Padang (ANTARA) -
- Badan Pusat Statistik Sumatera Barat mencatat kebutuhan beras dan rokok menjadi dua komoditas yang memberikan pengaruh terbesar terhadap garis kemiskinan di kota maupun pedesaan di provinsi setempat periode Maret 2023.
"Untuk kota beras menyumbang angka sebesar 20,67 persen dan 25,38 persen di pedesaan," kata Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto di Padang, Rabu.
Kemudian rokok filter kretek memberikan pengaruh terhadap angka kemiskinan sebesar 13,38 persen untuk perkotaan, dan 15,80 persen bagi masyarakat pedesaan. Berikutnya, cabai merah 5,70 persen di perkotaan, dan 5,90 di pedesaan.
Tidak hanya rokok dan beras, BPS mencatat cabai merah, telur ayam, ikan tongkol, daging ayam ras, roti, bawang merah dan gula pasir juga turut memengaruhi angka kemiskinan di Provinsi Sumbar.
Selain komoditas makanan, BPS juga mencatat komoditas bukan makanan yang memengaruhi garis kemiskinan di Ranah Minang. Komoditas tersebut yakni perumahan, bensin, pendidikan, listrik dan perlengkapan mandi.
Ia mengatakan peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar jika dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap kemiskinan pada Maret 2023 tercatat sebesar 75.91 persen.
Secara umum terjadi penurunan angka kemiskinan di Provinsi Sumbar khususnya periode Maret 2023. Jumlah penduduk miskin pada Maret tercatat sebanyak 340.370 ribu orang atau turun 3,4 ribu terhadap September 2022, dan naik
5,16 ribu bila dibandingkan Maret 2022.
"Persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 5,95 persen, turun 0,09 persen terhadap September 2022," kata Sugeng.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2022 sebesar 4,90 persen, turun menjadi 4,67 persen pada Maret 2023. Sementara, persentase penduduk miskin di pedesaan pada September 2022 sebesar 7,20 persen naik menjadi 7,23 persen pada Maret 2023.