Pariaman, (ANTARA) - Jajaran medis RSUD Kota Pariaman, Sumatera Barat mulai dari dokter, perawat dan karyawan menggelar unjuk rasa menuntut direkturnya mundur dari jabatan karena dinilai gagal dalam memimpin rumah sakit tersebut.
"Ada empat poin utama dari banyak persoalan yang menjadi penyebab aksi damai ini," kata koordinator unjuk rasa yang merupakan salah seorang dokter spesialis di RSUD Pariaman dr. Pasca Alfajra saat aksi di depan RSUD Pariaman, Senin.
Ia menyebutkan empat poin tersebut yaitu jasa pelayanan tidak dibayarkan semenjak Maret 2020 dan itu pun 50 persen, padahal pihak BPJS telah membayarkan klaim sampai November 2020.
Selanjutnya insentif COVID baru dibayarkan hingga Juli 2020 dan itu pun 50 persen dan insentif tindak siaga medis dokter spesialis tidak dibayarkan semenjak Maret 2020.
"Kasihan kita sama tenaga kesehatan yang sempat postif COVID-19 hingga harus dirawat di RSUP M. Djamil, untung sekarang dia sudah sembuh," katanya.
Poin terakhir yaitu peserta BPJS harus membayar pembelian obat saat berobat ke RSUD Pariaman dan hal itu telah berlangsung berbulan-bulan.
"Kami sudah melakukan mediasi, namun belum membuahkan hasil, jika tuntunan ini tidak dikabulkan maka kami akan melakukan mediasi kepada pihak lebih tinggi lagi," katanya.
Pihaknya pun mendapatkan informasi bahwa sudah ada tenaga kontrak yang sudah dipecat namun haknya belum diterima.
Pihaknya menilai direktur telah gagal total dalam memimpin RSUD sehingga terjadi perpecahan di internal RSUD tersebut.
"Karena tidak mampu memimpin RSUD Pariaman maka kami minta direktur mundur," ujarnya.
Meskipun pihaknya menyampaikan unjuk rasa, namun ia memastikan pelayanan terhadap pasien tetap berjalan karena yang melakukan aksi sekarang merupakan yang bertugas malam tadi.
Saat ini pihak kepolisian setempat sedang melakukan mediasi antara dokter dan karyawan RSUD Pariaman dengan direktur dan manajemen rumah sakit. (*)