Pulau Punjung (ANTARA) - Petani kelapa sawit di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat mengeluhkan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit plasma masih rendah diharga Rp1.010 per kilogram usai Idul Fitri 2019, dibandingkan sebelumnya mencapai Rp1.400 per kilogram.
"Situasi ini sangat tidak menguntungkan, apalagi saat harga kebutuhan cenderung naik, harga jual TBS malah anjlok," kata petani asal Kecamatan Tiumang, Syahril (43) di Pulau Punjung, Selasa.
Bahkan, kata dia harga TBS pada tingkat pengepul anjlok hingga Rp700 per kilogram dua hari menjelang Idul Fitri.
Ia mengatakan pascalebaran harga TBS dibuka pada harga Rp950. Beberapa hari ini hanya menyentuh dan terus menetap di harga Rp1.010 per kilogram.
Menurut dia rendahnya harga jual TBS tidak berbanding lurus dengan biaya produksi, seperti upah panen dan biaya pupuk yang dikeluarkan.
"Misal saat panen dapat 1.000 kilogram atau satu ton, dikeluarkan upah panen Rp150, upah angkut Rp150, dan biaya pupuk Rp200 ribu, hanya sisa Rp500 untuk petani. Tentu ini menyulitkan kami masyarakat," kayanya.
Petani lainnya Muis (49) mengaku kesulitan dengan harga TBS yang rendah karena pendapatan tidak sesuai dengan biaya kebutuhan pokok dan keluarga yang dikeluarkan.
Ia berharap harga TBS kembali normal atau mencapai Rp1.500 per kilogram. Dengan demikian petani mendapat harga bersih Rp1.000 per kilogram.
"Kalau Rp1.500 kan bisa bersih untuk petani Rp1.000, sementara Rp500 untuk biaya produksi, pupuk, dan lain-lain," ungkapnya. (*)
"Situasi ini sangat tidak menguntungkan, apalagi saat harga kebutuhan cenderung naik, harga jual TBS malah anjlok," kata petani asal Kecamatan Tiumang, Syahril (43) di Pulau Punjung, Selasa.
Bahkan, kata dia harga TBS pada tingkat pengepul anjlok hingga Rp700 per kilogram dua hari menjelang Idul Fitri.
Ia mengatakan pascalebaran harga TBS dibuka pada harga Rp950. Beberapa hari ini hanya menyentuh dan terus menetap di harga Rp1.010 per kilogram.
Menurut dia rendahnya harga jual TBS tidak berbanding lurus dengan biaya produksi, seperti upah panen dan biaya pupuk yang dikeluarkan.
"Misal saat panen dapat 1.000 kilogram atau satu ton, dikeluarkan upah panen Rp150, upah angkut Rp150, dan biaya pupuk Rp200 ribu, hanya sisa Rp500 untuk petani. Tentu ini menyulitkan kami masyarakat," kayanya.
Petani lainnya Muis (49) mengaku kesulitan dengan harga TBS yang rendah karena pendapatan tidak sesuai dengan biaya kebutuhan pokok dan keluarga yang dikeluarkan.
Ia berharap harga TBS kembali normal atau mencapai Rp1.500 per kilogram. Dengan demikian petani mendapat harga bersih Rp1.000 per kilogram.
"Kalau Rp1.500 kan bisa bersih untuk petani Rp1.000, sementara Rp500 untuk biaya produksi, pupuk, dan lain-lain," ungkapnya. (*)