perjalanan baru di lini eksekutif pun ia mulai.
Tepat 18 Februari 2009 secara resmi Mahyeldi menjalankan amanah baru sebagai wakil wali kota Padang 2009-2013 mendampingi Fauzi Bahar.
Kendati telah menjadi orang nomor dua di kota Padang ia senantiasa menyapa warga dengan santun. Bahkan Mahyeldi spontan membuka kaca mobilnya jika kebetulan bertemu orang-orang ketika dia sedang di dalam mobil.
Ia memahami hakikat jabatan yang dipercayakan hari ini adalah amanah masyarakat. Untuk itu sudah seharusnya seorang pemimpin menjadi figur terdepan dalam melayani masyarakat.
Baginya sudah saatnya menghapuskan paradigma bahwa seorang pemimpin adalah penguasa dan harus dilayaninya. Selama menjabat sebagai Wakil Wali Kota Padang sosok yang ramah dan mudah senyum itu konsen dengan ekonomi kerakyatan.
Ia mengagas berdirinya Koperasi Jasa Keuangan Syariah, suatu lembaga koperasi yang memberi akses permodalan dan lapangan kerja bagi warga Padang khususnya pada sektor usaha kecil dan menengah. Atas keseriusannya, Mahyeldi menjadi satu-satunya Wakil Wali Kota yang menerima penghargaan koperasi langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 Juli 2013.
Menariknya, mantan Wali Kota Padang Zuiyen Rais menilai Mahyeldi termasuk pasangan kepala daerah yang akur dengan Wali Kota .
Sudah menjadi rahasia umum lagi, banyak ditemukan pasangan kepala daerah yang tidak sejalan. Mereka hanya akur satu tahun pertama dan tahun berikutnya sudah jalan sendiri-sendiri.
Sementara, Mahyeldi dinilai dapat menempatkan diri sebagai wakil yang baik bagi wali Kota Padang Fauzi Bahar. Ia dapat menerjemahkan perintah yang diberikan Wali Kota serta dapat berbagai tugas . Selama ini belum pernah terdengar diantara keduanya berselisih paham atau mengalami ketidakcocokan.
Amanah pun berlanjut pada 13 Mei 2014 Mahyeldi dilantik sebagai orang nomor satu di Padang usai memenangkan pilkada bersama Emzalmi.
Lima tahun sesudahnya pada 13 Mei 2019 ia kembali dipercaya warga kota untuk memimpin bersama Hendri Septa. Ia benar-benar memulai karirnya dari nol karena sebelumnya bukan siapa-siapa dan terlahir dari orang tua sederhana.
Mardanis sang Ayah memang meyakini suatu hari putra sulungnya akan jadi orang besar karena memiliki kemauan keras, tekun, gigih, dan tidak pantang menyerah. (adv)
Penulis adalah juru bicara Mahyeldi-Audy Joinaldy
Baca juga: Mahyeldi Sang Penyeru Kebaikan sebelum menjadi apapun
Baca juga: Mahyeldi Sosok Pemimpin Bertangan Dingin