Sawahlunto, (Antara) - Masyarakat Desa Silungkang Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, membentuk sebuah organisasi untuk mewadahi pelestarian dan pengembangan kerajinan tradisional Songket Silungkang.
"Organisasi tersebut diberi nama Forum Pemerhati Pengrajin dan Pengusaha Songket Silungkang Sawahlunto (FP3S3) dan telah terbentuk pada Kamis (3/3) di Hotel Parai Sawahlunto," kata Ketua forum tersebut, Fidel Arifin, Kamis.
Menurutnya, FP3S3 tersebut dirintis oleh para pemerhati, pelaku usaha, pengrajin serta tokoh masyarakat serta institusi pemerintah terkait sebagai sarana menjembatani upaya-upaya pelestarian kerajinan tersebut. Meliputi peningkatan mutu hasil kerajinan, pengayaan motif serta pemasaran yang erat hubungannya dengan upaya-upaya pengembangan kerajinan tradisional khas daerah itu.
Dia mengatakan, perkembangan kerajinan Songket Silungkang diakui sudah lebih membaik jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, hal itu menurut dia tidak lepas dari kegigihan para pengrajin dan pelaku usaha bersama seluruh elemen pemerintah daerah itu, dalam mengenalkan kerajinan tersebut untuk merebut peluang pasar yang ada.
"Perhatian dan bantuan yang baik pun juga diberikan oleh pihak Kementerian Pariwisata, salah satunya dengan memesan kain Songket Silungkang sebanyak 300 helai yang akan dipromosikan hingga mancanegara," tambah dia.
Terkait upaya peningkatan jumlah produksi kain Songket Silungkang saat ini oleh pengrajin setempat, menurutnya telah terjadi lompatan cukup besar yakni mencapai 90 lembar kain perhari.
Hal itu dipicu tumbuhnya animo masyarakat setempat untuk bertenun sebagai salah satu usaha mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga, karena mulai terbukanya peluang keterjaminan pemasaran hasil produksi mereka yang sebelumnya sempat ditinggalkan dan nyaris mengalami kepunahan.
Dia menjelaskan, forum yang telah dibentuk ini akan terus mencoba untuk menerobos peluang pasar yang ada, dengan melibatkan seluruh elemen di daerah ini serta para perantau guna memikirkan secara bersama strategi - strategi yang akan dilaksanakan sekaitan dengan upaya melestarikan kerajinan ini sebagai salah satu nilai - nilai budaya yang tumbuh berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat.
"Salah satunya adalah dengan menjadikan lembaga ini menjadi semacam unit pengawasan tingkat mutu yang dihasilkan dengan standarisasi kualitas serta penggunaan motif Songket Silungkang pada kain yang dihasilkan pengrajin agar nilai jualnya tidak anjlok serta mampu bersaing dengan kerajinan - kerajinan sejenis di Nusantara," kata dia.
Sementara itu, Wali Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Ali Yusuf, mengatakan selama ini Songket Silungkang sudah menjadi harapan dan sumber pendapatan bagi masyarakat untuk bertahan hidup dalam meningkatkan kehidupannya.
"Dahulu masyarakat Sawahlunto sempat sejahtera dengan potensi tambangnya, namun potensi tambang sudah mulai habis sehingga masyarakat membutuhkan lapangan kerja," kata dia.
Menurutnya, pihak Pemerintah Kota Sawahlunto juga sudah berupaya membekali masyarakat dengan keterampilan bertenun di tiga kecamatan lainnya, agar jaminan ketersediaan barang yang menjadi salah satu syarat untuk membuka peluang pasar yang ada, bisa dipenuhi.
"Imbas positif yang sudah terlihat adalah tumbuhnya daya saing masyarakat dalam memenuhi permintaan pasar yang sudah meningkat jumlahnya dengan variasi harga yang cukup beragam dan terjangkau bagi semua kalangan," kata dia. (*)