Bagi generasi yang lahir pada era 70-an dan 80-an tentulah akrab dengan berbagai permainan tradisional yang biasa dimainkan oleh anak-anak kala itu.

         Permainan tradisional yang akrab kala itu antara lain kasti, congkak, kucing-kucingan, galah, potok lelek, sambar lakon, kelereng, main gundu, tepuk gambar, bongkar pasang, kuda lumping, lompat tali, ular naga, engkrang atau egrang, mobil-mobilan dan gelang karet.

         Aneka permainan itu sangat digemari anak-anak di era itu yang dimainkan baik perorangan maupun berkelompok. Selain itu permainan-permainan tersebut juga bernilai pendidikan dan sosial serta budaya.

         Seiring perkembangan zaman yang juga ditandai perkembangan teknologi dan gaya hidup, mulai pula menyentuh kehidupan anak-anak Indonesia.

         Kemajuan teknologi telah melahirkan internet, media sosial dan gawai yang banyak digemari dan juga menyasar dunia anak-anak. Permainan anak zaman sekarang juga sudah akrab dengan kemajuan tersebut.

         Media sosial dan gawai memang membuat anak-anak melek teknologi namun bisa membuat mereka individualistik dan kehilangan nilai-nilai kebersamaan dan sosial.

         Selain itu, aneka permainan tradisional mulai ditinggalkan anak-anak bahkan nyaris hilang sama sekali dan kehidupan sosial anak-anak telah individual.

         Menyadari hal tersebut, sejumlah pihak mencoba mengatasi masalah ini dengan tujuan membangkitkan kembali permainan tradisional di kalangan anak-anak Indonesia.

         Salah satu pihak mencoba hal itu adalah Komunitas Tanah Ombak Padang, Sumatera Barat yang mulai galau dengan kemajuan teknologi dan berdampak tersingkirnya permainan-permainan tradisional di anak-anak Indonesia.

         Satu upaya dilakukan komunitas ini adalah mengadakan pementasan teater anak dengan tema fenomena gawai pada kalangan anak-anak yang digelar di Gedung Pertunjukan Taman Budaya Sumatera Barat di Padang.

         Pangelaran itu, menurut pendiri komunikatas Tanah Ombak, Yusrizal KW digelar karena saat ini anak-anak banyak yang sudah disibukkan dengan gawai dan media sosial sehingga interaksi sosial mereka menjadi berkurang.

         "Melalui pertunjukan ini kita ingin memperlihatkan bahwa interaksi sosial secara langsung melalui permainan tradisional memiliki nilai edukasi tersendiri," katanya.

         Ia menerangkan sebenarnya tidak dilarang jika anak-anak itu mengenal teknologi, tapi harus ada pengawasan dan perhatian khusus dari orang tua.

         Saat ini anak-anak terkesan kehilangan dunia bermain, karena tiap hari telah sibuk belajar dan ditambah dengan gawainya, ujarnya.

         "Melalui pertunjukan ini kita ingin kembali mengingatkan pada seluruh orang termasuk itu orang tua untuk dapat lebih memperhatikan kebutuhan anak dan juga mengawasi penggunaan gawai oleh mereka," kata dia.

         Salah seorang penonton acara itu, Khairul mengatakan pertunjukan tersebut memberikan pesan moral bagi setiap orang yang saat ini disibukkan dengan gawai.

         "Sekalipun dipentaskan anak-anak, tapi pesannya bukan hanya untuk anak-anak, bahkan kita orang dewasa pun juga terlalu disibukkan dengan gawai sehingga mengesampingkan interaksi sosial di dunia nyata," ujarnya.

         Sedangkan pengamat teater Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Yusril Katil menyebutkan pertunjukan teater merupakan sebuah media untuk menyampaikan pesan maupun kritik.

         "Teater sebagai kritik adalah bagaimana teater itu menjadi jembatan atau media kontrol pada fenomena yang terjadi sekarang," katanya.

                                
                      Nilai Pendidikan
    Terkait hal ini Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah mengatakan permainan anak tradisional merupakan permainan yang kaya akan nilai budaya dan pendidikan.

         Sampai sekarang permainan tradisional anak mulai ditinggalkan karena maraknya penggunaan gawai, sementara permainan tradisional itu punya nilai edukasi," katanya setelah menyaksikan pertunjukan teater oleh Tanah Ombak.

         Ia menjelaskan dari pertunjukan ini terlihat apabila anak-anak itu berinteraksi sesama mereka maka akan nampak kebersamaan dan interaksi sosialnya.

         Dalam memainkan permainan tradisional ada nilai-nilai moral, kebersamaan serta kekompakan antar mereka dan inilah yang dibutuhkan oleh generasi muda saat ini.

         "Permainan tradisional akan memupuk semangat kebersamaan dan kekompakan pada generasi muda, sebab disini mereka akan berinteraksi secara langsung," katanya.

         Sekalipun demikian ia menyebutkan saat ini permainan tradisional tidak banyak lagi dimainkan oleh anak-anak di Kota Padang dan Sumatera Barat secara umum.

         "Sekarang tidak banyak lagi anak-anak yang memainkan permainan tradisional, oleh karena itu kita akan berupaya untuk membangkitkan lagi permainan tradisional anak-anak ini," katanya. (*)

Pewarta : Hendra Agusta
Editor :
Copyright © ANTARA 2024