Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Djarum Foundation sebagai yayasan yang menaungi kegiatan pencarian bibit-bibit atlet nasional Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis menyatakan kegiatannya tidak terkait kampanye produk rokok dan justru melarang penjualannya.
"Kami menggunakan kaos sebagai identitas. Kegiatan Audisi Umum Bulu Tangkis itu secara tegas tidak menjual atau kampanye rokok karena tidak terkait merek rokok," kata Program Manajer Komunikasi Bakti Olahraga Djarum Foundation Budi Darmawan kepada Antara di Jakarta, Jumat malam.
Budi mengatakan audisi bulu tangkis yang bernaung di bawah yayasan Djarum Foundation itu telah berlangsung sejak 2006 di Kudus, Jawa Tengah sebagai pengembangan dari klub bulu tangkis PB Djarum.
"PB Djarum sudah berdiri sejak 1969 ketika sejumlah karyawan yang gemar berolahraga lantas membentuk klub bulu tangkis di Kudus. Klub itu terus berkembang dan membawa nama-nama legenda bulu tangkis nasional seperti Tan Joe Hok, Liem Swie King, Haryanto Arbi, Tontowi Ahmad, dan yang terbaru Kevin Sanjaya Sukamuljo," ujar Budi.
Budi mengatakan pembinaan atlet-atlet bulu tangkis yang membutuhkan biaya dan waktu itu lantas menggugah klub bulu tangkis Djarum untuk melakukan pembinaan atlet secara serius dan melahirkan atlet-atlet berprestasi di dunia..
"Pada 2014, kami mulai mengembangkan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis ke berbagai kota di luar Kudus. Apa yang kami lakukan itu murni untuk mengisi skuat klub bulu tangkis Djarum," katanya.
Calon-calon atlet PB Djarum yang berusia 11 tahun, 13 tahun, dan 15 tahun itu, lanjut Budi, merupakan anak-anak Indonesia dengan semangat juang, sportivitas, serta niat yang tulus untuk menjadi pahlawan olahraga nasional.
Sebelumnya, Yayasan Lentera Anak mengatakan para peserta Audisi Djarum Beasiswa Bulu Tangkis diduga telah mengeksploitasi anak untuk mempromosikan produk rokok.
"Anak-anak yang menjadi peserta audisi diwajibkan mengenakan kaos dengan logo produk rokok. Tubuh anak telah digunakan untuk mempromosikan rokok," kata Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari.
Lisda menuding alih-alih untuk mencari bibit-bibit olahragawan berprestasi, audisi tersebut lebih bertujuan untuk mempromosikan produk rokok.
"Apalagi, selama 10 tahun penyelenggaraan audisi dengan melibatkan 23.683 anak, hanya 245 anak saja yang akhirnya mendapatkan beasiswa," katanya. (*)
Berita Terkait
Pemkab Pasaman Barat-Tanoto Foundation berkolaborasi adakan pelatihan manajemen data upaya penurunan stunting
Rabu, 15 November 2023 20:59 Wib
Pemkab Pasaman Barat latih da'i nagari upaya turunkan angka stunting
Senin, 18 September 2023 18:07 Wib
Arisal Aziz Foundation salurkan zakat 250 ton untuk mustahiq di Sumbar
Minggu, 16 April 2023 18:48 Wib
Djarum Foundation serah terima penanaman 2.020 pohon Trembesi di Padang
Selasa, 7 Februari 2023 19:36 Wib
Dato Tahir : pendidikan mampu mengubah nasib bangsa
Jumat, 2 Desember 2022 18:16 Wib
Stafsus presiden Ayu Kartika Dewi terpilih wakili Indonesia di Obama Foundation Leaders
Jumat, 18 November 2022 13:55 Wib
Perankan tokoh Sjafruddin Prawiranegara, Deva Mahenra debut peran panggung di monolog "Di Tepi Sejarah"
Jumat, 15 April 2022 8:36 Wib
Dipentaskan 14-15 April, Monolog "Di Tepi Sejarah" angkat kisah hidup Sjafruddin Prawiranegara
Jumat, 15 April 2022 8:32 Wib