Padang (ANTARA) - Kopi Dindiang, a way to share, sebuah sebuah tagline terlihat jelas terpajang didinding Kopi Dindiang Ongga yang berlokasi Pasa Mudiak, Pasa Gadang, Padang. Begitu masuk ke dalam ruangan akan terlihat tulisan dengan huruf putih dipermukaan warna coklat berbentuk bulatan dan ditengahnya tergambar gelas dan tetesan kopi.

Konsep berbagi ala barat itu kini sudah diadopsi juga oleh pemilik kedai kopi di Padang. Konsumen yang disasar dari untuk bersedekah minuman dan makanan ini adalah fakir miskin, kaum dhuafa, orang kurang akal dan orang tidak mampu lainnya.

Menurut Nuryetti (57) yang ditemui di Kopi Dindiang Ongga, pendiri program itu adalah Dr Miko Kamal SH LLM  yang terinspirasi dari salah seorang temannya di Australia pada masa melanjutkan studi di salah satu peguruan tinggi disana.

"Kita disini bisa berbagi, dimana orang bisa makan dan minum dengan enak sementara orang lain tidak bisa merasakan, dengan adanya program ini kita dapat bersedekah" ujar dia

Program kopi dinding tersebut dimulai semenjak tanggal 27 Februari 2016 dan mendapat sambutan baik dari warga Kota Padang.

Kopi dinding beroperasi mulai pukul 06.00 pagi sampai pukul 18.00 sore. Minuman dan makanan yang di sediakan di kopi dinding berbagai macam yaitu kopi, teh manis, teh telur, kopi susu, susu panas dan masih banyak lagi, sedangkan jenis makanan yang  tersedia seperti lontong, mie rebus, nasi ampera dan kue.

"Di sini bersedekah melalui uang dengan cara diberikan stiker kertas lalu di tulis nama makanan dan minuman selanjutnya stiker di tempel, jadi orang yang memberi tidak tau siapa yang menikmati dan yang menikmati tidak tau siapa yang memberi" tambahnya.

Kopi dinding di resmikan oleh Gubernur Sumatera Barat, dan sudah banyak yang menyumbang disini yaitu Wali Kota Padang  beserta Wakilnya, Kepala Dinas Sumatera Barat, Kapolsek dari sebelas Kecamatan dan pengunjung yang datang.

Cara kerja kopi dinding sangatlah mudah misalnya jika kita memesan segelas teh telur dengan harga Rp 12.000 , maka yang bersangkutan akan membayar Rp 24.000 karena segelas yang satunya untuk kopi dinding.

 

 


Baca juga: UBH Resmikan Kopi Dindiang Edisi Mahasisiwa
Baca juga: Kawa Daun, Kopi Khas Tanah Datar sejak Zaman Belanda

Pewarta : Iya Permata & Amelia Rahma / Mahasiswa Magang STKI
Editor : Maswandi
Copyright © ANTARA 2024