Jakarta (ANTARA) - Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Rina Triasih, mengatakan penyebaran penyakit menular Tuberculosis (TBC) perlu dilacak (tracing), sama halnya dengan COVID-19.
Hal ini menurutnya, TBC lebih mengkhawatirkan, mengingat gejala orang yang terjangkit tidak akan muncul dalam waktu singkat seperti COVID-19 yang dapat dideteksi hanya dalam hitungan hari, dan paling lama dua minggu.
“Kontak tracing khusus TBC itu sudah ada sejak 2006 tapi masih tidak dilakukan dengan baik,” ujar Rina pada konferensi pers yang disiarkan secara daring, Senin (20/3).
Rina menjelaskan, gejala TBC bagi seseorang yang terjangkit baru akan muncul hingga dua tahun setelahnya. Sedangkan pada sebagian besar kasus, gejala akan muncul dalam periode satu tahun.
“Sehingga kalau kita kontak dengan pasien TBC tidak akan ada gejala dalam waktu dekat, akan terlihat sehat, sehingga ini perlu kita waspadai,” tambahnya.
Pada tahun 2021, tercatat 969 pasien TBC di Indonesia, namun Rina menyebut capaian utama program TBC Nasional seperti indikator penemuan dan pengobatan pada TB sensitif obat (SO) maupun TB resisten obat (RO) masih di bawah target.
“Yang sudah terdata masuk pada program TBC Nasional itu baru sekitar 46 persennya, artinya, masih ada 54 persen kasus ini yang hilang, tidak terdeteksi,” kata Rina.
Kabar baik, Rina menyebut pada tahun 2022 kasus hilang tersebut telah menurun hingga tersisa 25 persen.
Meski begitu, kasus TBC pada anak di tahun lalu melonjak hingga mencapai 88.000 kasus.
“Apakah pelonjakan ini akibat pandemi mereka banyak di rumah jadi tidak berobat, bisa jadi daya tahan anak-anak yang semakin rendah, atau memang tracing-nya yang semakin gencar? Ini masih harus dievaluasi,” imbuhnya.
Untuk itu, Rina tak henti mengingatkan masyarakat untuk tidak menyepelekan TBC, selain berusaha melakukan pelacakan lebih masif bagi pemerintah dan berbagai fasilitas kesehatan.
Ketua UKK Respirologi IDAI itu juga mengimbau masyarakat untuk segera melakukan vaksin khusus TBC untuk menekan angka kasus kejadian.
“Apakah TBC bisa dicegah? Bisa, karena TBC sudah ada vaksinnya, tidak untuk anak dan remaja saja tapi juga dewasa. Obat ini disediakan gratis dari pemerintah,” kata dia.
Sama seperti negara-negara lain, hingga saat ini Indonesia masih berusaha untuk mencapai target bebas TBC pada tahun 2030.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lebih berbahaya, IDAI sebut TBC harus dilacak seperti COVID-19
Berita Terkait
Pakar: Tuberkulosis dapat dicegah dan diobati dengan terapi pencegahan
Senin, 25 Maret 2024 11:57 Wib
Dokter bantah isu penyakit TB yang diderita anak-anak tidak menular
Senin, 25 Maret 2024 9:05 Wib
Dokter: Perokok punya risiko tinggi terkena TBC
Jumat, 1 Maret 2024 13:50 Wib
WHO terbitkan informasi cepat obat pencegah TBC
Minggu, 18 Februari 2024 5:29 Wib
BRIN ingatkan pengendalian tuberkulosis harus jadi perhatian serius
Selasa, 14 November 2023 14:26 Wib
Dinkes Pessel lakukan tes mantoux pastikan balita bebas tuberkulosis
Selasa, 10 Januari 2023 14:03 Wib
Anda perlu tahu, nutrisi yang tepat dibutuhkan pasien tuberkulosis untuk sembuh
Jumat, 25 Maret 2022 8:09 Wib
Tuberkulosis masih ditemukan di Kota Solok, 134 kasus dalam tujuh bulan
Jumat, 13 September 2019 16:00 Wib