Batusangkar, (Antara Sumbar) - Sebanyak 20 orang penghulu di Jorong Pabalutan, Nagari Rambatan, Kecamatan Rambatan, Tanah Datar, Batagak Gala dan dilewakan oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN) Rambatan di Balai Pertemuan nagari setempat. Selain itu juga dilewakan tiga orang Engku, satu orang Malin, satu orang Dubalang, dan 18 orang gala mudo.

     "Prosesi batagak gala malewakan penghulu ini menunjukan hubungan yang harmonis antara mamak dan kemenakan dimana mamak menjadi tumpuan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di kaum dan rumah tangga, serta memupuk kekerabatan agar semakin erat," kata Ketua KAN Rambatan B. Datuk Malin Ameh pada acara Malewakan Gala Penghulu di Nagari Rambatan, Sabtu.

     Ia menyebut dalam adat Minangkabau, Penghulu merupakan sebutan kepada ninik mamak pemangku adat yang bergelar datuk, Penghulu berarti pemimpin kaum atau suku.

     "Sebagai penghulu harus bertanggung jawab dan wajib memelihara kaum, suku dan nagarinya," katanya.

     Ia menyampaikan Penghulu bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terjadi dalam masyarakat
dan hal ini dikatakan kewajiban penghulu "kusuik manyalasai, karuah mampajaniah".

     Sementara itu, Sekretaris Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Tanah Datar Hafzi Datuk Batuah mengatakan proses penunjukan seorang Penghulu bukanlah hal yang mudah dengan main tunjuk saja, tetapi melalui proses dengan melihat siapa yang dijadikan penghulu dan wakilnya.

     "Para Penghulu merupakan kepercayaan kaum yang menjabat seumur hidup, sehingga harus orang yang amanah dan dapat dipercaya," katanya.

     Ia menyebut setiap kaum dan anak kemenakan menunjuk penghulu untuk memimpin kaum berdasarkan musyawarah mufakat, dimana tugas dari penghulu ini untuk memimpin kaum dan membimbing anak kemenakan ke arah yang lebih baik.

     Kepala Dinas Budparpora Tanah Datar, Marwan menyatakan bahwa pemerintah daerah mendukung pelaksanaan kegiatan ini karena dapat meletakan peran dan fungsi ninik mamak di tengah masyarakat.

     "Kegiatan ini sesuai visi dan misi pemerintah daerah yang bertujuan menciptakan masyarakat yang madani dan berbudaya berdasarkan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (ABSSBK)," katanya.

     Sebanyak 20 orang penghulu yang dilewakan itu yakni Nofebri Datuk Rangkayo Tangah, Romi Datuk Pandak, Waspat Datuk Rangkayo Mulia, Yulizen Datuk Pakieh Sutan, Mulyadi Datuk Bagindo Rajo Lelo, Hardiful Datuk Rajo Alam, Elispron Datuk Gadang Bandaro, Zulherman Datuk Gadang, Jafri Datuk Malin Intan, Azwil Datuk Palang Basa.

     Kemudian, Yasmin Datuk Paduko, Adrizal Datuk Paduko, Azwar Datuk Majo Lelo, Nelputra Datuk Peto Malano, Ariyon Datuk Gindo Sati, Ulul Azmi Datuk Datuk Rajo Malano, Digo Datuk Marajo, Ermi Datuk Malano Kayo, Alizardi Datuk Penghulu Khatib, dan Wendri Gusnedi Datuk Malano.

     Tiga orang Engku yang dilewakan adalah Abdullah Engku Imam Basa, Zulkarnaini Engku Khatib Putih, dan Khairunas Engku Malin Suleman. Satu orang Malin dan satu orang Dubalang yang dilewakan adalah Japrizal Malin Mangkuto, dan Dapri Dubalang Rajo.

     Sebanyak 18 orang diberikan Galamudo yakni Refrianto Majo Basa, Samsir Malako Sutan, Zon Pangulu Ameh, Mahi Peto Bunsu, Zulkifli Malin Mudo, Burhan Malin Parmato, Abdul Gafar Pandeka Mudo, Burdis Jo Kuaso, Peral Malin Putiah, Jon Tanjung Katik Kayo, Zaitinal Sutan Malano, Musfar Pakieh Marajo, Damendra Pono Marajo, Irsad Kondo Marajo, Mawardi Paduko Bunsu, Junaidi Paduko Sati, Erwin Khatib Malano, dan Putra Noperal Mangkuto Marajo. (*)

Pewarta : Irfan Taufik
Editor :
Copyright © ANTARA 2024