Polisi buru penyebar isu rasis yang memicu kericuhan di Wamena

id Kapolri, tito karnavian, wamena,papua terkini,berita papua

Polisi buru penyebar isu rasis yang memicu kericuhan di Wamena

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (dua dari kanan) bersama Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjanjanto, dan Kepala BSSN Letjen TNI (Purnawirawan) Hinsa Siburian saat konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (24-9-2019). ANTARA/Zuhdiar Laeis

Jakarta, (ANTARA) - Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Tito Karnavian menegaskan pihaknya masih memburu penyebar isu rasis yang memicu kericuhan di Wamena, Papua.

"Ada isu, seorang guru di SMA PGRI yang sedang mengajar menyampaikan kepada muridnya kalau berbicara keras," katanya pada konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa.

Namun, kata dia, kata "keras" itu kemudian terdengar seolah-olah "kera" akibat pelafalan huruf S yang tidak jelas atau tidak terdengar jelas.

Isu tersebut, kata Tito, kemudian disebarkan dan disampaikan seolah-olah pernyataan bernada rasialis dari seorang guru yang tidak pantas dan melukai hati.

Baca juga: Empat warga Pesisir Selatan tewas di Wamena, keluarga berharap jenazahnya dibawa pulang

"Terdengarnya adalah kera, menurut isu ini, sehingga muncul lagi, disampaikan kepada temannya, saya dikatain, mohon maaf, monyet. Padahal, yang dimaksud jangan berbicara keras," katanya.

Kepolisian, kata dia, sedang menyelidiki kebenaran isu tersebut. Penyebar itu diketahui adalah kelompok underbow dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB).

"Kami yakin yang mengembangkan kelompok underbow KNPB yang menggunakan seragam SMA menyampaikan dan menyebarkan isu. Kami cari sekarang orangnya," kata Tito.

Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto menyayangkan terjadinya kericuhan di Wamena, Papua. Padahal, beberapa hari ini situasi dan kondisi di Papua sudah berangsung kondusif.

"Beberapa hari lalu, kami sudah agak lega, bersyukur dengan kondisi Papua yang berangsur membaik setelah panas akibat kesalahpahaman dari oknum tertentu," katanya.

Kericuhan di Wamena, kata dia, tidak terjadi serta-merta, tetapi erat kaitannya dengan provokasi yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu untuk menunjukkan eksistensinya.

"Hanya sayang, gerakannya merugikan masyarakat sendiri, gerakannya anarkis, melanggar hukum. Kita betul-betul sayangkan," kata Wiranto. (*)