Batusangkar, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, menjadikan dua jenis batik asal daerah itu sebagai seragam sekolah dan pegawai termasuk guru yang dikenakan setiap hari Kamis.
"Dua batik tersebut adalah batik tanah liek asal Nagari Sumaniak untuk pegawai dan guru. Sementara batik kuno Pariangan untuk pelajar," kata Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Tanah Datar Marwan, di Batusangkar Selasa.
Ia mengatakan tujuan mengenakan batik daerah adalah untuk memperdayakan dan meningkatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di daerah itu serta diperkuat dengan surat edaran Gubernur Sumatera Barat bahwa dibolehkan daerah memakai produk lokal.
Upaya tersebut telah dibicarakan dan disepakati oleh pihak sekolah dan guru, serta sudah dikeluarkan surat edarannya oleh Bupati.
"Pada tahun ini sebanyak 15 ribu batik kuno Pariangan disediakan untuk siswa sekolah dan 7500 batik tanah liek disediakan untuk pegawai termasuk guru," katanya.
Ia mengaku langkah tersebut salah satu sebagai upaya memasarkan produk UMKM yang diproduksi dengan skala besar. Sejauh ini pengusaha kesulitan memproduksi dalam jumlah banyak karena tidak ada modal.
"Contohnya batik kuno Pariangan mereka tidak bisa menyediakan 15 ribu batik, untuk menanggulangi itu sekarang diipakai perusahaan daerah untuk memodalinya," ujarnya.
Marwan mengatakan untuk produksi batik tersebut biasanya sesuai dengan seberapa besar pesanan, seperti untuk peserta Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) di daerah setempat.
"Adanya sentra tenun di Lintau Buo diharapkan siswa didik di sana bisa membantu produksi batik untuk anak-anak di beberapa sekolah," ujarnya.
"Dua batik tersebut adalah batik tanah liek asal Nagari Sumaniak untuk pegawai dan guru. Sementara batik kuno Pariangan untuk pelajar," kata Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Tanah Datar Marwan, di Batusangkar Selasa.
Ia mengatakan tujuan mengenakan batik daerah adalah untuk memperdayakan dan meningkatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di daerah itu serta diperkuat dengan surat edaran Gubernur Sumatera Barat bahwa dibolehkan daerah memakai produk lokal.
Upaya tersebut telah dibicarakan dan disepakati oleh pihak sekolah dan guru, serta sudah dikeluarkan surat edarannya oleh Bupati.
"Pada tahun ini sebanyak 15 ribu batik kuno Pariangan disediakan untuk siswa sekolah dan 7500 batik tanah liek disediakan untuk pegawai termasuk guru," katanya.
Ia mengaku langkah tersebut salah satu sebagai upaya memasarkan produk UMKM yang diproduksi dengan skala besar. Sejauh ini pengusaha kesulitan memproduksi dalam jumlah banyak karena tidak ada modal.
"Contohnya batik kuno Pariangan mereka tidak bisa menyediakan 15 ribu batik, untuk menanggulangi itu sekarang diipakai perusahaan daerah untuk memodalinya," ujarnya.
Marwan mengatakan untuk produksi batik tersebut biasanya sesuai dengan seberapa besar pesanan, seperti untuk peserta Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) di daerah setempat.
"Adanya sentra tenun di Lintau Buo diharapkan siswa didik di sana bisa membantu produksi batik untuk anak-anak di beberapa sekolah," ujarnya.