Dua "Benjamin Button" di Serie A

id Liga Italia , Zlatan Ibrahimovic,Cristiano Ronaldo,berita padang, berita sumbar

Dua "Benjamin Button" di Serie  A

Striker AC Milan Zlatan Ibrahimovic merayakan gol saat melawan Crotone dalam pertandingan Serie A Italia di San Siro, Milan, Italia, 7 Februari 2021. (REUTERS/ALESSANDRO GAROFALO)

Jakarta (ANTARA) - Brahim Diaz takjub sekali kepada Zlatan Ibrahimovic, bukan semata karena badannya yang tinggi menjulang. Dia juga kagum pada betapa cemerlangnya striker gaek asal Swedia itu.

"Dia seumuran ayah saya," kata playmaker muda nan mungil AC Milan tersebut kepada rekannya yang jauh lebih tua itu.

Keduanya terpaut usia 18 tahun. Diaz 21 tahun, Ibrahimovic 39 tahun.

Diaz melanjutkan, "Kami semua dapat menyaksikan kemampuannya. Dia terus saja membuat perbedaan. Usia memang relatif dalam sepak bola dan dia membuktikannya."

Hal sama terjadi pada Cristiano Ronaldo. Mitranya di AC Milan, Alvaro Morata, menyatakan bangga bisa bermain bersama dengan gelandang hebat peraih Ballon d'Or lima kali itu.

"Saya tumbuh besar menyaksikan dia. Sungguh sumber kebanggaan bagi saya. Saya harus bilang pada anak-anak saya bahwa saya pernah bermain dengan dia," kata Morata seperti dikutip The Athletic.

Februari pekan lalu Ronaldo merayakan usianya yang ke-36 tahun. Dia 8 tahun lebih tua dari pada Morata.

Bagi kebanyakan pemain sepak bola, usia 39 dan 36 tahun itu adalah masa penampilan puncak mereka sudah menjadi catatan sejarah. Bahkan banyak yang pensiun sebelum mencapai usia setua mereka.

Tetapi dua megabintang lain. Bukan hanya tak mau pensiun, tetapi juga karena bintangnya kian terang saja. Pokoknya, tidak ada matinya.

Musim ini kedua pemain ini malah menduduki empat teratas dalam daftar pencetak gol terbanyak di Serie A Italia.

Sampai tulisan ini dibuat, Ronaldo memuncaki daftar itu dengan 16 gol, sedangkan Ibrahimovic bersama Ciro Immobile dan Romelu Lukaku, menguntit masing-masing dengan 14 gol.

Milan dan Juventus yang mereka bela juga masih kuat mencengkeram tiga besar klasemen Serie A. Bersama Inter, mereka adalah tiga tim yang baru kalah dua kali.

Lahir tua, mati muda

Usai mencetak dua gol saat Milan mengalahkan Bologna 2-0 pada 22 September 2020, Ibrahimovic hampir membuat sejarah menjadi pemain paling tua di Serie A yang mencetak hattrick.

Saat ditanya Sky Sport Italia, bagaimana perasaannya gagal mencetak hattrick ke gawang Bologna itu, dia menjawab. "Ah tak apa-apa, saya terus berusaha, ini juga baru pertandingan resmi kedua.”

Namun kalimat berikutnya yang viral ke mana-mana. "Saya itu bagaikan Benjamin Button. Saya lahir tua, tetapi mati muda."

Benjamin Button adalah tokoh fiktif dalam film produksi 2008 berjudul "The Curious Case of Benjamin Button" yang dibintangi aktor Brad Pitt.

Benjamin Button mengalami siklus hidup yang aneh yang kebalikan dengan siklus hidup manusia pada umumnya.

Dia terlahir sebagai bayi berwajah orang tua yang semakin bertambah umur, malah semakin muda sampai kemudian mati dalam fisik bayi.

Personifikasi ini mengilhami Ibrahimovic untuk berseloroh bahwa dia pun merasa semakin tambah umur, semakin muda dan bagus saja.

Tetapi Ibrahimovic tidak berlebihan. Buktinya, AC Milan yang terseok-seok, perlahan dia antarkan kembali ke statusnya semula sebagai penguasa tradisional sepak bola Italia.

Dampak Ibraghimovic kepada Milan demikian besar. Bukan tanpa alasan Milan merekrutnya karena dia juga pernah membela Rossoneri sebagai pemain pinjaman dari Barcelona ketika Milan sudah enam tahun tak pernah juara liga.

Namun setelah Ibrahimovic bergabung 28 Agustus 2010, Milan menjuarai kembali liga pada musim 2010-2011. Ketika itu usia Ibra sudah 29 tahun.

Sembilan tahun kemudian dia kembali ke Milan pada pertengahan musim 2019/2020 manakala klub ini terseok-seok di papan tengah setelah hanya bisa menang 6 kali namun kalah 8 kali dalam 17 pertandingan liga pertamanya musim itu

Begitu Ibrahimovic mendarat di Milan akhir 2019 dan kemudian bermain lagi 6 Januari 2020, peruntungan Milan seketika berbalik. Hasilnya, 13 dari sisa 21 pertandingan liga berhasil mereka menangkan dan hanya tiga kali kalah.

Kendati gagal mengulang prestasi sebelumnya masuk Liga Europa, mereka finis urutan keenam. Dan ternyata ini menjadi fondasi untuk musim ini. Memuncaki klasemen, Milan kini percaya diri meretas jalan ke Liga Champions, bahkan scudetto.

Total 11 gelar juara liga sudah direngkuhnya bersama Barcelona, Paris Saint-Germain, Ajax Amsterdam, AC Milan dan Inter Milan. Dia juga penah mengangkat trofi Liga Europa, Piala Dunia Klub, Piala Super Eropa, Piala Italia, Piala Prancis, Piala Super Prancis, Piala Super Belanda dan Piala Belanda, selain beragam penghargaan individual, termasuk Ballon d'Or pada 2013.

Namun kiprahnya bersama Manchester United dan LA Galaxy tak ditutup dengan gelar juara liga.

100 persen

Makin tua makin menjadi juga terjadi Ronaldo. Pemain ini juga tidak pernah kesulitan menciptakan gol dan selalu lapar mengantarkan tim yang dibelanya menjadi juara.

Semua dari empat tim yang dibelanya selalu dia jadikan juara, bahkan bersama Real Madrid dan Manchester United dia beberapa kali mengangkat trofi Liga Champions.

Curriculum vitaenya luar biasa mentereng. Lima kali meraih Ballon d'Or, empat kali Sepatu Emas Eropa, tujuh kali juara liga, lima kali juara Liga Champions, sekali juara Piala Eropa, dan sekali juara UEFA Nations League. Ini masih ditambah predikat pencetak gol dan assist terbanyak sepanjang sejarah Liga Champions, selain menjadi pemain Eropa pertama yang mencetak 100 gol untuk timnasnya.

Tetapi itu semua belum cukup. Genap berusia 36 tahun 5 Februari lalu, dia memberi pesan kepada penggemar lewat Instagram bahwa setelah 20 tahun berkiprah dalam sepak bola profesional, dia makin asing dengan kata gantung sepatu.

Fisiknya memang sama bugarnya dengan sewaktu mudanya sampai-sampai banyak kalangan, termasuk Juventus, yakin dia masih bisa mengkilap sampai usia 40-an. Dan dia sendiri sudah mengisyaratkan untuk terus bermain pada usia itu.

Dia berjanji kepada Si Nyonya Besar untuk terus memberikan “100 persen" kemampuannya, apalagi dua musim pertamanya di Turin belum berhasil membuat Bianconeri menjuarai Liga Champions.

Lewat Instagram dia menulis, "Dari Madeira sampai Lisbon, dari Lisbon sampai Manchester, dari Manchester sampai Madrid, dari Madrid sampai Turin, dan di atas itu semua, dari lubuk hati terdalam saya, kepada dunia, saya telah memberikan segala hal yang saya bisa, saya tak pernah ragu dan saya selalu berusaha memberikan yang terbaik dari diri saya."

"Saya berjanji kepada kalian, selama saya masih bisa bermain, kalian tak akan pernah menerima kurang dari 100 persen diri saya!”

Dan Ronaldo tak membual. Buktinya, produktivitas golnya tak pernah mandek, etos kerjanya tetap tinggi, improvisasi dan kreativitas di lapangan juga tak surut sedikit pun.

Dia tetap sebergairah seperti dulu. Bahkan untuk seusia dia, bermain pada level sepertinya sekarang adalah hal langka yang hanya beberapa pemain saja yang bisa melakukannya.

Ronaldo dan Ibrahimovic memang Benjamin Button. Makin berumur, makin tampak muda, makin segar, makin produktif.

Entah kapan mereka akan berhenti menendang bola.