Solok (ANTARA) - Aforisme from zero to hero lazim digunakan untuk menggambarkan kisah hidup orang-orang sukses yang awalnya susah. Akan tetapi, aforisme itu tidak cocok dipakai untuk menggambarkan kisah hidup Epyardi Asda karena ia tidak memulai perjuangan hidupnya dari nol (zero), tetapi dari bawah nol (minus). Oleh karena itu, aforisme yang cocok untuk mewakili cerita hidupnya ialah from minus to hero.
Epyardi disebut berangkat dari minus sebab memulai hidupnya dari keluarga miskin. Ayahnya kusir bendi, ibunya pedagang beras keliling. Karena keluarganya sangat miskin, empat dari 11 saudaranya meninggal dunia karena busung lapar.
Pada 1985 setelah lulus dari Pendidikan Pelayaran Besar (P3B) Semarang, Epyardi bertekad untuk mengangkat martabat keluarganya. Ia ingin membahagiakan ibunya. Maka, ia ingin pergi merantau.
Lagi-lagi ia berangkat dari minus sebab tak punya uang untuk pergi merantau. Ia lalu meminjam uang untuk merantau ke Singapura dengan menumpang kapal ikan. Dari Sumatera Barat ia pergi ke Tanjung Pinang, lalu ke Batam, dan tiba di Singapura. Di Singapura ia berkeliling ke mana-mana untuk mencari pekerjaan.
Setelah mendapatkan pekerjaan, Epyardi menelepon orang yang ia pinjami uang untuk berangkat ke Singapura. Ia memberi tahu orang tersebut bahwa ia sudah mendapatkan pekerjaan, tetapi gaji pertamanya ia gunakan bukan untuk membayar utang, melainkan ia serahkan seluruhnya kepada ibunya. Orang tersebut setuju dengan permintaan Epyardi. Pada bulan kedua ia bekerja, barulah ia membayar utang.
Epyardi kemudian menjadi kapten kapal Singapore Shipping Company hingga 1996. Ia kemudian mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran dan kelautan di Tanjung Priok, Jakarta.
Setelah sukses di bidang pelayaran dan kelautan, Epyardi terjun ke dunia politik. Ia tercatat menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Sumbar selama tiga periode (2004—2018). Selama berkiprah di Senayan, ia tidak hanya duduk manis sembari menikmati fasilitas sebagai pejabat negara.
Ia tidak seperti kebanyakan wakil rakyat, yang menurut pandangan Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, yang sekadar datang, duduk, diam, dan duit, lalu ditangkap. Epyardi memiliki banyak kiprah untuk memajukan dapil yang ia wakili, yaitu Sumbar.
Saat duduk di Komisi V, ia acap kali memperjuangkan dana pusat untuk pembangunan infrastruktur, perumahan rakyat, pembangunan pedesaan dan kawasan tertinggal di Sumbar. Berkat kredibilitasnya yang baik, ia pernah dipercaya menjadi anggota Panitia Kerja Angket BBM DPR dan Tim Pengawas Pansus Century DPR.
Kesuksesannya sebagai politikus berlanjut dengan menjabat sebagai Bupati Solok (2021—2024). Selama menjadi bupati, Epyardi menorehkan tinta emas bagi Kabupaten Solok. Inilah penghargaan dan capaian Kabupaten Solok dan Epyardi.
- Predikat Tertinggi Tingkat Kabupaten di Sumatera Barat tentang Kepatuhan Standar Pelayanan Publik Tahun 2022.
- Penghargaan TOP INOVASI tentang Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021.
- Penghargaan Bebas Frambusia Tingkat Nasional Tahun 2022.
- Penghargaan Pencapaian Penurunan Angka Stunting 2023.
- Duta Orang Tua Hebat bersama Ketua TP-PKK Kabupaten Solok 2023.
- Penghargaan Best Tourism Nasional dari ASITA Tahun 2021 untuk Kawasan Geopark Singkarak dan Danau Kembar.
- Anugerah Meritokrasi tahun 2023 dengan kategori baik dalam penerapan Sistem Merit dan Kualitas Pengisian Jabatan Tinggi Pratama, dari Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).
- Raport Pendidikan tertinggi di Sumatera Barat yang dinilai oleh Kementerian Pendidikan Ristekdikti Tahun 2023.
- Penghargaan dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tahun 2023.
- Penghargaan Smart Living 2021 dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.
- Opini WTP selama 5 tahun berturut-turut.
- Penghargaan Pemerintah Daerah Pendukung UMKM Terkolaboratif Wilayah Sumatera Barat Tahun 2022.
- Penghargaan Terbaik 3 dalam Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) 2023.
- Penghargaan Piagam Adipura dari Kementerian LHK tahun 2023 kategori Kota Kecil.
- Peningkatan nilai RB dari tahun 2021 sampai 2023, tahun 2021 bernilai C, tahun 2022 bernilai B, tahun 2023 bernilai BB.
Sejak Epyardi menjadi bupati terjadi peningkatan terhadap perolehan dana alokasi khusus (DAK) Kabupaten Solok. Pada 2020, sebelum Epyardi jadi bupati, DAK Kabupaten Solok hanya Rp53 miliar. Pada 2021, tahun pertama Epyardi jadi bupati, DAK Kabupaten Solok meningkat menjadi Rp99 miliar, pada 2022 naik menjadi Rp109 miliar, pada tahun 2023 sebesar Rp87 miliar, dan tahun 2024 sebanyak Rp107 miliar.
Anggaran tersebut digunakan untuk memperbaiki infrastruktur di Kabupaten Solok, yaitu pengaspalan Jalan Rangkiang Luluih—Simiso dengan anggaran Rp1,8 miliar, Jalan Muaro Sabiak Aia—Garabak Data dengan anggaran Rp1,2 miliar, Jalan Talang Babungo—Sungai Abu dengan anggaran Rp2,2 miliar, Jalan Bukit Cambai dengan anggaran Rp1,5 miliar, Jalan Simpang Tanjung Nan Ampek—Kampung Batu Dalam dengan anggaran Rp8,9 miliar, Jalan Muaro Paneh—Bukit Sileh dengan anggaran Rp3 miliar.
Dengan DAK pula dibangun Gedung Tourist Information Center di Koto Baru dengan anggaran Rp2,9 miliar, Gedung Perpustakaan Daerah di Koto Baru dengan anggaran Rp10 miliar, dan Pasar Agropolitan Sungai Nanam dengan anggaran Rp2,8 miliar.
Di bidang kesehatan, Pemkab Solok di bawah kepemimpinan Epyardi mencatatkan prestasi gemilang. Ketika Epyardi baru menjadi bupati, angka stunting (tengkes) di Kabupaten Solok cukup tinggi, yaitu 40,1 persen.
Epyardi lalu bekerja keras menurunkan angka stunting. Hasilnya terlihat jelas. Pada 2022 angka stunting di kabupaten itu menurun drastis menjadi 15,9 persen dan menjadi 24,2 persen pada 2023.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional bahkan menyatakan bahwa Kabupaten Solok dan Kabupaten Kendal (Jawa Tengah) sebagai kabupaten yang menjadi contoh baik dalam menangani masalah stunting.
Prestasi lain di bidang kesehatan di Pemkab Solok di bawah kepemimpinan Epyardi iala, antara lain, (1) penghargaan bertaraf internasional dari SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) kepada Suci Fadila sebagai finalis dalam kegiatan implementasi “Anakku Sehat, Anakku Cerdas”; (2) Nutrition and Education Awards untuk akselerasi penurunan stunting tingkat kabupaten/kota; (3) penghargaan Ombudsman tahun 2022 nilai tertinggi di Kabupaten Solok untuk Puskesmas Salayo dan Puskesmas Talang; (4) Sertifikat Akreditasi yang merupakan pengakuan Kementerian Kesehatan terhadap 20 pelayanan kesehatan terstandar kepada RSUD Arosuka, Puskesmas Surian, Puskesmas Paninjauan, Puskesmas Sulit Air, dan Puskesmas Sungai Nanam.
Prestasi cemerlang tersebut juga tercatat pada bidang ekonomi. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada 2020 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Solok hanya 1,12 persen. Pada 2021, tahun pertama Epyardi menjadi bupati, pertumbuhan ekonomi kabupaten tersebut naik menjadi 3,32 persen. Pada 2022 naik lagi menjadi 4,31 persen.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan turunnya angka kemiskinan. Pada 2022 Kabupaten Solok menorehkan rekor angka kemiskinan terkecil dalam sembilan tahun.
Pada 2014 angka kemiskinan Kabupaten Solok tercatat 9,53 persen, pada 2015 10 persen, pada 2016 9,32 persen, pada 2017 9,06 persen, pada 2018 8,88 persen, pada 2019 7,98 persen, pada 2020 7,81 persen, pada 2021 8,01 persen, dan pada 2022 7,12 persen.
Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa Epyardi menurunkan angka kemiskinan, bukan menurunkan kemiskinan dari orang tua kepada anak atau dari generasi sebelumnya kepada generasi selanjutnya.