Nilai Tukar Petani Pesisir Selatan naik pada Februari 2024

id NTP, Pesisir Selatan,pessel

Nilai Tukar Petani Pesisir Selatan naik pada Februari 2024

NTP Petani di Pesisir Selatan naik pada periode Februari 2024. (ANTARA/Miko Elfisha)

Painan (ANTARA) - Badan Pusat Statistik mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) Pesisir Selatan, Sumatera Barat meningkat 1,05 dari 116,49 pada Januari menjadi 117,71 pada Februari 2024.

"Indeks harga yang diterima petani 2,20 persen. Sedangkan indeks yang dibayarkan petani hanya 1,34 persen. Artinya saya beli petani cukup bagus," kata Kepala BPS Sumbar, Sugeng Arianto dikutip dari berita resmi statistik edisi Maret di Padang, Selasa.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima terhadap indeks harga yang dibayar petani. Ia adalah salah satu indikator melihat daya beli petani di perdesaan.

NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP maka semakin kuat pula kemampuan beli petani.

Sugeng menjelaskan pada Februari 2024 empat sub-sektor mengalami peningkatan. Sub-sektor tanaman pangan, naik 0,51 persen, hortikultura 4,87 persen, tanaman perkebunan rakyat 0,65 persen dan peternakan tumbuh 0,07 persen.

"Sedangkan untuk satu subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 1,45 persen," jelasnya.

Penurunan indeks pada sub-sektor perikanan terjadi pada kelompok nelayan tangkap akibat cuaca buruk, sehingga mereka tidak bisa pergi melaut. Sedangkan indeks harga yang dibayar untuk kebutuhan pokok cenderung naik.

Ia melanjutkan naiknya kesejahteraan petani, khususnya pada sub-sektor tanaman pangan di Kabupaten Pesisir Selatan juga dipengaruhi tingginya harga gabah kering panen di tingkat petani dan penggilingan.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan BPS pada tujuh daerah, harga gabah kering panen atau tingkat petani paling tinggi terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan, mencapai Rp8.529 per Kilogram.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Madrianto menyampaikan, meski penghasilan petani kini relatif membaik, pemerintah kabupaten tetap menjaga daya beli rumah tangga petani.

Adapun intervensi yang dilakukan adalah dengan memberikan bantuan benih dan pupuk, sehingga biaya produksi mereka cenderung lebih rendah. Dengan demikian harga atau pendapatan petani lebih besar.

Selain bantuan bibit dan pupuk, pemerintah kabupaten juga menjadikan petani sebagai skala prioritas penerima bantuan iuran jaminan kesehatan, baik yang dibiayai APBD maupun APBN. *