Tiga putra terbaik dari ranah Minang telah menghembuskan nafas terakhir dalam kurun tahun 2011, mulai dari tokoh pers nasional, seniman musik, dan terakhir budayawan yang kritis.
Tokoh terbaik yang pernah muncul dari ranah Minang dan diakui di tingkat nasional hingga internasional tersebut, satu-persatu menghadap Yang Maha Kuasa. Mereka meninggalkan kenangan, prestasi, motivasi, dan keharuman nama bagi dirinya, dan juga Minangkabau.
Putra terbaik dari Minangkabau yang telah "dipanggil" pada tahun 2011 ini mulai dari tokoh pers nasional Rosihan Anwar dalam usia 89 tahun, Zalmon seniman musik legendaris Minangkabau meninggal dalam usia 56 tahun, serta tadi pagi (Selasa, 28/6-red) Wisran Hadi tokoh budayawan Minangkabau meninggal dalam usia 66 tahun.
Rosihan Anwar meninggal Kamis (14/4) sekitar pukul 08.15 WIB, di RS MNC Jakarta, Zalmon meninggal di RS Ibnu Sina, Kota Padang, pada Sabtu (21/5) sekitar pukul 11.30 WIB, dan Wisran Hadi meninggal di kediamannya, Jalan Gelugur Blok H No.2 Wisma Indah II Lapai, Kota Padang, sekitar pukul 07.30 WIB.
Ucapan bela sungkawa datang dari masyarakat umum, baik secara langsung yang datang ke kediaman masing-masing, hingga di jejaring sosial.
Selain itu, dari pihak pemerintah, mulai dari pemerintah daerah hingga Mentri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi, yang juga merupakan putra asli Minangkabau menyampaikan rasa duka yang mendalam atas kepergian putra terbaik di bidang masing-masing tersebut.
Apalagi dari teman seprofesi yang sudah mengenal lama ketiga tokoh tersebut, rasa duka mendalam juga amat dirasakan, sehingga wajar ranah Minang kehilangan atas ketiga tokoh tersebut.
Apalagi karya dan potensi yang ada dalam diri ketiga putra Minangkabau tersebut telah mengharumkan nama Sumatera Barat, mulai dari dunia jurnalistik, musik, hingga teater, seni, dan semua yang berkaitan dengan kebudayaan.
Namun demikian, ibarat kata pepatah Minangkabau, "Patah tumbuah hilang baganti", dan harapan besar tersebut untuk kembali mengharumkan nama Minangkabau di dunia jurnalistik, seni, serta budaya ini sekarang ada di tangan generasi muda.
Generasi penerus harus mampu mencontoh perjuangan, kerja keras, serta pengabdian mereka terhadap bidangnya masing-masing, sehingga nama besar Minangkabau yang telah diakui secara nasional dan internasional dalam tiga bidang tersebut bisa dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Rosihan Anwar merupakan tokoh pers nasional asal Sumbar yang meraih penghargaan Bintang Mahaputra III dari Presiden Soeharto pada 1974.
Sementara itu, Zalmon sewaktu hidupnya terkenal sebagai musisi andal, dengan suara seraknya yang membuat setiap pendengar lagu-lagunya terbawa dalam alunan nayayiannya.
Lagu yang menjadi hits dari Zalmon tersebut antara lain ‘Kasiak Tujuh Muaro, Nantido Manahan Hati, Kasiah Tujuah Muaro, Aia Mato Mande, Ameh jo Timbago' serta banyak judul lagu lainnya.
Semasa hidupnya tidak kurang 120 album telah dikeluarkan musisi legendari ini, sebelum dipanggil Yang Maha Kuasa.
Sedangkan Wisran Hadi adalah salah satu budayawan yang konsisten berkarya hingga hari tuanya. Wisran pernah menulis kumpulan naskah drama berjudul Empat Orang Melayu berisi empat naskah drama "Senandung Semenanjung", "Dara Jingga", "Gading Cempaka", dan "Cindua Mato" (yang membuatnya mendapat penghargaan South East Asia (SEA) Write Award 2000.
Generasi Muda Merupakan Penerus
Kepergian tiga putra terbaik Minangkabau dalam dasawarsa ini, tidak harus membuat mundur Minangkabau dalam hal dunia jurnalistik, seni, maupun budaya.
Dalam prosesnya akan muncul putra terbaik Minangkabau lainnya, dengan generasi muda sebagai ujung tombaknya.
Hal tersebut diharapkan dengan banyaknya jurnalis yang ada di Sumbar, yang terus menghasilkan karya-karya, serta tingginya minat masyarakat Minangkabau terhadap dunia jurnalistik.
Sementara untuk bidang seni, dan budaya, di Sumbar juga ada Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, yang dapat menghasilkan tokoh-tokoh muda penerus ketiga tokoh yang telah berpulang tersebut.
Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Sumatera Barat, Sulaiman Junet, menyatakan, sulit untuk mencari ganti tokoh-tokoh tersebut, karena mereka memiliki karakter yang tak tergantikan, namun generasi muda harus bisa mencontohnya, dan menjadikan almarhum teladan dalam berkarya.
"Kita berharap generasi muda dapat mengambil contoh dari ketiga putra terbaik tersebut, dan menghasilkan karya-karya seperti yang mereka hasilkan sebelumnya," kata Sulaiman.
Namun demikian, sulaiman percaya akan lahir tokoh-tokoh baru di Minangkabau sebagai penggantinya, ia menyatakan dengan kepergian ketiga tokoh tersebut masyarakat Minang tidak boleh mengalami kemunduran, dan harus menjadikan ini sebagai pembangkit generasi muda untuk meneruskan apa yang telah dicapai ketiganya di tingkat nasional maupun internasional.
Sementara itu, Mendagri Gamawan Fauzi, yang juga merupakan putra asli Minangkabau menyatakan, harapan besar berada di tangan generasi muda untuk kembali mengharumkan nama Ranah Minang dalam dunia tersebut.
"Kita berharap akan muncul tokoh-tokoh baru, yang mampu manghasilkan karya seperti almarhum, dan kalau bisa malah lebih dari ketiga tokoh tersebut," jelas Gamawan.
Untuk mencapai prestasi yang diraih ketiga tokoh tersebut, generasi muda haru berjuang, berusaha, dan selalu belajar agar menjadi lebih baik, menjadikan tiga tokoh tersebut sebagai panutan, dalam perjuangan, meraih apa yang diinginkan, hingga menorehkan nama besar seperti ketiga tokoh tersebut. (*/wij)
* Penulis adalah wartawan Perum LKBN Antara Sumbar