BMKG: Bandara yang berada di pesisir akan diperkuat hadapi gempa dan tsunami

id BMKG ,Infrastruktur bandara,Gempa tsunami,Kepala BMKG Dwikorita Karnawati,katan Ahli Kebencanaan Indonesia,bandara tahan gempa

BMKG: Bandara yang berada di pesisir akan diperkuat hadapi gempa dan tsunami

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kanan) dan Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia Harkunti Pertiwi Rahayu saat ditemui di gedung BMKG, Jakarta, Rabu (20/11) (ANTARA/Prisca Triferna)

Jakarta, (ANTARA) - Beberapa infastruktur bandara yang berada di pesisir akan dan sedang dalam proses diperkuat untuk menghadapi kemungkinan becana alam seperti gempa dan tsunami, kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

"Saat ini di sudah ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain itu tentu ada provinsi-provinsi lain seperti Bali yang sudah memulai dan relatif yang paling siap. Kemudian Sumatera Barat, Aceh dan Makassar dan nanti menyusul beberapa daerah lain secara bertahap," ujar Dwikorita usai membuka workshop mempersiapkan operator infstruktur menanggapi peringatan dini di Gedung BMKG di Jakarta pada Rabu.

Menurut Dwikorita, penguatan beberapa bandara yang dia sebutkan sudah mulai berjalan saat ini sementara bandara-bandara yang berada di daerah lain akan menyusul sesuai dengan koordinasi bersama Kementerian Perhubungan.

Penguatan infrastruktur dibutuhkan agar fasilitas penting yang berada di pesisir seperti bandara dan pelabuhan yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian dapat siap menghadapi kemungkinan bencana alam seperti gempa dan tsunami.

Dwikorita mengatakan Infrastruktur yang sudah siap dengan sistem peringatan dini dan kuat menghadapi bencana saat ini adalah Bandara Internasional Yogyakarta yang terletak di Kulon Progo.

Bandara itu sudah dirancang sedemikian rupa untuk menghadapi gempa hingga berkekuatan magnitudo 8,8 dan tsunami setinggi 10-15 meter. Tidak hanya itu, bandara di Yogyakarta juga dirancang untuk menjadi shelter bagi warga sekitar ketika terjadi bencana.

Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia, Harkunti Pertiwi Rahayu mengatakan hal itu dilakukan setelah tim pakar, termasuk BMKG, melakukan studi ke beberapa bandara di Jepang untuk menyempurnakan desain bandara di Kulon Progo agar tahan bencana,

"Jadi itu sebetulnya bukan suatu hal yang perlu kita takuti asal kita bisa berikhtiar dengan baik. Engineering adalah salah satu solusi dan social engineering adalah solusi terbaik yang bisa kita kolaborasi bersama," ujar akademisi Institut Teknologi Bandung itu, yang juga menghadiri workshop yang diadakan BMKG. (*)