Padang, (ANTARA) - Novrial membagikan banyak foto destinasi wisata cantik di akun media sosialnya. Foto-foto itu dokumentasi Dinas Pariwisata Sumbar, kualitasnya lumayan baik dengan pengambilan angle yang baik pula. Maklum, tujuan awalnya memang untuk promosi.
Promosi adalah roh pariwisata selain tiga komponen penting lainnya, yakni atraksi; amenitas; dan aksesibilitas. Promosi, baik sengaja atau tidak, bisa membuat destinasi tiba-tiba "booming". Terkenal. Lalu dikunjungi banyak orang. Lalu uang datang. Perekonomian berputar kencang.
Tapi siapa bisa menyangka ternyata foto-foto bagus itu tiba-tiba saja bisa "tidak laku". Tak begitu berefek lagi untuk promosi. Yah, pandemi COVID-19 yang datang seperti hantu telah merontokkan sektor pariwisata.
Promosi apa pula yang perlu dilakukan jika pada saat bersamaan tidak ada seorangpun yang diizinkan bepergian untuk wisata? Bila permintaan tidak ada, maka penawaran pun tidak ada harganya. Itu hukumnya.
Pada saat pandemi, keselamatan masyarakat adalah nomor satu. Lalu pariwisata nomor berapa? Tak bijak bila mendesak seperti itu pula. Tidak relevan.
Regulasi pada masa pandemi dibuat untuk bisa memberikan perlindungan terbaik bagi warga negara. Pembatasan-pembatasan dilakukan. Aktivitas dianjurkan dilakukan di rumah saja.
Tidak kerja, tidak ada wisata. Semua serba tidak bisa untuk kebaikan bersama. Tambah banyak aktivitas berkumpul di luar rumah akan semakin besar kemungkinan Coronavirus menyebar. Menginfeksi. Membunuh.
Namun di tengah kondisi itu, Novrial tetap berkeras untuk membagikan foto-foto pariwisata Sumbar di berbagai media sosial yang terintegrasi dengan Dinas Pariwisata.
Menjaga ingatan
Sebagai Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, ia juga meminta anggotanya dan semua pemangku kepentingan untuk melakukan hal yang sama. "Setidaknya, upaya itu bisa (sedikit banyak) menjaga ingatan tentang pariwisata. Sebuah sikap optimis di tengah kelumpuhan yang parah," katanya.
Ya. Foto-foto itu bukan lagi untuk promosi. Tetapi untuk menjaga ingatan wisatawan tentang pariwisata. Tentang destinasi-destinasi menarik yang ada di Sumbar. Destinasi yang terbentang dari dasar laut hingga puncak gunung. Dari anggunnya tari-tarian hingga nikmatnya rendang yang menggoda lidah untuk bergoyang.
Novrial ingin orang terus mengingat itu hingga saat segala sekat pembatasan mulai dibuka, maka keinginan pertama itu adalah berwisata. Menikmati "kebebasan" dengan segala keindahan. Keindahan Ranah Minang, tentu saja.
Sekat itu akhirnya dibuka Senin 8 Juni 2020, setelah "terkunci" sejak pertengahan Maret 2020, ketika kasus positif COVID-19 pertama diidentifikasi di daerah itu. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebut seluruh tempat wisata, kecuali pemandian umum bisa dibuka kembali dengan penerapan protokol kesehatan terutama memastikan wisatawan menggunakan masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak.
Irwan mengatakan, pembukaan destinasi wisata itu akan membantu pemulihan perekonomian Sumbar setelah dihantam wabah COVID-19. Karena selain sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa yang di dalamnya banyak melibatkan industri pariwisata adalah penyumbang terbesar untuk Product Domestic Regional Brutto (PDRB) Sumbar.
Ia menilai sektor pertanian tidak terlalu parah terdampak COVID-19. Produksi tetap jalan dan hasilnya tetap dibeli. Berbeda dengan sektor industri dan jasa yang benar-benar telak kena hantam. Karena itu, wajar bila sektor itu diberikan stimulus.
Stimulus yang diberikan kepada sektor wisata diantaranya adalah fasilitas untuk tes usap (swab) gratis bagi wisatawan dan pelaku usaha pariwisata. Jika dilakukan secara mandiri, masyarakat harus membayar sekitar Rp 2,5 juta untuk mengikuti tes usap PCR tersebut.
"Berwisata boleh, asalkan sedang dalam kondisi sehat. Untuk memastikan kita berikan tes usap gratis bagi wisatawan yang datang melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Untuk memastikan destinasi, tempat kuliner hingga hotel aman COVID-19, kita juga tes usap seluruh pelaku usaha pariwisata termasuk pegawai restoran dan hotel. Ini agar wisatawan merasa aman dan nyaman untuk berkunjung dan menginap di Sumbar," katanya.
Selain itu, seluruh Rumah Sakit yang ada di Sumbar juga siap mendukung, memberikan jaminan pelayanan maksimal bagi wisatawan yang datang dan tiba-tiba butuh pelayanan medis. Sistem pelayanan yang baik dan cepat untuk merespon kasus-kasus darurat di seluruh RS telah terbangun semakin baik, "dipaksa" oleh kondisi pandemi.
Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Sumbar Hendri Agung Indrianto menyebut untuk memperlihatkan pada wisatawan bahwa Sumbar sudah siap menerima wisatawan, pihaknya melakukan promosi dan sosialisasi, sementara fokus di media sosial dan media massa.
Tim kesenian kembali tampil di pintu kedatangan Bandara Internasional Minangkabau. Setiap penumpang yang turun akan disuguhi tari-tarian khas untuk penghormatan tamu diiringi suara talempong dan alat musik tradisional lain secara live performance.
Sejumlah video sosialisasi diproduksi, tentang kesiapan berbagai pihak mulai dari BIM, rumah makan, hotel hingga destinasi yang menerapkan protokol kesehatan. "Karena Coronavirus masih mengintai, maka kitalah yang harus arif untuk bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru agar tetap bisa merasakan nikmatnya berwisata," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Novrial bersama Kepala Biro Antara Sumbar Maswandi dan penggiat pariwisata. (ANTARA/Miko Elfisha)
Protokol kesehatan
Disiplin penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata sudah menjadi sebuah keniscayaan yang harus dijadikan sebuah kebiasaan baru bagi semua wisatawan. Setidaknya, kata Gubernur Irwan Prayitno, hingga vaksin Coronavirus ditemukan. Namun untuk memulai kebiasaan baru itu kadang memang rada susah.
Menggunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak itu kalau belum terbiasa, memang agak menjadi beban. Namun, jika terus menerus dilakukan sehingga menjadi kebiasaan, lama-lama malah akan jadi sebuah kebutuhan. Seperti ada yang hilang jika itu tidak dilakukan.
Menjelang kebiasaan itu menjadi kebutuhan, perlu dukungan berupa pengawasan dari pemerintah daerah hingga pengelola destinasi. Tidak boleh letih untuk terus mengingatkan wisatawan tentang tiga kebiasaan itu, masker, cuci tangan dan jaga jarak.
Novrial menyebut pihaknya sudah menggelar rapat koordinasi dengan seluruh Dinas Pariwisata di Sumbar. Pengawasan penerapan protokol kesehatan di destinasi masuk dalam pembahasan, selain beberapa hal yang juga dianggap penting.
Bahkan agar daerah termotivasi, khusus dalam penilaian penghargaan Peduli Wisata Award (PWA) 2020, penerapan protokol kesehatan di destinasi masuk sebagai salah satu indikator. Daerah yang secara prinsip menyetujui penerapannya, tetapi di lapangan ternyata abai, akan mendapatkan nilai negatif.
Pemprov Sumbar memang tetap akan memberikan penghargaan Peduli Wisata Award (PWA) Sumatera Barat 2020 bagi kabupaten/kota yang dinilai memiliki perhatian serius dalam pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata.
Penghargaan itu untuk memotivasi sekaligus mendorong keseriusan kabupaten dan kota dalam mengembangkan pariwisata yang berkualitas sehingga benar-benar layak untuk dijual.
Meski masih dalam kondisi pandemi COVID-19, namun Sumbar sudah masuk dalam tatanan hidup normal baru. Salah satu sektor yang didorong untuk segera bergerak untuk membantu pemulihan ekonomi adalah pariwisata.
Karena itu perlu adanya motivasi atau dorongan bagi daerah untuk menggairahkan sektor tersebut salah satunya dengan tetap diberikannya apresiasi atas upaya pengembangan pariwisata di daerah. Peduli Wisata Award (PWA) dinilai menjadi salah satu upaya konkret dalam upaya memotivasi tersebut.
Destinasi wisata baru
Meski pandemi COVID-19 mendera, namun destinasi wisata di Sumbar terus bertambah. Destinasi baru itu adalah Kawasan Pulau Pieh. TWP Pulau Pieh memiliki luas sekitar 39.900 hektare yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi di bawah pengelolaan Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru.
Kawasan Pulau Pieh ditujukan sebagai Taman Wisata Alam Laut berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 070/kpts-II/2000. Di sekitar perairan Pulau Pieh merupakan perlintasan lumba-lumba (spinner dolphin) dengan jumlah satu rombongan sekitar 200-300 ekor mulai dari dewasa hingga ikan yang masih kecil.
Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru, Fajar Kurniawan mengatakan kemunculan lumba-lumba di kawasan itu relatif konstan pagi sore hingga malam sehingga berpotensi benar untuk dikembangkan jadi wisata pengamatan lumba-lumba.
Lumba-lumba di perairan Pulau Pieh. (ANTARA SUMBAR/ist)
Sementara di Pulau Pandan ada tempat penetasan penyu hijau dan penyu sisik. Ini juga atraksi yang menarik bagi wisatawan. Potensi lain yang dimiliki Pulau Pieh meliputi hamparan terumbu karang, topografi bawah laut yang unik, ikan karang, penyu, mangrove, biota laut lain, hingga pantai berpasir putih dan air laut yang jernih.
Keunikan lainnya dari Pulau Pieh yaitu daerah daratan di tengah pulau yang berupa lahan rawa yang langsung berhubungan dengan laut, dimana ketinggian air yang terdapat di rawa-rawa ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Daerah ini dapat dikembangkan sebagai aquarium alam yang sangat menarik bagi wisatawan.
Untuk menuju Pulau Pieh, dapat ditempuh dengan kapal motor cepat dari Pelabuhan Muara di kota Padang dengan waktu tempuh 30 menit, atau bisa juga melalui Pelabuhan TPI kota Pariaman yang memakan waktu 90 menit dengan menggunakan kapal.
Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit saat menjajaki tatanan normal baru untuk aktivitas ekowisata di Kawasan Pulau Pieh menyebut destinasi wisata itu cocok untuk minat khusus dengan jumlah wisatawan dibatasi dalam satu kali perjalanan. Karena jika dimanfaatkan untuk wisata massal dikhawatirkan akan mempengaruhi ekosistem.
Ia optimis Kawasan Pulau Pieh akan menjadi salah satu destinasi wisata baru yang menjadi idola wisatawan yang datang ke Sumbar. Sebelumnya di lokasi ini sudah dikembangkan pula wisata snorkeling dan diving. (*)
Promosi adalah roh pariwisata selain tiga komponen penting lainnya, yakni atraksi; amenitas; dan aksesibilitas. Promosi, baik sengaja atau tidak, bisa membuat destinasi tiba-tiba "booming". Terkenal. Lalu dikunjungi banyak orang. Lalu uang datang. Perekonomian berputar kencang.
Tapi siapa bisa menyangka ternyata foto-foto bagus itu tiba-tiba saja bisa "tidak laku". Tak begitu berefek lagi untuk promosi. Yah, pandemi COVID-19 yang datang seperti hantu telah merontokkan sektor pariwisata.
Promosi apa pula yang perlu dilakukan jika pada saat bersamaan tidak ada seorangpun yang diizinkan bepergian untuk wisata? Bila permintaan tidak ada, maka penawaran pun tidak ada harganya. Itu hukumnya.
Pada saat pandemi, keselamatan masyarakat adalah nomor satu. Lalu pariwisata nomor berapa? Tak bijak bila mendesak seperti itu pula. Tidak relevan.
Regulasi pada masa pandemi dibuat untuk bisa memberikan perlindungan terbaik bagi warga negara. Pembatasan-pembatasan dilakukan. Aktivitas dianjurkan dilakukan di rumah saja.
Tidak kerja, tidak ada wisata. Semua serba tidak bisa untuk kebaikan bersama. Tambah banyak aktivitas berkumpul di luar rumah akan semakin besar kemungkinan Coronavirus menyebar. Menginfeksi. Membunuh.
Namun di tengah kondisi itu, Novrial tetap berkeras untuk membagikan foto-foto pariwisata Sumbar di berbagai media sosial yang terintegrasi dengan Dinas Pariwisata.
Menjaga ingatan
Sebagai Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, ia juga meminta anggotanya dan semua pemangku kepentingan untuk melakukan hal yang sama. "Setidaknya, upaya itu bisa (sedikit banyak) menjaga ingatan tentang pariwisata. Sebuah sikap optimis di tengah kelumpuhan yang parah," katanya.
Ya. Foto-foto itu bukan lagi untuk promosi. Tetapi untuk menjaga ingatan wisatawan tentang pariwisata. Tentang destinasi-destinasi menarik yang ada di Sumbar. Destinasi yang terbentang dari dasar laut hingga puncak gunung. Dari anggunnya tari-tarian hingga nikmatnya rendang yang menggoda lidah untuk bergoyang.
Novrial ingin orang terus mengingat itu hingga saat segala sekat pembatasan mulai dibuka, maka keinginan pertama itu adalah berwisata. Menikmati "kebebasan" dengan segala keindahan. Keindahan Ranah Minang, tentu saja.
Sekat itu akhirnya dibuka Senin 8 Juni 2020, setelah "terkunci" sejak pertengahan Maret 2020, ketika kasus positif COVID-19 pertama diidentifikasi di daerah itu. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebut seluruh tempat wisata, kecuali pemandian umum bisa dibuka kembali dengan penerapan protokol kesehatan terutama memastikan wisatawan menggunakan masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak.
Irwan mengatakan, pembukaan destinasi wisata itu akan membantu pemulihan perekonomian Sumbar setelah dihantam wabah COVID-19. Karena selain sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa yang di dalamnya banyak melibatkan industri pariwisata adalah penyumbang terbesar untuk Product Domestic Regional Brutto (PDRB) Sumbar.
Ia menilai sektor pertanian tidak terlalu parah terdampak COVID-19. Produksi tetap jalan dan hasilnya tetap dibeli. Berbeda dengan sektor industri dan jasa yang benar-benar telak kena hantam. Karena itu, wajar bila sektor itu diberikan stimulus.
Stimulus yang diberikan kepada sektor wisata diantaranya adalah fasilitas untuk tes usap (swab) gratis bagi wisatawan dan pelaku usaha pariwisata. Jika dilakukan secara mandiri, masyarakat harus membayar sekitar Rp 2,5 juta untuk mengikuti tes usap PCR tersebut.
"Berwisata boleh, asalkan sedang dalam kondisi sehat. Untuk memastikan kita berikan tes usap gratis bagi wisatawan yang datang melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Untuk memastikan destinasi, tempat kuliner hingga hotel aman COVID-19, kita juga tes usap seluruh pelaku usaha pariwisata termasuk pegawai restoran dan hotel. Ini agar wisatawan merasa aman dan nyaman untuk berkunjung dan menginap di Sumbar," katanya.
Selain itu, seluruh Rumah Sakit yang ada di Sumbar juga siap mendukung, memberikan jaminan pelayanan maksimal bagi wisatawan yang datang dan tiba-tiba butuh pelayanan medis. Sistem pelayanan yang baik dan cepat untuk merespon kasus-kasus darurat di seluruh RS telah terbangun semakin baik, "dipaksa" oleh kondisi pandemi.
Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Sumbar Hendri Agung Indrianto menyebut untuk memperlihatkan pada wisatawan bahwa Sumbar sudah siap menerima wisatawan, pihaknya melakukan promosi dan sosialisasi, sementara fokus di media sosial dan media massa.
Tim kesenian kembali tampil di pintu kedatangan Bandara Internasional Minangkabau. Setiap penumpang yang turun akan disuguhi tari-tarian khas untuk penghormatan tamu diiringi suara talempong dan alat musik tradisional lain secara live performance.
Sejumlah video sosialisasi diproduksi, tentang kesiapan berbagai pihak mulai dari BIM, rumah makan, hotel hingga destinasi yang menerapkan protokol kesehatan. "Karena Coronavirus masih mengintai, maka kitalah yang harus arif untuk bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru agar tetap bisa merasakan nikmatnya berwisata," katanya.
Protokol kesehatan
Disiplin penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata sudah menjadi sebuah keniscayaan yang harus dijadikan sebuah kebiasaan baru bagi semua wisatawan. Setidaknya, kata Gubernur Irwan Prayitno, hingga vaksin Coronavirus ditemukan. Namun untuk memulai kebiasaan baru itu kadang memang rada susah.
Menggunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak itu kalau belum terbiasa, memang agak menjadi beban. Namun, jika terus menerus dilakukan sehingga menjadi kebiasaan, lama-lama malah akan jadi sebuah kebutuhan. Seperti ada yang hilang jika itu tidak dilakukan.
Menjelang kebiasaan itu menjadi kebutuhan, perlu dukungan berupa pengawasan dari pemerintah daerah hingga pengelola destinasi. Tidak boleh letih untuk terus mengingatkan wisatawan tentang tiga kebiasaan itu, masker, cuci tangan dan jaga jarak.
Novrial menyebut pihaknya sudah menggelar rapat koordinasi dengan seluruh Dinas Pariwisata di Sumbar. Pengawasan penerapan protokol kesehatan di destinasi masuk dalam pembahasan, selain beberapa hal yang juga dianggap penting.
Bahkan agar daerah termotivasi, khusus dalam penilaian penghargaan Peduli Wisata Award (PWA) 2020, penerapan protokol kesehatan di destinasi masuk sebagai salah satu indikator. Daerah yang secara prinsip menyetujui penerapannya, tetapi di lapangan ternyata abai, akan mendapatkan nilai negatif.
Pemprov Sumbar memang tetap akan memberikan penghargaan Peduli Wisata Award (PWA) Sumatera Barat 2020 bagi kabupaten/kota yang dinilai memiliki perhatian serius dalam pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata.
Penghargaan itu untuk memotivasi sekaligus mendorong keseriusan kabupaten dan kota dalam mengembangkan pariwisata yang berkualitas sehingga benar-benar layak untuk dijual.
Meski masih dalam kondisi pandemi COVID-19, namun Sumbar sudah masuk dalam tatanan hidup normal baru. Salah satu sektor yang didorong untuk segera bergerak untuk membantu pemulihan ekonomi adalah pariwisata.
Karena itu perlu adanya motivasi atau dorongan bagi daerah untuk menggairahkan sektor tersebut salah satunya dengan tetap diberikannya apresiasi atas upaya pengembangan pariwisata di daerah. Peduli Wisata Award (PWA) dinilai menjadi salah satu upaya konkret dalam upaya memotivasi tersebut.
Destinasi wisata baru
Meski pandemi COVID-19 mendera, namun destinasi wisata di Sumbar terus bertambah. Destinasi baru itu adalah Kawasan Pulau Pieh. TWP Pulau Pieh memiliki luas sekitar 39.900 hektare yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi di bawah pengelolaan Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru.
Kawasan Pulau Pieh ditujukan sebagai Taman Wisata Alam Laut berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 070/kpts-II/2000. Di sekitar perairan Pulau Pieh merupakan perlintasan lumba-lumba (spinner dolphin) dengan jumlah satu rombongan sekitar 200-300 ekor mulai dari dewasa hingga ikan yang masih kecil.
Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru, Fajar Kurniawan mengatakan kemunculan lumba-lumba di kawasan itu relatif konstan pagi sore hingga malam sehingga berpotensi benar untuk dikembangkan jadi wisata pengamatan lumba-lumba.
Sementara di Pulau Pandan ada tempat penetasan penyu hijau dan penyu sisik. Ini juga atraksi yang menarik bagi wisatawan. Potensi lain yang dimiliki Pulau Pieh meliputi hamparan terumbu karang, topografi bawah laut yang unik, ikan karang, penyu, mangrove, biota laut lain, hingga pantai berpasir putih dan air laut yang jernih.
Keunikan lainnya dari Pulau Pieh yaitu daerah daratan di tengah pulau yang berupa lahan rawa yang langsung berhubungan dengan laut, dimana ketinggian air yang terdapat di rawa-rawa ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Daerah ini dapat dikembangkan sebagai aquarium alam yang sangat menarik bagi wisatawan.
Untuk menuju Pulau Pieh, dapat ditempuh dengan kapal motor cepat dari Pelabuhan Muara di kota Padang dengan waktu tempuh 30 menit, atau bisa juga melalui Pelabuhan TPI kota Pariaman yang memakan waktu 90 menit dengan menggunakan kapal.
Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit saat menjajaki tatanan normal baru untuk aktivitas ekowisata di Kawasan Pulau Pieh menyebut destinasi wisata itu cocok untuk minat khusus dengan jumlah wisatawan dibatasi dalam satu kali perjalanan. Karena jika dimanfaatkan untuk wisata massal dikhawatirkan akan mempengaruhi ekosistem.
Ia optimis Kawasan Pulau Pieh akan menjadi salah satu destinasi wisata baru yang menjadi idola wisatawan yang datang ke Sumbar. Sebelumnya di lokasi ini sudah dikembangkan pula wisata snorkeling dan diving. (*)