Padang, (Antaranews Sumbar) -  Sumatera Barat layak mengucapkan terima kasih kepada penyanyi legendaris Ernie Djohan atas alunan suara indahnya mempopulerkan lagu Teluk Bayur pada kurun 1965.
       Berkat  kidung  yang dibawakan perempuan kelahiran 6 April 1951 tersebut, pelabuhan yang awalnya bernama Emmahaven diambil  dari nama Ratu Belanda Emma van Waldeck-Pyrmont itu menjadi populer ke seantero negeri.
      Pelabuhan Teluk Bayur  dibangun sejak zaman kolonial Belanda pada kurun  1888 sampai 1893 di Kota Padang  untuk mengapalkan hasil tambang batu bara dari Sawahlunto.
      Selain itu, Teluk Bayur juga menjadi pintu gerbang bagi masyarakat Minang yang hendak merantau ke negeri orang kala itu sebelum pesawat terbang dan bus eksis.
     Memiliki luas  46.886 meter persegi dengan panjang dermaga  1,58 kilometer serta dikunjungi sekitar 2.000 kapal per tahun  membuat Teluk Bayur menjadi pelabuhan yang sibuk. 
     Berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, pelabuhan ini merupakan pintu gerbang ekspor ke India,  Korea, China dan Amerika Serikat.
      Lima tahun silam tepatnya pada kurun 2013 para pelaku usaha logistik harus menunggu hingga 15 hari agar barang yang dikirim dari Jakarta bisa berlabuh karena panjangnya  antrean kapal yang hendak sandar.
     Tentu saja ini menyebabkan ekonomi biaya tinggi karena selain menunggu lama, biaya operasional kapal juga  membengkak.
     Jika barang-barang  diangkut  lewat jalur darat selain kapasitas truk terbatas, beratnya muatan akan berdampak pada kerusakan jalan, serta  waktu tempuh yang lebih lama ketimbang jalur laut  berujung pada biaya angkut yang lebih besar.
     Beranjak dari realitas tersebut modernisasi dan revitalisasi  menjadi kata kunci agar Teluk Bayur kembali menjadi salah satu pusat perekonomian di Pantai Barat Sumatera.
     Persoalan utama yakni lamanya waktu sandar kapal menjadi  pembenahan prioritas serta penggunaan peralatan bongkar muat baru yang lebih efisien.
     Menjawab persoalan tersebut pada 2013 PT Pelindo II selaku pengelola mengucurkan dana hingga Rp1,76 triliun untuk memoles Teluk Bayur.
    Beragam fasilitas disiapkan terutama untuk mengakomodasi  industri  pupuk, semen, batu bara dan minyak sawit dan lainnya.
     Tidak hanya itu Pelindo juga  membangun Terminal Peti Kemas (TPK)  untuk mempermudah lalu lintas barang dan menggenjot roda ekonomi sehingga Teluk Bayur menjadi   terminal peti kemas pertama di Sumbar.
     Revitalisasi yang dilakukan pun mulai membuahkan hasil, jika sebelumnya antrean kapal untuk sandar memakan waktu hingga setengah bulan, setelah pelabuhan dilengkapi dengan empat unit alat bongkar/muat peti kemas, tiga unit rubber tire gantry crane, serta tiga 3 unit Jeep Crane kapal dapat langsung sandar alias zero waiting.
     Hal ini pun mendapatkan apresiasi dari  Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang  menyebut kondisi Pelabuhan Teluk Bayur  sudah cukup bagus karena aktivitas bongkar muat dinilai telah efisien.
     "Jadi sekarang tidak banyak lagi kapal menunggu,  saya sudah lihat pelebaran lebih lanjut sehingga dapat menampung lebih banyak kapal," ujarnya  saat meninjau langsung pelabuhan Teluk Bayur.
     Menurutnya, dulu waktu tunggu kapal di pelabuhan Teluk Bayur cukup panjang karena lambatnya aktivitas bongkar muat. 
     "Sekarang sudah bagus, dengan semakin pendeknya waktu tunggu kapal diharapkan akan meningkatkan lalu lintas barang  melalui pelabuhan," tambahnya.
     Memasuki 2018  revitalisasi Teluk Bayur terus berlanjut dengan  membangun  gudang A dengan nilai investasi sebesar Rp 39,6 miliar, workshop senilai Rp6,1 miliar hingga pembangunan pool truk.
     Tak hanya itu juga dilakukan pembangunan Reception Racility, penataan jaringan listrik di areal pelabuhan dengan investasi Rp19,2 miliar serta  pemberlakuan sistem ITOS-NBS (New Billing System) untuk aktivitas bongkar muat peti kemas.
    Pemberlakuan sistem ITOS-NBS (New Billing System) untuk aktivitas bongkar muat peti kemas merupakan digitaliasi pelabuhan karena laporan aktivitas bongkar muat terlebih di terminal peti kemas jadi lebih real time dan terkoneksi ke kantor pusat dan Kementerian Perhubungan. 
    General Manajer PT Pelindo II Cabang Teluk Bayur Armen Amir dalam acara Teluk Bayur Bangkit Malagak mengatakan saat ini Teluk Bayur menuju pelabuhan terbesar, terkemuka dan modern di Indonesia  dan ia bertekad  mengembalikan kejayaan Pelabuhan.
      Salah satu yang sedang digagas adalah menjadi pintu keluar bagi komoditas ekspor utama Sumbar yaitu CPO atau minyak sawit.
    Pada 2017  ekspor sawit  yang melewati pintu Teluk Bayur mencapai 2,5 juta ton dan ditargetkab bisa menjadi 5 juta ton.
    Armen mengatakan salah satu yang menjadi fokusnya adalah peningkatan  produktivitas bongkar muat sebagai prioritas utama pembenahan.
    Semua elemen yang terlibat dalam proses bongkar muat mulai dari pemilik barang, perusahaan pengangkutan, petugas harus memastikan bongkar muat berjalan efektif.
    Saat ini pun telah ditanda tangani komitmen bersama dengan para pemilik barang Sumatera Barat menuju 5 juta ton ekspor CPO per tahun. 
    Gerbang Wisata
     Seiring dengan trend pengembangan pariwisata Sumbar dalam beberapa tahun terakhir Pelabuhan Teluk Bayur juga menjadi persinggahan kapal pesiar yang membawa masuk wisatawan asing untuk menikmati keindahan alam Sumatera Barat.
      Pada Oktober 2016  Kapal pesiar berbendera Bahamas MV Caledonian Sky bersandar di Pelabuhan Teluk Bayur  mengangkut 100 wisatawan asing dalam ekspedisi bertajuk Sumatera Expedition .    
    Kapal mengangkut 100 wisatawan asing yang didominasi dari Inggris, mengunjungi beberapa objek wisata yang ada di Sumbar.
    Kemudian Teluk Bayur juga menjadi pelabuhan pertama di Tanah Air yang disandari KRI Bima Suci pada 2017 selama lima hari.
    Kapal latih TNI AL yang memiliki  panjang total 111,20 meter, dengan  lebar 13,65 meter, kedalaman draft 5,95 meter, dan tinggi maksimal tiang layar 49 meter dari permukaan dek atas tersebut menjadi pusat perhatian pengunjung yang sandar di Teluk Bayur.
     Berikutnya Kapal pesiar bermerek  Silver Discoverer juga berlabuh di pelabuhan Teluk Bayur pada 2018 mengangkut hampir  rombongan turis asal Australia mengikuti rangkaian program “Explorer Indonesia”.
     Melihat posisinya yang strategis Teluk Bayur juga  berpotensi sebagai gerbang pariwisata provinsi terutama untuk kapal pesiar.
    "Fasilitas di pelabuhan sudah cukup bagus, hanya saja perlu pembenahan seperti dermaga khusus untuk kapal pesiar," kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Sumbar Didit P Santoso.
    Perpaduan antara pengelolaan modern untuk melayani bongkat muat barang hingga berperan sebagai gerbang pariwisata membuat Teluk Bayur menjadi salah satu ikon baru Sumbar yang menunjang gerak roda perekonomian masyarakat di Ranah Minang.


 


 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Miko Elfisha
Copyright © ANTARA 2024