PBB: Tanaman Koka di Bolivia Berkurang Pada 2012

id PBB: Tanaman Koka di Bolivia Berkurang Pada 2012

Vienna/La Paz, (Antara/Reuters) - Budidaya koka di Bolivia, penghasil terbesar ketiga kokain di dunia setelah Peru dan Kolombia, turun dalam dua tahun berturut-turut pada 2012 seiring upaya pemerintah meningkatkan pemberantasan, kata data resmi, yang dikeluarkan pada Senin. Harga daun koka, yang dapat digunakan untuk membuat kokain,juga mengalami penurunan, kata survai tahunan, yang disusun Kantor PBB urusan Narkotika dan Kejahatan (UNODC) serta Pemerintah Bolivia. Budidaya tanaman koka di Bolivia turun sekitar tujuh persen menjadi sekitar 25.300 hektar, menyusul penurunan 12 persen pada tahun 2011, menurut survei. Antonino De Leo, perwakilan UNODC di Bolivia, mengatakan upaya pemberantasan yang dipimpin pemerintah serta dialog dengan petani dan insentif sosial telah membantu mengekang penyebarluasan tanaman itu. Dia mengatakan Pemerintah Bolivia harus terus mengurangi kelebihan tanaman koka dengan meningkatkan alternatif bagi petani danmemperkuat program penegakan pemberantasan narkotika. Presiden Evo Morales, yang juga merupakan seorang mantan petani daun koka dan pernah mengatakan jika tanaman itu memiliki manfaat kesehatan, menyambut baik laporan PBB itu. Dia terlibat dalam perseteruan panjang dengan Washington atas apayang ia sebut sebagai upaya Amerika Serikat mencampuri urusan Amerika Latin di bawah kedok perang terhadap narkotika. Pada tahun 2008 ia mengusir agen Badan Anti Narkotika Amerika Serikat (DEA) dari Bolivia, dengan tuduhan mereka berkomplot melawan pemerintahnya. "Pertarungan nasional kita melawan narkotika sedang terjadi tanpa pemaksaan, syarat atau kompensasi dari luar negeri," kata Morales pada Senin, "Kebijakan yang diberlakukan (oleh Amerika Serikat) tidak berfungsi." Pemerintahannya memberantas sekitar 11 ribu hektar tanaman kokatahun lalu, naik 5 persen dari angka 2011. Potensi daun kokal berada di kisaran 45 ribu metrik ton, turun 6 persen dari jumlah tahun sebelumnya, menurut data survei. Harga daun koka turun 5 persen, sekitar 7,40 dolar per kg di dua pasar resmi di negara itu. Rakyat Bolivia menguyah daun koka mentah selama berabad-abad sebagai perangsang ringan untuk mengurangi kelaparan dan penyakit ketinggian. Menanam koka tidak dilarang di Bolivia, namun pemerintah bertujuanmembasmi kelebihan tanaman, yang bisa dialihkan ke pasar gelap. Penyitaan senyawa dasar kokain, zat yang diekstraksi dari daun koka untuk membuat kokain, naik 13 persen menjadi sekitar 32 ton. (*/sun)

Pewarta :
Editor: Antara Sumbar
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.