Padang (ANTARA) - Program Si Rancak Ulakan yang digagas PT. Pertamina Patra Niaga Aviation Fuel Terminal (AFT) Minangkabau, Sumatera Barat merupakan digitalisasi pengelolaan konservasi penyu, melalui alat inkubator penetas penyu yang diberi nama E- Katuang.
“Alat ini dipasang di Pulau Bando, sebagai alat penetas telur penyu yang terintegrasi dengan website SI Rancak Ulakan.” kata Area Manager Communication, Relation & CSR Regional Sumbagut PT Pertamina Patra Niaga , Susanto Agust Satria, di Padang, Rabu.
Ia mengatakan integrasi alat tersebut, menggunakan energi terbarukan ramah lingkungan secara hybrid, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sehingga mendukung aktivitas konservasi penyu dan wisata survival di Pulau Bando, Kawasan Konservasi Pulau Pieh.
“SI Rancak Ulakan menyediakan fitur-fitur yang mempermudah masyarakat, dan kelompok konservasi dalam pengelolaan kawasan konservasi,” katanya.
Ia melanjutkan, kemudahan dari fitur Si Rancak Ulakan diantaranya menyediakan alat bantu untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan tukik dan penyu, menyediakan profil pengelolaan kawasan, statistik, dan publikasi pengelolaan penyu.
Selain itu juga membantu manajemen sampah, wisata minat khusus survival, dan spesies langka di Pulau Bando.
“Si Rancak Ulakan juga menyediakan informasi mengenai monitoring cuaca, daya listrik sensor penetasan telur penyu melalui e-katuang, menyediakan informasi wisata virtual tour 360, dan media edukasi dan publikasi aktivitas kelompok masyarakat binaan dalam pengelolaan kawasan pesisir dan konservasi.” katanya.
Sementara itu Region Manager Coorporate Operation Services PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Riki Madyanto menjelaskan inovasi Si Rancak Ulakan yang digagas PT Pertamina Patra Niaga AFT Minangkabau, termasuk dalam Sustainable Development Goals (SDGs), poin kelima, ketujuh dan 14, yaitu tentang kesetaraan gender, energi bersih dan terjangkau dan ekosistem lautan.
“Proses implementasi tidak hanya berbasis pada konservasi, tapi juga ekonomi masyarat kreatif yang menjadikan dampak tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL), lebih bermanfaat bagi perekonomian masyarakat pesisir Pantai Tiram,” katanya.
Produk inovasi ini berupa website kolaborasi, yang memuat berbagai data dan informasi secara real time tentang kegiatan konservasi multi pihak di Pulau Bando.
Implementasi program SI Rancak Ulakan, dalam pengelolaan keanekaragaman hayati kawasan konservasi di Pulau Bando, dilaksanakan secara kolaborasi interaktif multi sektoral, melalui program Kawasan Bando Spesifik Konservasi Alam Laut (KADO Spesial).
“KADO Spesial adalah inovasi yang diusung Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru, yang diharapkan dapat diaplikasikan di kawasan konservasi lainnya di Indonesia,” kata Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan, Hendra Yusran Siry.
Ia mengatakan kolaborasi interaktif pengelolaan kawasan konservasi multi sektoral di Pulau Bando, juga melibatkan pemerintah provinsi, pemerintah daerah, BUMN, universitas, LSM, dan kelompok masyarakat.
Kepala LKKPN Pekanbaru, Rahmat Irfansyah menambahkan KADO Spesial menjadi model pengelolaan kawasan konservasi terintegrasi, berbasis kolaborasi multi sektoral dengan mengintegrasikan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan di Kawasan Bando dan laut sekitarnya.