Pekanbaru,  (ANTARA) - Begitu menyedihkan nasib yang dialami wanita cantik Ria Nasrini (25) warga Kota Cirebon, Jawa Barat yang pernah menjadi korban penyiksaan majikan saat jadi  Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kuwait  2009 lalu.

        Kini dia kembali merasakan penderitaan yang sangat menyedihkan ketika sang suami tercinta menjual dirinya ke tempat hiburan di Kota Batam Kepulauan Riau dan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Mandau, Riau.

        Nama Ria Nasrini sudah familiar di kalangan media dan pejabat imigran di tanah air, karena kejadian pada 2009 silam saat dirinya menjadi korban penyiksaan yakni disetrika oleh sang majikan di Kuwait dan dipulangkan  bersama dengan korban penyiksaan TKW lainnya dari Saudi Arabia yakni Sumiati.

        Pada 26 Oktober 2011, Ria, nama panggilan akrabnya, kembali muncul ke permukaan setelah ditemukan oleh pihak Kepolisian Sektor Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, di salah satu lokalisasi di daerah tersebut.

        Setelah diusut lebih dalam, ternyata Ria menjadi korban "Trafficking" atau perdagangan manusia oleh suaminya sendiri ke salah satu tempat hiburan di Pulau Batam.

         Selama tujuh bulan, lebih dulu dia bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) di Batam karena terjebak oleh kelakuan suaminya. Dia lalu dipindahkan ke Mandau, Bengkalis, Riau, dan di sanalah Ibu dua anak ini minta pertolongan kepada pihak Kepolisian yang kebetulan menjadi tamunya malam itu.

         Ria adalah wanita yang cerdas dan memiliki wawasan yang luas, karena itulah kini dia bisa keluar dari cengkeraman kehidupan yang sangat menyedihkan tersebut.

         "Saya tidak tahu lagi harus bagaimana, suami yang selama ini aku sayangi tega menjual aku ke tempat kerja yang paling hina," ucap Ria dengan deraian air mata kesedihan.

         Saat dijual suaminya ke Pulau Batam, Ria menyatakan hanya bisa pasrah dengan keadaannya selama tujuh bulan menjadi pemuas nafsu tamu yang datang ke Lokalisasi tersebut, karena selalu disekap oleh "Ambo"-nya atau Mucikari. Padahal ia ingin lari saja dan pulang ke Cirebon.

        Setelah tujuh bulan mendekam di Batam, ia kemudian dikirim ke salah satu Lokalisasi di Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, akhirnya ia pindah dari Batam ke Mandau.

        Di tempat itu ia menjalani pekerjaannya selama empat bulan, ini dilakukannya untuk membiayai hidup dan sekolah anak dan membiayai orangtuanya di kampung halaman.

        Hari demi hari dijalani Ria di lokasisi tersebut demi memberikan yang terbaik untuk anak tersayang yang sudah beranjak usia dan duduk di kelas satu sekolah dasar, begitu juga untuk biaya pengobatan sang ayah yang terkena penyakit jantung.

         "Ini bukan keinginan Ria, tapi ini jebakan dan tuntutan kehidupan yang membuat Ria seperti ini," ujar Ria, dengan penuh haru sambil mengusap matanya yang masih sakit akibat siksaan majikan saat bekerja jadi TKW di Kuwait.

         Pada Kamis 26 oktober lalu, Kapolsek Mandau membawa Ria beserta empat orang temannya yang juga berasal dari Jawa Barat ke Badan Pemberdayaan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana (BP2AKB)Provinsi Riau.

        Di sana Ria mendapatkan nasehat dan penerangan dari para ahli Pemberdayaan perempuan, selanjutnya Ria juga berjanji 

tidak akan kembali lagi ke tempat Lokalisasi tempatnya semula bekerja.

        "Aku ingin membahagiakan kedua anakku yang masih membutuhkan kasih sayang, dan ingin membahagiakan orangtuaku yang juga sakit-sakitan di kampung. Mereka selalu menjadi cibiran tetangga tentang masa laluku saat jadi TKW di Kuwait, dan sekarang juga orang tua saya tahunya saya bekerja di Malaysia jadi TKW," urainya dengan linangan air mata.

        Saat di Mandau keberanian Rialah yang menjadi penyebab keluarnya mereka sebanyak lima orang korban Trafficking. Ria langsung meminta kepada Kepolisian untuk menyelamatkan dirinya dari Lokalisasi tersebut.

        Begitu juga saat berada di Kuwait dulu, saat menjadi korban penyiksaan majikan ketika menjadi TKW, keberanian Ria menjadikan dia sebagai 'peniup pluit' bagi TKW lainnya untuk mengungkapkan praktik kekerasan yang mereka alami di Kuwait, meskipun dia  sempat diancam untuk dibunuh.

        Saat ini Ria sudah dikembalikan oleh Dinas Sosial Riau yang bekerja sama dengan Badan pemberdayaan Perempuan Riau  ke kampung halamannya di Cirebon Jawa Barat.

        Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Risdayati mengatakan, Ria memang wanita cerdas dan mempunyai pendidikan yang cukup dengan menamatkan pendidikannya hingga tingkat SLTA.

         "Namun karena Jebakan dan kondisi hidupnya, maka dia terjebak dalam kehidupan ini," ujar Risda.

         Ria masih memiliki masa depan yang cerah dan masih punya cita-cita, "Saya yakin dia bisa menjadi yang terbaik, namun dengan satu syarat, yakni sebuah komitmen dari diri dan lingkungan serta Pemerintahan tempat dia tinggal untuk meneruskan hidup," ujarnya.  (*)


Pewarta : Nasuha
Editor :
Copyright © ANTARA 2024