Pakar : Pengendalian hama tikus tidak bisa dilakukan secara perorangan

id BERITA PADANG,BERITA SUMBAR,TIKUS

Pakar : Pengendalian hama tikus tidak bisa dilakukan secara perorangan

Petani menujukan ratusan Tikus saat perburuan Tikus masal di kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, (ANTARA/ Andreas Fitri Atmoko/Koz/pd)

Kalau pengendalian hama lain bisa dilakukan sendiri-sendiri oleh petani,
Padang (ANTARA) - Pakar pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Hasmiandy Hamid mengemukakan pengendalian hama tikus di lahan pertanian tidak bisa dilakukan secara perorangan.

"Kalau pengendalian hama lain bisa dilakukan sendiri-sendiri oleh petani, untuk tikus harus melibatkan kelompok tani dan semua orang yang ada di hamparan," kata dia di Padang, Jumat.

Ia melihat di Sumbar ada kebiasaan berburu babi hutan yang juga merusak tanaman menggunakan anjing, maka kegiatan berburu tikus bersama juga bisa dilakukan sebagai aktivitas yang menguntungkan petani.

Menurutnya tikus sifatnya mirip manusia yang suka menyukai apa yang dimakan manusia dan dimana ada kita tikus biasanya ikut.

"Karena itu untuk pengendalian harus melibatkan semua orang yang ada dalam satu kawasan," ujar pengajar Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Unand tersebut.

Ia memaparkan tikus hanya makan sedikit yaitu seperlima dibandingkan kemampuan merusak, artinya kemampuan merusak lima kali lipat lebih besar dari apa yang dimakan.

Tikus itu merusak karena giginya selalu tumbuh dan agar tidak terlalu panjang harus mengerat mengakibatkan kerusakan tanaman akibat mengerat tadi lebih besar dari pada tanaman yang dimakan, katanya.

Bahkan, menurutnya satu ekor tikus bisa mengerat 200 bibit semalam dan untuk anakan bisa 80 batang dan padi bunting 100 batang

Karena daya rusak yang tinggi jika dikendalikan sendiri akan kesulitan karena tikus juga bisa berpindah-pindah.

Pada sisi lain ia melihat musuh alami tikus seperti ular, kucing, burung hantu dan burung elang populasinya kian berkurang saat ini.

"Karena musuh alami berkurang tikus makin bertambah, apalagi sekali melahirkan bisa 10 ekor dan dalam jangka dua hari saja sudah bisa kawin lagi, pertumbuhan populasinya besar sekali jadi tak bisa mengandalkan musuh alami saja," katanya.

Ia menyarankan upaya pengendalian tikus yang paling efektif adalah melakukan perburuan bersama-sama atau bergotong royong kalau di Jawa disebut goproyokan.

"Biasanya sebelum tanam atau setelah panen, itu bisa dilakukan, jika sebelum tanam diharapkan populasi tikus akan berkurang di awal sehingga bisa mengurangi tikus yang merusak," kata dia.

Sementara jika dilakukan dengan cara meracun bisa saja namun juga bisa mematikan hewan lain karena racun tersebut bisa juga dimakan anjing atau kucing.

Selain itu ia menyampaikan tikus punya sifat jera umpan yaitu ketika ada tikus yang makan umpan beracun mati, maka kawanan yang lain tidak mau lagi memakan umpan tersebut karena rasa curiga yang tinggi.

"Akan tetapi itu bisa diakali dengan memberikan umpan diawal yang tidak beracun, ketika tikus udah merasa aman baru beri umpan beracunnya yang sifatnya kronis atau ada jeda setelah dimakan baru mati," ujarnya.

Kemudian ia juga menyampaikan tikus senang pada tempat yang tidak terawat dan petani kadang kurang memperhatikan sawahnya.

"Di sawah ada pematang dan biasanya jadi sarang tikus, kalau bisa pematang dibuat kecil dengan lebar 30 centimeter supaya sarang tikus jadi lebih sempit sehingga mereka tidak nyaman," katanya.

Lalu petani harus rajin memantau lokasi tikus bersarang dan lakukan pengomposan menggunakan belerang karena akan mematikan tikus di sarang.

"Sarang tikus biasanya ada jalan masuk dan jalan keluar, kedua lubang tersebut harus dikompos," katanya.

Ia juga mengingatkan dalam mengendalikan tikus pola tanam harus diselang seling karena jika padi terus menerus di satu lahan maka populasi tikus akan besar karena reproduksi tikus tergantung makanan.

Kalau makanan ada dia akan selalu bereproduksi kalau tidak ada reproduksi menurun, katanya.

Ia menambahkan selain pola tanam penerapan jarak tanam yang menggunakan jajar legowo atau lebih jarang juga efektif.

"Sebab tikus sifatnya tidak suka terlihat dan ketika pola tanam jajar legowo akan ada bagian terbuka di antara tanaman padi," katanya.

"Makanya kalau padi yang diserang tikus di bagian tengah dulu baru ke pinggir dan itu tidak semua dimakan disisakan satu baris agar terlindung dari mangsa dari atas," ujarnya lagi.