Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah, dan Permuseuman Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menyiapkan Festival Randai untuk tingkat pelajar di kota itu, Maret 2017.

         "Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengapresiasi tumbuh dan berkembangnya kesenian tradisional khas Suku Minangkabau itu, khususnya di kalangan anak-anak usia sekolah," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah, dan Permuseuman Kota Sawahlunto Hendri Thalib di Sawahlunto, Sabtu.

         Direncanakan kegiatan itu di pelataran Masjid Agung Nurul Islam Sawahlunto. Pemilihan lokasi tersebut tidak terlepas dari wujud pelaksanaan visi pemerintah daerah setempat dalam mewujudkan masyarakat yang religius.

         Dia mengatakan dalam festival tersebut peserta diminta untuk membawakan kisah-kisah yang sarat dengan pesan moral bagi kehidupan masyarakat.

         Saat ini, pihaknya terus berupaya melestarikan kesenian tradisi dengan memperkenalkannya kepada masyarakat sejak usia dini, salah satunya mengimbau setiap sekolah di Kota Sawahlunto memperkenalkan kesenian Randai kepada anak didiknya.

         "Imbauan tersebut mendapatkan respons positif dari beberapa sekolah dan terbukti dengan terbentuknya beberapa kelompok kesenian Randai di sekolah-sekolah tersebut," ujarnya.

         Bahkan, ada beberapa sekolah yang telah menjadikan kesenian Randai sebagai salah satu bahan ajar dalam program muatan lokal di sekolahnya.

         Pihaknya berharap,  festival tersebut dapat memberikan motivasi bagi generasi penerus agar terus menggelorakan semangat menjaga tradisi, adat, dan budaya sebagai bagian dari pembentukan karakter bangsa yang cinta tanah air, dengan memandang keberagaman suku menjadi salah satu modal kuat membangun Indonesia.

          Pada kesempatan sebelumnya, budayawan asal Sumatera Barat, Zulkifli S.Kar. M.Hum. Dt. Sinaro Nan Kuniang mengatakan seni tradisi Randai diawali dengan penampilan rombongan kesenian bangsawan Melayu dari Kerajaan Malaka.

         Kesenian itu, gabungan antara seni peran dan seni karawitan pada 1920.

         "Kesenian tersebut diperagakan kepada seluruh kelompok masyarakat etnis Melayu yang ada di Asia, termasuk Suku Minangkabau di Sumatera Barat, dan menjadi cikal bakal lahirnya sejumlah aliran kesenian sejenis oleh kelompok ras Melayu, seperti Randai di Sumatera Barat, Dul Muluk di Sumatera Selatan, serta Ketoprak, Ludruk, dan Lenong di Pulau Jawa," kata dia.

         Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit juga menegaskan budaya Minangkabau bisa menjadi salah satu fondasi penting dalam mengembangkan pariwisata di daerah itu.

         Kebudayaan Minangkabau, katanya, memiliki daya tarik yang tidak kalah dengan wisata alam sehingga perlu menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  (*)
 


Pewarta : Rulli Firmansyah
Editor :
Copyright © ANTARA 2024