Padang Aro (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mencatat 50 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama 2019 dengan satu orang meninggal.
"Tingkat kerawanan DBD paling tinggi pada 2019 terdapat Kecamatan Pauah Duo dengan 23 kasus dan satu orang meninggal," kata Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Novirman didampingi Kepala Seksi survailance dan Imunisasi Mega Verta Christina, di Padang Aro, Kamis.
Dia menyebutkan kasus DBD pada 2019 paling tinggi terjadi pada April denga 12 kasus serta Januari dengan 10 kasus.
Guna mengantisipasi penyakit demam berdarah pada 2020, pihaknya akan melakukan pemeriksaan lapangan terhadap jentik nyamuk penyebab DBD.
"Berdasarkan evaluasj 2019 kasus DBD paling banyak terjadi April maka mulai Maret 2020 kami melakukan pemeriksaan lapangan terhadap jentik nyamuk penyebab demam berdarah," katanya.
Selain itu pertimbangan dilakukan pemeriksaan jentik pada Maret yaitu Maret juga diperkirakan akhir dari musim hujan sehingga potensi nyamuk penyebab demam berdarah berkembang semakin tinggi.
Pemeriksaan lapangan ini, katanya akan lebih diutamakan di kecamatan yang terdapat banyak kasus tahun sebelumnya yaitu Pauh Duo.
Dia mengimbau masyarakat lebih mengutamakan kebersihan lingkungan dan jangan lupa menerapkan tiga M plus yaitu Menguras, menutup dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi jadi berkembangnya nyamuk DBD.
Sedangkan plusnya bisa dengan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk, memakai kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk dan lainnya.
Penerapan tiga M plus, katanya merupakan upaya pencegahan supaya nyamuk penyebab demam berdarah tidak berkembang biak.
Selama ini, katanya banyak masyarakat yang berfikir pemberantasan nyamuk penyebab demam berdarah dengan foging padahal yang efektif itu dengan tiga M plus.
"Kalau fogging hanya membunuh nyamuk dewasa sedangkan jentiknya akan kebal oleh sebab itu kami mengajak masyarakat menerapkan tiga M plus," ujarnya.
"Tingkat kerawanan DBD paling tinggi pada 2019 terdapat Kecamatan Pauah Duo dengan 23 kasus dan satu orang meninggal," kata Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Novirman didampingi Kepala Seksi survailance dan Imunisasi Mega Verta Christina, di Padang Aro, Kamis.
Dia menyebutkan kasus DBD pada 2019 paling tinggi terjadi pada April denga 12 kasus serta Januari dengan 10 kasus.
Guna mengantisipasi penyakit demam berdarah pada 2020, pihaknya akan melakukan pemeriksaan lapangan terhadap jentik nyamuk penyebab DBD.
"Berdasarkan evaluasj 2019 kasus DBD paling banyak terjadi April maka mulai Maret 2020 kami melakukan pemeriksaan lapangan terhadap jentik nyamuk penyebab demam berdarah," katanya.
Selain itu pertimbangan dilakukan pemeriksaan jentik pada Maret yaitu Maret juga diperkirakan akhir dari musim hujan sehingga potensi nyamuk penyebab demam berdarah berkembang semakin tinggi.
Pemeriksaan lapangan ini, katanya akan lebih diutamakan di kecamatan yang terdapat banyak kasus tahun sebelumnya yaitu Pauh Duo.
Dia mengimbau masyarakat lebih mengutamakan kebersihan lingkungan dan jangan lupa menerapkan tiga M plus yaitu Menguras, menutup dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi jadi berkembangnya nyamuk DBD.
Sedangkan plusnya bisa dengan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk, memakai kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk dan lainnya.
Penerapan tiga M plus, katanya merupakan upaya pencegahan supaya nyamuk penyebab demam berdarah tidak berkembang biak.
Selama ini, katanya banyak masyarakat yang berfikir pemberantasan nyamuk penyebab demam berdarah dengan foging padahal yang efektif itu dengan tiga M plus.
"Kalau fogging hanya membunuh nyamuk dewasa sedangkan jentiknya akan kebal oleh sebab itu kami mengajak masyarakat menerapkan tiga M plus," ujarnya.