Perantau Minang diminta bantu promosikan pariwisata daerah

id perantau minang,diaspora minang

Perantau Minang diminta bantu promosikan pariwisata daerah

Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit. (ANTARA/Miko Elfisha)

Padang (ANTARA) - Peran perantau yang tersebar di seluruh dunia sangat dibutuhkan untuk membangun Sumatera Barat salah satunya dengan mempromosikan pariwisata daerah.

"Perantau Minang ada hampir di seluruh belahan dunia. Ini potensi besar untuk bisa membantu mempromosikan pariwisata daerah," kata Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit di Padang usai gelaran halal bi halal bersama perantau melalui aplikasi zoom, Kamis.

Ia mengatakan pariwisata Sumbar mulai menggeliat kembali pada era normal baru, dengan mengedepankan protokol kesehatan sehingga tercipta wisata bebas COVID-19.

Sejumlah fasilitas disiapkan pemerintah untuk mendukung hal itu diantaranya menyiapkan tes swab gratis bagi wisatawan yang datang ke Sumbar untuk memastikan kondisi kesehatan.

Tes swab gratis itu juga diberikan bagi pelaku usaha pariwisata di daerah itu untuk menciptakan iklim wisata bebas COVID-19.

"Jadi kita sudah siap untuk menyambut kembali wisatawan di era normal baru. Tapi kita butuh dukungan promosi dari semua pihak, termasuk perantau di seluruh dunia," katanya.

Ia optimis dengan promosi yang masif melalui media sosial termasuk media sosial dari para perantau gaung pariwisata Sumbar akan semakin dikenal dunia.

"Kita punya seluruh yang diinginkan wisatawan. Keindahan alam dari dasar laut hingga puncak gunung. Seni budaya hingga kuliner juga sangat mendukung. Jika ditambah promosi tentu akan luar biasa," katanya.

Sementara itu halal bi halal yang digelar secara virtual itu dilalakukan sebagai ajang silaturahmi serta pengenalan budaya Minangkabau. Sebagai ajang kolektif dan menambah wawasan kekayaan budaya, bersilaturahmi juga mempererat kesatuan antar sesama.

Masyarakat Minangkabau terkenal dengan budaya merantaunya. Merantau diartikan sebagai perginya seseorang dari tempat asal. Namun bagi Suku Minangkabau, merantau bukan hanya disebabkan karena faktor ekonomi saja, tetapi juga ada faktor tradisi atau kebudayaan lainnya.

Pepatah Minang mengatakan “Karatau tumbuah di hulu, babuah babungo alun. Marantau bujang dahulu, di rumah baguno alun”. Pepatah ini menegaskan bahwa anak laki-laki yang masih bujangan atau belum menikah tidak mempunyai peranan atau posisi dalam adat. ***1***