Depok (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mengatakan penting untuk menyadarkan masyarakat adanya potensi bencana di Indonesia, karena selama ini yang ditekankan hanyalah tentang potensi sumber daya alam.
"Padahal, masyarakat luar menyebut Indonesia sebagai 'supermarket bencana' karena kontur demografi kita yang begitu kompleks. Kita bahkan adalah salah satu dari 35 negara dengan tingkat potensi risiko bencana paling tinggi di dunia menurut indikator World Bank," ujar Doni Monardo dalam keterangannya, Kamis.
Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara di seminar daring “Pentingnya Membangun Kompetensi dan Keterampilan Kebencanaan di Indonesia” yang diadakan di Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL), Universitas Indonesia.
Beberapa narasumber lain di acara tersebut adalah Prof. Ir. Dwikorita Karnawati (Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika/BMKG), Prof. Fatma Lestari (Ketua Disaster Risk Reduction Center UI), dan Dr. Mahawan Karuniasa (United Nations Climate Change SIL UI). Kegiatan ini dilakukan secara virtual di kanal Youtube “Humas SIL dan SKSG UI”.
Doni menambahkan, program penanggulangan bencana di Indonesia bukan program yang dapat berdiri sendiri, karena menyangkut dimensi sosial-kemasyarakatan.
“Kalau program penanggulangan hanya bersifat proyek, bukan jangka panjang, dan tidak melibatkan masyarakat, tidak akan membawa dampak apapun," katanya.
Di Indonesia terdapat empat kluster kebencanaan, yaitu geologi dan vulkanologi (letusan gunung api, gempa bumi, dan tsunami); hidro-meteorologi I (kebakaran hutan, kekeringan), hidro-meteorologi II (banjir bandang, longsor, abrasi pantai), dan bencana non-alam (limbah, epidemik, gagal teknologi).
Oleh karena itu, pemerintah melakukan program pencegahan berbasis komunitas, melibatkan kebijaksanaan lokal di masyarakat sekitar. Upaya pendekatan kesejahteraan juga dilakukan dengan membuat program jangka panjang dengan mengembangkan potensi-potensi ekonomi lokal serta mengolah hasil-hasil produksi hutan dan lahan menjadi bernilai tambah.
Menurut Doni Monardo, dengan begitu, maka masyarakat diajak untuk mencintai dan melihat potensi lingkungan di sekitarnya. Upaya penanganan kebencanaan juga dilakukan pemerintah melalui program edukasi.
Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati dalam presentasinya memaparkan bahwa BMKG telah membuka Sekolah Lapang Gempa dan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan untuk menciptakan agen-agen sosialisasi kebencanaan.
BMKG juga telah membangun dan terus mengembangkan sistem peringatan dini agar penanganan kebencanaan di Indonesia dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
Dua pembicara lainnya Fatma Lestari dan Mahawan Karunisa juga menekankan tentang pentingnya upaya penanganan kebencanaan melalui kolaborasi dengan masyarakat sekitar. Melalui kolaborasi, program yang dibuat pemerintah akan bersifat sustain (berkelanjutan) dan lebih bisa diterima oleh masyarakat.
Berita Terkait
BNPB: Pemda wajib pahami kerawanan bencana sampai tingkat desa
Senin, 25 November 2024 19:55 Wib
BNPB: Sejumlah daerah bersiaga antisipasi bencana hidrometeorologi
Selasa, 19 November 2024 10:55 Wib
BNPB: Sumbar harus belajar dari tragedi Gunung Lewotobi Laki-Laki
Jumat, 8 November 2024 20:47 Wib
Pemkab Agam tetapkan Status Siaga Darurat Gunung Marapi
Jumat, 8 November 2024 14:48 Wib
DPR minta BNPB dan pemda proaktif koordinasi soal mitigasi bencana
Selasa, 29 Oktober 2024 19:56 Wib
Alat EWS banjir lahar dingin Gunung Marapi Sumbar mulai dioperasikan
Senin, 28 Oktober 2024 11:47 Wib
Jembatan Gantung Kampung Baru Tambang diperbaiki dengan DSP BNPB 2024
Senin, 21 Oktober 2024 12:07 Wib
BNPB tegaskan perguruan tinggi mitra strategis pengurangan risiko bencana
Selasa, 8 Oktober 2024 18:39 Wib