Saudi: Independensi Energi AS Gagasan "Naif"

id Saudi: Independensi Energi AS Gagasan "Naif"

Washington, (Antara/AFP) - Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi pada Selasa, menyebut upaya Amerika Serikat untuk independensi atau kemandirian energi "naif", mengatakan negara itu akan terus memerlukan minyak Timur Tengah hingga masa mendatang. Naimi mengatakan ia menyambut lonjakan produksi energi domestik AS dari ladang minyak dan gas serpih, yang ia katakan akan menambah kedalaman dan stabilitas pasar minyak global. "Cadangan komersial baru minyak serpih atau ketat sedang mengubah industri energi di Amerika -- dan itu berita besar," katanya kepada para pembuat kebijakan dan akademisi di Pusat Studi Strategi Internasional (CSIS) di Washington. "Itu membantu untuk mempertahankan perekonomian AS dan menciptakan lapangan kerja di waktu yang sulit." "Saya menyambut pasokan baru ini ke pasar minyak global," ia menambahkan. Di sisi lain, katanya, itu tidak realistis untuk percaya ini akan membantu Amerika Serikat menghilangkan impor minyak, sebuah tujuan dari beberapa orang Amerika yang berpendapat kemandirian energi sangat penting untuk keamanan negara. Meskipun produksi dalam negeri naik, impor AS dari minyak Timur Tengah di semester kedua 2012 lebih tinggi daripada setiap semester sejak 1990, kata Naimi. Amerika Serikat "akan terus memenuhi permintaan domestik dengan memanfaatkan berbagai sumber yang berbeda, termasuk dari Timur Tengah." "Saya percaya pembicaraan tentang mengakhiri ketergantungan adalah naif, pandangan yang sangat sederhana." Sementara itu, Naimi menekankan bahwa Arab Saudi tetap mampu mempertahankan cadangannya pada saat ini 266 miliar barel dan mengatakan itu dapat ditingkatkan, terutama jika teknologi untuk mengekstraksi minyak dan gas serpih membaik. Tetapi dia mengoreksi komentar oleh seorang pejabat utama Saudi lainnya, mantan kepala intelijen Pangeran Turki al-Faisal, tentang rencana pembangunan minyak Saudi. Dalam pidato Senin di Harvard University, Turki mengatakan Arab Saudi "menetapkan untuk" meningkatkan kapasitas produksi menjadi 15 juta barel per hari dari saat ini 12,5 juta barel per hari. "Kami tidak memiliki rencana untuk itu," kata Naimi. "Kami tidak benar-benar melihat kebutuhan untuk membangun kapasitas melampaui apa yang kami miliki saat ini." Dihubungi oleh AFP, seorang pembantu Turki mengatakan bahwa ia mengartikan Arab Saudi "bisa" mengambil langkah itu jika merasa perlu. (*/sun)