Bayi berusia empat bulan itu menggelengkan kepalanya saat akan diberi vaksin polio sebagai isyarat menolak didekati petugas medis. Setelah dibujuk sang ibu akhirnya ia bersedia membuka mulut, dua tetes vaksin pun masuk ke rongga mulutnya.
Awan merupakan salah satu balita di Jorong (dusun) Pasar Timur, Nagari (desa) Pasar Mualabuh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat yang menjadi target "sweeping" atau penelusuran selama pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio yang telah dicanangkan pada 8 Maret 2016.
Di jorong tersebut, menurut bidan desa yang bertugas Elfa Yuliani, terdapat 78 bayi berumur 0-59 bulan yang menjadi sasaran pada PIN Polio 2016.
Meskipun berada di pusat kota Kecamatan Sungai Pagu, tidak seluruh orang tua balita di daerah itu yang mendatangi Pos PIN ketika jadwal PIN dilaksanakan 8-15 Maret 2016. Hal ini terbukti masih ditemukan sekitar 20 balita yang belum diberi vaksin ketika dilakukan penelusuran.
"Selain ada balita yang sakit, kesibukan orang tua sehingga mereka tidak mendapatkan informasi adanya PIN Polio," jelas Elfa.
Ia menyebutkan orang tua yang tidak membawa balitanya ke Pos PIN rata-rata berprofesi sebagai pedagang.
"Selain itu, Pos PIN kalau itu dipusatkan di Ruang Terbuka Hijau sehingga banyak orang tua yang tidak tahu," katanya.
Orang tua Awan, Sri Wahyuni (26) mengaku baru membawa anaknya ke Pos PIN Polio karena saat dilaksanakan imunisasi polio bayinya sedang demam.
"Menurut informasi bidan, anak yang demam tidak bisa diberi imunisasi polio sehingga baru kali ini saya bawa anak saya untuk imunisasi," katanya.
Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Solok Selatan Beherdiman mengaatakan Dinas Kesehatan mengerahkan 400 tenaga kesehatan dibantu oleh kader posyandu 1.345 orang yang tersebar di 272 lokasi.
Setiap posyandu memiliki kader sebanyak lima orang yang siap membantu menyukseskan PIN 2016 serta memastikan semua balita ikut imunisasi.
"Kami mengharapkan semua balita di Solok Selatan mendapatkan imunisasi. Jika belum mendapatkannya maka orang tua bisa mendatangi puskesmas terdekat maupun lokasi posyandu," katanya.
Pencanangan pelaksanaan PIN Polio di Solok Selatan dilaksanakan di Ruang Terbuka Hijau Muaralabuh, Kecamatan Sungai Pagu, pada 8 Maret 2016 oleh Penjabat Bupati Erizal.
Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Novirman menyebutkan PIN Polio yang dilaksanakan selama seminggu dan serentak di Indonesia itu dalam upaya membebaskan dunia dari polio pada 2020.
Tujuan PIN Polio antara lain mengurangi risiko penularan virus polio yang datang dari negara lain, memastikan tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit polio cukup tinggi dan memberikan perlindungan secara optimal serta merata pada balita terhadap kemungkinan munculnya kasus polio.
Di kabupaten yang berjarak sekitar 135 kilometer dari Kota Padang itu, katanya, memperoleh target imunisasi polio dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) dengan sasaran 18.251 balita.
Dari daftar sasaran tersebut, selama pelaksanaan PIN Polio selama seminggu, capaian dari target yang diberikan cuma 14.532 balita atau 78,46 persen.
"Respon masyarakat sebetulnya bagus dan tidak ada kendala. Selain itu, tidak warga Solok Selatan menolak balitanya untuk diimunisasi polio," kata mantan Direktur RSUD Solok Selatan tersebut.
Dalam upaya mencapai target yang diberikan, katanya, pemerintah kabupaten/kota diberi waktu untuk melakukan "sweeping" ke rumah-rumah warga yang memiliki balita dan telah terdaftar dalam daftar sasaran.
Daerah Sulit
Tidak seluruh daerah di Solok Selatan memiliki akses jalan yang telah beraspal. Sejak dimekarkan dari Kabupaten Solok 12 tahun yang lalu, masih ada sejumlah daerah yang harus menggunakan kendaraan roda empat gardan ganda untuk mengaksesnya karena jalan tanah.
Salah satunya adalah Jujutan, yang berada di kecamatan pusat ibukota, Sangir. Walaupun berada di sekitar pusat ibu kota kabupaten Padang Aro, tidak kurang dari satu jam perjalanan, namun untuk menjangkau daerah itu mesti menggunakan mobil gardan ganda.
"Yang menjadi kendala rumah warga satu ke rumah lainnya jaraknya juga jauh dan harus menempuh jalan tanah perbukitan. Sehingga mempersulit melakukan imunisasi," katanya.
Beherdiman menyebutkan ketika dilakukan "sweping" pada Kamis (17/3) di Jujutan setidaknya terdapat 11 balita yang harus diberi imunisasi polio.
Daerah yang sulit dijangkau lainnya tiga nagari di Kecamatan Sangir Batang Hari, yakni Nagari Lubuk Ulang Aling, Lubuk Ulang Aling Selatan dan Lubuk Ulang Aling Utara. Perlu perjalanan lebih kurang empat jam dari Padang Aro agar sampai ke nagari itu.
Perjalanan ke nagari yang berada di Kecamatan Sangir Batang Hari tersebut, juga harus menyeberangi Sungai Batang Hari dengan menggunakan perahu tradisional atau disebut timpek selama lebih kurang tiga jam.
Perjalanan melintasi sungai dimulai dari Dusun Tangah menuju ke Tanah Galo, yang juga lokasi puskesmas di nagari itu.
"Di tiga nagari, yakni Lubuk Ulang Aling, Lubuk Ulang Aling Selatan dan Lubuk Ulang Aling Utara dari 1.114 balita sasaran imunisasi, baru tercapai 82 persen," katanya.
Diantara kendala tidak tuntasnya imunisasi polio di ketiga nagari itu, katanya, jarak rumah yang jauh serta sebagian warga ketiga nagari itu ada yang berdomisili di Kabupaten Dharmasraya.
"Berkemungkinan saat pelaksanaan imunisasi polio, mereka berada di Dharmasraya," katanya.
Kendati PIN Polio di Solok Selatan tidak mencapai target yang diberikan oleh Pusdatin sebanyak 18.251 anak, katanya, capaian 17.566 anak sesuai dengan target cakupan sebesar 95 persen.
Hasil
Dari sweeping yang telah dilaksanakan Rabu (16/3) dan Kamis (17/3) setidaknya sudah ada penambahan jumlah balita yang diberikan imunisasi polio sebanyak 1.822 balita, yakni pada hari pertama sebanyak 641 balita dan hari kedua 1.181 balita. Jumlah balita di Solok Selatan yang sudah terjangkau imunisasi polio hingga hari kedua sebanyak 16.354 orang atau 89,6 persen.
Sementara pada hari terakhir, Jumat (18/3), petugas mampu menjangkau 1.216 balita.
Seluruh balita yang terjangkau imunisasi polio di kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Kerinci Jambi berjumlah 17.566 anak atau sekitar 95 persen lebih dari target Pusdatin.
Bukan saja bagi balita yang masuk dalam daftar sasaran, tapi bayi-bayi dari warga pendatang juga diberikan imunisasi.
"Seperti contoh di daerah perkebunan di Kecamatan Sangir Balai Janggo. Di daerah itu terdapat sejumlah perusahaan perkebunan yang banyak pekerja berasal dari luar Solok Selatan," jelasnya.
Setiap balita diberi dua tetes vaksin polio atau trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV). Solok Selatan memiliki persediaan vaksin polio sebanyak 820 vial yang berukuran 2 mililiter dan 350 vial untuk ukuran 1 mililiter. Satu mililiter vaksin polio bisa diperuntukan untuk 10 balita.
"Hingga Jumat, untuk yang 1 mililiter masih tersisa 34 vial di gudang," katanya.
Vaksin polio yang tersisa, sebutnya, akan dimusnahkan untuk menghindarkan menyebarnya penyakit lainnya.
"Vaksin polio kali ini adalah virus polio yang dilemahkan. Jika tidak dibakar, maka virus itu akan hidup kembali dan bisa menyerang manusia," katanya.
Sisa-sisa vaksin polio tersebut akan dibakar di RS Semen Padang yang memiliki "incinerator" (alat pemusnah limbah) dengan suhu pembakaran di atas 1.000 derajat celcius.
Setelah diberi imunisasi tOPV, katanya, balita tersebut akan tetap dipantau melalui bidan desa. Kemudian pada Juli, imunisasi polio dilanjutkan dengan pemberian secara suntik atau bivalent oral polio vaccine (bOPV).
Penanggung jawab Program Imunisasi Sumbar Kartika Sari mengatakan Indonesia sebetulnya sudah terbebas dari polio liar sejak 1996.
Akan tetapi, katanya, pada Maret 2005 timbul satu kasus di Cidahu, Jawa Barat, ada warga yang terserang polio dan setelah diteliti ternyata terjangkit dari Jeddah.
"Setelah ditelusuri, diketahui virus tersebut berasal dari Afrika dan ini diakibatkan imunisasi yang kurang maksimal dilaksanakan pada 1997 hingga 2005," katanya.
Dia menambahkan selesai imunisasi pada 15 Maret pihak puskesmas harus memastikan betul jika vaksin tOPV diberikan pada balita serta mengembalikan sisanya untuk dimusnahkan. (*)
Awan merupakan salah satu balita di Jorong (dusun) Pasar Timur, Nagari (desa) Pasar Mualabuh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat yang menjadi target "sweeping" atau penelusuran selama pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio yang telah dicanangkan pada 8 Maret 2016.
Di jorong tersebut, menurut bidan desa yang bertugas Elfa Yuliani, terdapat 78 bayi berumur 0-59 bulan yang menjadi sasaran pada PIN Polio 2016.
Meskipun berada di pusat kota Kecamatan Sungai Pagu, tidak seluruh orang tua balita di daerah itu yang mendatangi Pos PIN ketika jadwal PIN dilaksanakan 8-15 Maret 2016. Hal ini terbukti masih ditemukan sekitar 20 balita yang belum diberi vaksin ketika dilakukan penelusuran.
"Selain ada balita yang sakit, kesibukan orang tua sehingga mereka tidak mendapatkan informasi adanya PIN Polio," jelas Elfa.
Ia menyebutkan orang tua yang tidak membawa balitanya ke Pos PIN rata-rata berprofesi sebagai pedagang.
"Selain itu, Pos PIN kalau itu dipusatkan di Ruang Terbuka Hijau sehingga banyak orang tua yang tidak tahu," katanya.
Orang tua Awan, Sri Wahyuni (26) mengaku baru membawa anaknya ke Pos PIN Polio karena saat dilaksanakan imunisasi polio bayinya sedang demam.
"Menurut informasi bidan, anak yang demam tidak bisa diberi imunisasi polio sehingga baru kali ini saya bawa anak saya untuk imunisasi," katanya.
Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Solok Selatan Beherdiman mengaatakan Dinas Kesehatan mengerahkan 400 tenaga kesehatan dibantu oleh kader posyandu 1.345 orang yang tersebar di 272 lokasi.
Setiap posyandu memiliki kader sebanyak lima orang yang siap membantu menyukseskan PIN 2016 serta memastikan semua balita ikut imunisasi.
"Kami mengharapkan semua balita di Solok Selatan mendapatkan imunisasi. Jika belum mendapatkannya maka orang tua bisa mendatangi puskesmas terdekat maupun lokasi posyandu," katanya.
Pencanangan pelaksanaan PIN Polio di Solok Selatan dilaksanakan di Ruang Terbuka Hijau Muaralabuh, Kecamatan Sungai Pagu, pada 8 Maret 2016 oleh Penjabat Bupati Erizal.
Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Novirman menyebutkan PIN Polio yang dilaksanakan selama seminggu dan serentak di Indonesia itu dalam upaya membebaskan dunia dari polio pada 2020.
Tujuan PIN Polio antara lain mengurangi risiko penularan virus polio yang datang dari negara lain, memastikan tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit polio cukup tinggi dan memberikan perlindungan secara optimal serta merata pada balita terhadap kemungkinan munculnya kasus polio.
Di kabupaten yang berjarak sekitar 135 kilometer dari Kota Padang itu, katanya, memperoleh target imunisasi polio dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) dengan sasaran 18.251 balita.
Dari daftar sasaran tersebut, selama pelaksanaan PIN Polio selama seminggu, capaian dari target yang diberikan cuma 14.532 balita atau 78,46 persen.
"Respon masyarakat sebetulnya bagus dan tidak ada kendala. Selain itu, tidak warga Solok Selatan menolak balitanya untuk diimunisasi polio," kata mantan Direktur RSUD Solok Selatan tersebut.
Dalam upaya mencapai target yang diberikan, katanya, pemerintah kabupaten/kota diberi waktu untuk melakukan "sweeping" ke rumah-rumah warga yang memiliki balita dan telah terdaftar dalam daftar sasaran.
Daerah Sulit
Tidak seluruh daerah di Solok Selatan memiliki akses jalan yang telah beraspal. Sejak dimekarkan dari Kabupaten Solok 12 tahun yang lalu, masih ada sejumlah daerah yang harus menggunakan kendaraan roda empat gardan ganda untuk mengaksesnya karena jalan tanah.
Salah satunya adalah Jujutan, yang berada di kecamatan pusat ibukota, Sangir. Walaupun berada di sekitar pusat ibu kota kabupaten Padang Aro, tidak kurang dari satu jam perjalanan, namun untuk menjangkau daerah itu mesti menggunakan mobil gardan ganda.
"Yang menjadi kendala rumah warga satu ke rumah lainnya jaraknya juga jauh dan harus menempuh jalan tanah perbukitan. Sehingga mempersulit melakukan imunisasi," katanya.
Beherdiman menyebutkan ketika dilakukan "sweping" pada Kamis (17/3) di Jujutan setidaknya terdapat 11 balita yang harus diberi imunisasi polio.
Daerah yang sulit dijangkau lainnya tiga nagari di Kecamatan Sangir Batang Hari, yakni Nagari Lubuk Ulang Aling, Lubuk Ulang Aling Selatan dan Lubuk Ulang Aling Utara. Perlu perjalanan lebih kurang empat jam dari Padang Aro agar sampai ke nagari itu.
Perjalanan ke nagari yang berada di Kecamatan Sangir Batang Hari tersebut, juga harus menyeberangi Sungai Batang Hari dengan menggunakan perahu tradisional atau disebut timpek selama lebih kurang tiga jam.
Perjalanan melintasi sungai dimulai dari Dusun Tangah menuju ke Tanah Galo, yang juga lokasi puskesmas di nagari itu.
"Di tiga nagari, yakni Lubuk Ulang Aling, Lubuk Ulang Aling Selatan dan Lubuk Ulang Aling Utara dari 1.114 balita sasaran imunisasi, baru tercapai 82 persen," katanya.
Diantara kendala tidak tuntasnya imunisasi polio di ketiga nagari itu, katanya, jarak rumah yang jauh serta sebagian warga ketiga nagari itu ada yang berdomisili di Kabupaten Dharmasraya.
"Berkemungkinan saat pelaksanaan imunisasi polio, mereka berada di Dharmasraya," katanya.
Kendati PIN Polio di Solok Selatan tidak mencapai target yang diberikan oleh Pusdatin sebanyak 18.251 anak, katanya, capaian 17.566 anak sesuai dengan target cakupan sebesar 95 persen.
Hasil
Dari sweeping yang telah dilaksanakan Rabu (16/3) dan Kamis (17/3) setidaknya sudah ada penambahan jumlah balita yang diberikan imunisasi polio sebanyak 1.822 balita, yakni pada hari pertama sebanyak 641 balita dan hari kedua 1.181 balita. Jumlah balita di Solok Selatan yang sudah terjangkau imunisasi polio hingga hari kedua sebanyak 16.354 orang atau 89,6 persen.
Sementara pada hari terakhir, Jumat (18/3), petugas mampu menjangkau 1.216 balita.
Seluruh balita yang terjangkau imunisasi polio di kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Kerinci Jambi berjumlah 17.566 anak atau sekitar 95 persen lebih dari target Pusdatin.
Bukan saja bagi balita yang masuk dalam daftar sasaran, tapi bayi-bayi dari warga pendatang juga diberikan imunisasi.
"Seperti contoh di daerah perkebunan di Kecamatan Sangir Balai Janggo. Di daerah itu terdapat sejumlah perusahaan perkebunan yang banyak pekerja berasal dari luar Solok Selatan," jelasnya.
Setiap balita diberi dua tetes vaksin polio atau trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV). Solok Selatan memiliki persediaan vaksin polio sebanyak 820 vial yang berukuran 2 mililiter dan 350 vial untuk ukuran 1 mililiter. Satu mililiter vaksin polio bisa diperuntukan untuk 10 balita.
"Hingga Jumat, untuk yang 1 mililiter masih tersisa 34 vial di gudang," katanya.
Vaksin polio yang tersisa, sebutnya, akan dimusnahkan untuk menghindarkan menyebarnya penyakit lainnya.
"Vaksin polio kali ini adalah virus polio yang dilemahkan. Jika tidak dibakar, maka virus itu akan hidup kembali dan bisa menyerang manusia," katanya.
Sisa-sisa vaksin polio tersebut akan dibakar di RS Semen Padang yang memiliki "incinerator" (alat pemusnah limbah) dengan suhu pembakaran di atas 1.000 derajat celcius.
Setelah diberi imunisasi tOPV, katanya, balita tersebut akan tetap dipantau melalui bidan desa. Kemudian pada Juli, imunisasi polio dilanjutkan dengan pemberian secara suntik atau bivalent oral polio vaccine (bOPV).
Penanggung jawab Program Imunisasi Sumbar Kartika Sari mengatakan Indonesia sebetulnya sudah terbebas dari polio liar sejak 1996.
Akan tetapi, katanya, pada Maret 2005 timbul satu kasus di Cidahu, Jawa Barat, ada warga yang terserang polio dan setelah diteliti ternyata terjangkit dari Jeddah.
"Setelah ditelusuri, diketahui virus tersebut berasal dari Afrika dan ini diakibatkan imunisasi yang kurang maksimal dilaksanakan pada 1997 hingga 2005," katanya.
Dia menambahkan selesai imunisasi pada 15 Maret pihak puskesmas harus memastikan betul jika vaksin tOPV diberikan pada balita serta mengembalikan sisanya untuk dimusnahkan. (*)