Prevalensi balita stunting Solok Selatan 10,2 persen

id stunting Solok Selatan,Berita solsel,Berita sumbar

Prevalensi balita stunting Solok Selatan 10,2 persen

Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Pendewal melakukan diskusi dengan berbagai swktor saat publikasi data stunting Tahun 2023. Antara/Erik

Padang Aro (ANTARA) - Pelaksanaan tugas Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan, Sumatera Barat Pendewal mengatakan prevelensi balita stunting di Kabupaten itu hingga 25 September 2023 sebesar 10,2 persen.

"Dari 10.665 balita yang diukur per Agustus 2023, hanya 1.083 orang yang yang terindikasi stunting dan data ini diperoleh dari hasil pengukuran dan penimbangan pada Posyandu," katanya, di Padang Aro, Rabu.

Capaian ini katanya, lebih baik dari target yang ditetapkan pemerintah pusat dalam percepatan penurunan stunting yaitu sebesar 14 persen pada 2024.

Dari data tersebut katanya, bayi dua tahun (Baduta) terdiagnosa stunting sekitar 316 orang atau 8,9 persen dari total Baduta sebanyak 3.562 orang.

Dia mengatakan, data Balita stunting yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan ini sudah dilengkapi dengan determinan permasalahannya, sehingga memudahkan tujuj OPD pengampu stunting melakukan intervensi.

Data publikasi stunting ini dibagikan kepada tujuh OPD pengampu termasuk tujuh kecamatan di Solok Selatan sehingga dapat menjadi acuan dalam upaya pelaksanaan konvergensi percepatan penurunan stunting di Kabupaten itu.

Dinas Kesehatan melakukan diskusi terkait masalah dan kendala yang ditemukan oleh seluruh stakeholder dan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Solok Selatan.

Pemerintah kabupaten mengimbau perangkat daerah, camat, Kepala OPD, kepala Puskesmas, dan seluruh jajaran yang tergabung dalam TPPS untuk memegang fungsi dan tanggungjawab sesuai regulasi yang diatur dalam surat Keputusan Bupati Nomor 400.146 Tahun 2022 tentang Penetapan TIM TPPS.

Selain itu juga diharapkan untuk melakukan kerja sama yang intensif, melakukan pemantauan di lapangan sehingga melihat langsung kebersihan lingkungan, kondisi dan perkembangan anak balita, serta memberi informasi pola asuh anak balita sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting.

Stunting ini memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak. Untuk jangka pendek bisa berdampak pada terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan, terganggunya pertumbuhan fisik, dan terganggunya metabolisme.

Sedangkan dalam jangka panjang akan berakibat pada menurunnya kemampuan kognitif, perkembangan fisik, dan prestasi, kemudian menurunnya kekebalan tubuh, dan beresiko mengalami penyakit degeneratif.