Padang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat  mencatat ekspor provinsi itu pada Januari 2019  mencapai 88,66 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau turun 21,79  persen dibandingkan Desember 2018 yang mencapai 113,36 juta dolar AS.
     "Golongan barang paling banyak diekspor pada Januari 2019 adalah lemak hewan/nabati sebesar 60,77 dolar AS," kata  Kepala BPS Sumbar  Sukardi di Padang, Senin.
     Menurut dia dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu ekspor Sumbar juga turun 39 persen  karena pada Januari 2018 nilai ekspor mencapai 140,36 juta dolar AS.
     "Negara  tujuan ekspor nonmigas terbesar pada Januari 2019 adalah Amerika Serikat sebesar 22,93 juta dolar AS, India  19,84  juta dolar AS dan Bangladesh 15,54 juta dolar AS," ujarnya.
    Ia menyebutkan ekspor ke Amerika Serikat  memberikan peranan sebesar 25,86 persen  dan India 22,38 persen  terhadap total ekspor Sumbar pada  Januari 2019.
    Sejalan dengan itu  ekspor produk industri  pengolahan pada Januari 2019  juga mengalami penurunan sebesar 23,25   persen dibanding Desember 2018.
     Sebaliknya nilai impor Sumatera Barat pada  Januari  2019 mencapai 39,53 juta dolar AS  atau naik 11,60 persen dibandingkan Desember 2018  yang mencapai  35,42 juta dolar AS.
     Golongan barang impor terbesar  Januari 2019  adalah  bahan bakar mineral sebesar 27,32 juta dolar AS, pupuk 5,38 juta dolar AS, dan ampas/sisa industri makanan 3,06 juta dolar AS, ujarnya.
    Sebelumnya Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Barat Ramal Saleh menyampaikan potensi ekspor provinsi itu belum tergarap secara maksimal karena masih terfokus pada komoditas tertentu.
   "Saat ini, ekspor kita masih terfokus pada minyak sawit mentah dan karet, seharusnya komoditas lain masih dapat dikembangkan," katanya.
   Menurutnya, jumlah ekspor CPO dari Sumbar mencapai 70 persen, sedangkan komoditas karet sebesar 30 persen dari total ekspor.
   "Hal ini perlu jadi perhatian karena masih banyak komoditas yang masih dapat dioptimalkan seperti kakao, pinang, dan vanila," ujarnya.
    Ia mengatakan apabila komoditas lain seperti kakao dan pinang dikembangkan sehingga setara dengan jumlah ekspor CPO dan karet akan berdampak luas terhadap perekonomian. (*)

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024