Pemkab Berencana Bentuk Lembaga Kerapatan Adat Mentawai

id Pemkab Berencana Bentuk Lembaga Kerapatan Adat Mentawai

Padang, (Antara) - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai-Sumatera Barat berupaya membentuk berdirinya Lembaga Kerapatan Adat Mentawai (LKAM), sebagai penjaga dan pelestari adat dan budaya Mentawai. Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet menyebutkan, pendirian Lembaga Kerapatan Adat Mentawai atau dewan adat tersebut akan terwujud bila ranji atau silsilah keturunan di Mentawai sudah ditetapkan. "Masalah silsilah keturunan atau ranji orang Mentawai ini perlu kita dudukan dulu,tahun lalu, kita telah mulai melakukan penelusuran mencari asal-usul suku di Mentawai, kita mau jawab Mentawai itu sebenarnya terdiri dari berapa suku, dari mana orang Mentawai itu," katanya di Padang, Sabtu Ia mengatakan, Mentawai sebagai salah satu bagian di Provinsi Sumatera Barat, secara khusus memang mempunyai adat istiadat, tradisi dan budaya tersendiri yang berbeda dengan Minangkabau. Untuk itu, imbuhnya, Mentawai harus memiliki tatanan kearifan lokal yang dapat dijadikan pijakan, meskipun nantinya orang Mentawai berkembang secara modern, tetapi mereka tetap dapat dikendalikan secara adat dan tradisi Mentawai, seperti halnya orang Minangkabau, Batak, ataupun Jawa. "Saya tertarik dengan daerah Tanah Datar, setiap orang yang diberi gelar datuak entah orang tersebut dari Pariaman, Pesisir Selatan atau daerah lain yang diberi gelar datuak pasti terakhirnya mereka harus pergi ke sana karena orang Minangkabau berasal dari tanah Luhak. Nah terpikir saya, orang Mentawai darimana ini," ujarnya. Menurut dia, sebelum kelembagaannya terbentuk, Pemkab Mentawai pada November lalu telah menggelar seminar ranji suku Mentawai. Dari ranji inilah nantinya akan ditelusuri tentang indentitas orang Mentawai. Pemkab Mentawai melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan olah raga setempat, katanya, sejak tahun 2012 dan tahun 2013 telah mengucurkan dana lebih dari Rp450 juta untuk menggelar seminar dan penyusunan buku ranji Mentawai. Disamping itu juga melibatkan dua peneliti, yakni Bambang Rudito dan Adi Rosa untuk melakukan identifikasi lapangan dan berdiskusi bersama masyarakat, terutama masyarakat di Siberut Utara untuk mencari keterangan sejarah dan ranji suku Mentawai. (dio)