Ini profil Rachmat Gobel, pengusaha didikan Jepang hijrah ke Senayan

id rachmat gobel,wakil ketua dpr ri,berita dpr,berita parlemen ri,profil Rachmat Gobel,biografi Rachmat Gobel

Ini profil Rachmat Gobel, pengusaha didikan Jepang hijrah ke Senayan

Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel ditemui usai pelantikan dirinya di Jakarta, Selasa. (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)

Jakarta, (ANTARA) - Rachmat Gobel hanya butuh tiga tahun menjadi kader partai hingga dapat menduduki Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) periode 2019-2024. Modal Rachmat hanya satu: bakat jadi seorang pelobi ulung yang ia pelajari secara otodidak selama berkarir sebagai pengusaha.

Putra daerah Gorontalo yang lahir pada 3 September 1962 itu memulai karirnya sebagai pengusaha sekitar tahun 1980-an, saat ia mewarisi PT National Gobel yang didirikan ayahnya, Thayeb Mohammad Gobel, pelopor industri elektronik di Indonesia serta penerima bintang jasa “Satya Lencana Pembangunan”.

Meskipun demikian, Rachmat tidak langsung menempati posisi strategis dalam awal karirnya sebagai pengusaha. Padahal, ia merupakan lulusan Ilmu Perdagangan Internasional di Chuo University, Jepang, serta memiliki pengalaman kerja di Kantor Pusat Masushita Group, perusahaan manufaktur bidang elektronik, di Osaka. Dalam periode awalnya berkarir di Indonesia pada 1988, PT National Gobel yang didirikan Thayeb justru mempekerjakan Rachmat sebagai tenaga pelatih di pabrik baterai milik perusahaan.

Tugas itu Rachmat lakoni selama satu tahun hingga ia “dipromosikan” ke jajaran menengah dengan tanggung jawab lebih besar, merancang perencanaan bagi manajemen perusahaan. Saat itu, Rachmat mengisi posisi sebagai asisten presiden direktur PT National Gobel. Perusahaan itu saat ini dikenal dengan nama PT Panasonic Manufacturing Indonesia.

Selama sekian tahun bekerja sebagai perencana, Rachmat diberi kepercayaan menempati posisi sebagai Direktur Perencanaan PT National Gobel pada 1991-1993, kemudian Wakil Direktur Utama pada 1993-2002, dan akhirnya menjabat Direktur Utama pada 1994.

Dalam periode 1988-1994, Rachmat belajar arti pentingnya mengetahui secara langsung bisnis yang didirikan ayahnya dari seluruh tingkatan. Bekal pengetahuan itu nantinya membantu Rachmat membuat strategi bisnis yang menyelamatkan perusahaan itu dari krisis politik dan moneter pada 1997-1998 melalui pembaharuan kerja sama antara Matsushita-Gobel pada 2000. Tak hanya menyelamatkan perusahaan, Rachmat juga melakukan ekspansi dengan mengembangkan produk bernilai ekspor yang dimulai sejak awal 1990-an.

Bakat berorganisasi

Langkah Rachmat itu sedikit banyak menunjukkan kemampuannya sebagai seorang pelobi. Bakat melobi itu pun kemudian diasah Rachmat tidak hanya di internal perusahaan, tetapi melalui sejumlah organisasi dagang yang ia ikuti seperti Gabungan Perusahaan Industri Elektronika (Gabel). Di sana, Rachmat pernah mengisi posisi ketua umum pada 1998-2003 dan 2003-2009. Posisi ketua umum Federasi Asosiasi-Asosiasi Industri Berbasis Elektronika dan Telematika (F-Gabel) juga pernah ia lakoni selama 2010-2014.

Seiring dengan kiprahnya berorganisasi di asosiasi pengusaha elektronika, Rachmat juga banyak membangun hubungan dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN). Rachmat telah menduduki posisi strategis sejak 2002. Saat itu, di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie, Rachmat dipercaya sebagai Ketua Kadin Indonesia bidang Industri, Logam, Mesin, Kimia, dan Elektronika. Berbagai jabatan strategis dipertahankan Rachmat, meskipun kepemimpinan Kadin berganti dari Aburizal Bakrie ke Mohamad Suleman Hidayat pada 2004. Saat itu, Rachmat dipercaya mengisi posisi Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia dan Koordinaor bidang Industri, Teknologi dan Kelautan pada 2004-2008. Jabatan wakil ketua terus ia lakoni di saat Kadin dipimpin MS Hidayat pada 2008. Selama 2008-2010, Rachmat menempati posisi sebagai wakil ketua umum Kadin Indonesia dan Koordinator bidang Perindustrian, Riset, dan Teknologi.

Dari ragam posisinya di Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Rachmat tak hanya dipandang sebagai “pakar” elektronika, tetapi ia juga didaulat sebagai penghubung asosiasi pengusaha itu dengan Jepang. Oleh karena itu, ia pun menduduki jabatan sebagai ketua dewan pemina dalam Komite Kerja Sama Ekonomi Indonesia – Jepang Kadin Indonesia pada 2004-2008 dan 2008-2010. Sederet organisasi lain yang diketuai Rachmat, di antaranya Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Palang Merah Indonesia (PMI); Persatuan Alumni dari Jepang (Persada); Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ); Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI); Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa (Persilat); Yayasan Melati Sakura; dan Yayasan Matsushita-Gobel.

Mitra Jokowi

Dari keaktifannya berorganisasi ditambah sejumlah penghargaan yang diterima dalam karirnya sebagai pengusaha, Rachmat Gobel pun ditunjuk oleh Presiden RI periode 2014-2019 Joko Widodo sebagai menteri perdagangan. Rachmat saat itu mengisi posisi menteri dari kalangan non-partai. Walaupun demikian, Rachmat hanya mengisi posisi menteri selama setahun dari 27 Oktober 2014-12 Agustus 2015.

Meskipun demikian, pemberhentian Rachmat sebagai menteri tak membuat hubungannya dengan Presiden Jokowi terputus. Pasalnya pada 17 Januari 2017, Jokowi mengangkat Rachmat sebagai Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk Jepang. Selama menjadi utusan khusus presiden, Rachmat menjaga hubungan baik antara Indonesia dan Jepang, mulai dari kerja sama ekonomi sampai pertukaran budaya.

Akan tetapi, sebelum menjadi utusan khusus presiden, Rachmat Gobel telah “bergerilya” ke dunia politik dengan menjadi kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) pada 2016. Bahkan, pimpinan partai politik itu, Surya Paloh, langsung menunjuk Rachmat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Partai Nasdem. Tak hanya itu, Partai Nasdem pun mengusung Rachmat menjadi calon anggota DPR RI untuk periode 2019-2024 untuk daerah pemilihan di Gorontalo. Dalam pemilihan anggota dewan pada medio 2019, Rachmat pun terpilih sebagai anggota dewan dari Gorontalo bersama dua kandidat lainnya, Elnino M Husain dari Partai Gerindra dan Syahidah Rusli Habibie dari Partai Golkar.

Namun, Partai Nasdem ternyata memiliki rencana lebih untuk Rachmat Gobel. Dua hari sebelum pelantikan, Rachmat diusung oleh Partai Nasdem sebagai wakilnya di pucuk pimpinan DPR RI. Bagi Surya Paloh, penunjukan Rachmat Gobel merupakan langkah yang mudah ditebak, karena dia diyakini sebagai kader dengan “paket lengkap” yang dapat diandalkan memperjuangkan kepentingan partai di lingkar pimpinan DPR RI. Tidak hanya itu, menurut Surya Paloh, Rachmat Gobel juga memiliki pribadi yang rendah hati, bersahaja serta berwawasan luas.

Tampaknya, tak berlebihan bagi Surya Paloh memberi banyak pujian bagi Rachmat Gobel, karena masyarakat Gorontalo pun menganugerahi dia dengan gelar “Ti Bulilango Hunggia” atau berarti “Pemberi Cahaya Negeri”. Dengan julukan itu, masyarakat Indonesia pantas berharap banyak dengan kinerja Rachmat Gobel sebagai wakil rakyat selama lima tahun ke depan. (*)