Padang, (Antaranews Sumbar) - Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat mencatat provinsi itu mengalami deflasi 0,37 persen pada Agustus 2018 setelah pada Juli mengalami inflasi 0,56 persen.
    "Deflasi Sumatera Barat pada Agustus 2018 terutama disumbang oleh angkutan udara dan beberapa komoditas bahan pangan strategis," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Endy Dwi Tjahjono di Padang, Rabu.
    Menurutnya tarif angkutan udara pada  Agustus tercatat mengalami deflasi dengan andil  0,26 persen seiring normalisasi harga setelah  berakhirnya arus balik pulang basamo dan liburan sekolah.
    "Secara spesifik, dorongan deflasi juga berasal dari turunnya harga komoditas cabai merah, bawang merah, dan jengkol dengan andil deflasi masing-masing 0,13 persen, 0,07 persen dan 0,05 persen," ujarnya.
   Ia menilai turunnya harga cabai merah dan bawang merah karena melimpahnya pasokan setelah panen dan datangnya kiriman dari daerah lain. 
   Sedangkan turunnya harga jengkol disebabkan  kecukupan pasokan setelah aktivitas petani/pengambil jengkol kembali normal pasca lebaran, kata dia.
   Ia menyampaikan  komoditas bahan pangan lainnya  yang menyumbang deflasi antara lain  kentang 0,029 persen, tomat sayur 0,027 persen, kangkung 0,025 persen, petai 0,017 persen, dan daging sapi 0,012 persen
   Selain itu, emas perhiasan dari kelompok sandang juga menyumbang deflasi bulan ini dengan andil 0,017 persen, katanya.
   Akan tetapi  dorongan deflasi tertahan oleh inflasi beras, bensin, dan nasi dengan lauk serta kenaikan harga di tingkat petani dan produsen gabah, khususnya jenis Cisokan Solok.
   Sementara itu, kenaikan harga minyak dunia yang diikuti kenaikan harga  bahan bakar minyak nonsubsidi pertamax dan pertalite di pada Juli 2018 masih m menyumbang inflasi bulanan sebesar 0,04 persen  pada Agustus, ujar dia.
   Ia menambahkan menghadapi berbagai risiko yang ada, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Sumatera Barat secara aktif melakukan berbagai upaya dalam pengendalian inflasi di daerah. 
    Upaya tersebut difokuskan pada stabilitas harga komoditas penyumbang inflasi terutama beras, cabai merah, bawang merah, telur ayam, dan daging ayam ras, serta program-program yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan pada aspek produksi, distribusi, tata niaga, dan kelembagaan, lanjut dia. (*)

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024