Padang Panjang (ANTARA) - Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Jaho gelar Haul Nasional, Haul perdana ini melibatkan seluruh alumni dari berbagai angkatan, Sabtu (2/12). MTI Syekh M Djamil Jaho berdiri pada tahun 1928, dengan konsep pendidikan halaqah dan bertransformasi menjadi kelas dan menjadi salah satu lembaga pendidikan formal tertua di Sumatera Barat dan di tingkat nasional.
Amri Effendi,SH.I,MA Dt.Rangkayo Basa, ketua panitia Haul Nasional MTI Jaho menyebutkan, Haul Nasional ini pertama kali digelar dengan skala nasional dengan mengundang 1.500 alumni MTI yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Selama ini, kita hanya menggelar pertemuan alumni biasa dan itu tidak banyak diketahui oleh alumni-alumni yang tersebar di berbagai daerah. Melalui Haul Nasional kali ini menjadi momen kita kembali berkumpul dan merancang pengembangan MTI kedepan,” kata Amri Effendi.
Dia berharap dengan kegiatan ini ada rancangan gagasan dan masukan-masukan dari alumni dalam pengembangan MTI Syekh M Djamil Jaho kedepan. Apalagi, dalam perkembanggannya, pola pendidikan pondok kalah bersaing dengan pendidikan umum.
“Perjalanan panjang MTI ini tidak terlepas dari peran Syekh M Djamil Jaho dalam penyebaran agama Islam dan pendidikan di Nagari Jaho Kecamatan X Koto Kabupaten Tanahdatar. Jika kita hitung, alumni MTI ini telah mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang,” jelas Amri.
Allex Saputra, salah seorang alumni MTI Syekh M Djamil Jaho yang juga sukses sebagai pengusaha properti di Sumatera Barat, saat menghadiri Haul Nasional MTI Jaho, mengaku bangga pernah menjadi bagian dari MTI Syekh M Djamil Jaho.
“Dari sinilah, kami digembleng, menanamkan budi pekerti dan mendalami ilmu agama yang menjadi bekal kami di masa depan. Alhamdulilah, cukup banyak alumni MTI yang sukses dalam karier masing-masing dan tersebar di berbagai daerah,” ungkap Allex Saputra yang saat juga berjuang di jalur politik.
Menurut dia, sebagai alumni, banyak harapan yang ditompangkan agar MTI tersebut terus bisa eksis dan terus berkembang. Apalagi, alumninya juga memiliki tanggung jawab dalam memajukan MTI tersebut.
“Melalui momen Haul Nasional ini, sudah saatnya kita duduk bersama dan merancang konsep pengembangan MTI ini kedepan, baik dari segi kualitas pendidikan maupun dari sarana dan prasana, termasuk juga keterlibatan pemerintah daerah,” harap dia.
Walinagari Jaho J Dt. Tambijo, pada kesempatan tersebut mengakui, dalam perjalannya MTI Syekh M Djamil Jaho masih jauh tertinggal, bila dibandingkan dengan pondok-pondok pesantren yang berada di sekitar Padang Panjang, Batipuh dan X Koto (Pabasko).
“Kita dari pihak nagari, akan terus mendorong bagaimana MTI ini bisa lebih berkembang. Cukup banyak yang bisa kita lakukan. Apalagi, dengan adanya Haul Nasional ini semakin membuka mata kita semua, bagaimana perjalanan MTI ini dari waktu ke waktu,” ujar J. Dt Tumbijo yang juga alumni MTI tersebut.
Ia menyebutkan, saat ini tidak patut saling menyalahkan dan mencari pembenaran terkait lambatnya perkembangan MTI ini, apalagi dari data yang ada, santri yang masih menuntut ilmu di MTI ini tidak lebih dari 100 orang santri.
“Jauh berbeda jika dibandingkan sepuluh atau 20 tahun kebelakang, Dimana santri MTI ini, tidak mampu tertampung di asrama bahkan di sejumlah rumah penduduk di Nagari Jaho dan harus tinggal didaerah sekitar seperti Koto Katiak, Nagari Gunung. Tentu ini harus menjadi intropeksi kita semua, baik dari pengelola yayasan, perangkat nagari hingga masyarakat sekitar MTI,” jelas J. Dt Tumbijo.
Dia menjelaskan, dalam pengembangan Nagari Jaho kedepan, pemerintah nagari juga menjadikan MTI Jaho sebagai salah satu motor penggerak perekonomian masyarakat, dengan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk juga mengupayakan bantuan dari Pemerintah Kabupate, Provinsi dan lembaga-lembaga lainnya.
“Jika santri MTI ramai seperti dulu, tentunya akan berimbas terhadap perekonomian masyarakat, bahkan bukan tidak mungkin MTI ini kita kembangkan sebagai salah satu ikon wisata religi di Nagari Jaho,” harap dia.
Haul Nasional MTI Jaho, dihadiri Gubernur Sumbar, Bupati Tanah Datar dan sejumlah tamu undangan, pada kesempatan tersebut juga di gelar seminar alumni ponpes MTI Jaho dengan tema Kiat Sukses Membangun Pondok Pesantren dalam Pendidikan, Ekonomi di Era Globalisasi dengan narasumber Prof.Dr.H.Syukri Iska,M.Ag.
MTI Syekh M. Djamil Jaho, salah satu bukti sejarah pembaharuan pendidikan di ranah Minang. Pesantren yang mengajarkan Kitab Kuning ini, ikut melukis sejarah bersama perguruan Islam lainnya dalam perkembangan dan pembaruan sistem pendidikan agama Islam di tanah air. Diawali sistem halaqah sebelum akhirnya beralih ke sistem madrasah. Syekh Muhammad Djamil atau dikenal juga dengan Inyiak Jaho bersama Syekh Sulaiman ar-Rusuli atau Inyiak Canduang mendirikan MTI Canduang mereformasi metode halaqah, setelah itu lahirlah MTI-MTI baru di Minangkabau
Dari Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini juga lahir gerakan organisasi Islam dengan nama Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Usai gempa besar Padangpanjang itulah Inyiak Jaho bersama Syekh Sulaiman Ar Rasuli dan ulama-ulama syafi’iyyah lainnya mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PTI), kemudian pada tahun 1930 diubah menjadi PERTI.