LIPI: tata ruang perlu diperhatikan kurangi risiko bencana

id Longsor Cisolok,LIPI

LIPI: tata ruang perlu diperhatikan kurangi risiko bencana

Foto udara bencana longsor melanda kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (2/1/2019). Pada hari ketiga pencarian, petugas SAR gabungan berhasil menemukan tiga jenazah korban longsor. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.)

Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto mengatakan upaya mengurangi risiko bencana tidak bisa hanya mengandalkan peringatan dini.

"Untuk mengurangi risiko dari suatu bencana, tidak hanya dengan mengandalkan peringatan dini dari suatu institusi. Tapi ada beberapa aspek berkaitan yang perlu diperhatikan," ujar Eko dalam diskusi di Jakarta, Rabu.

Salah satu aspek yang berkaitan adalah masalah tata ruang. Permasalahan tata ruang, kata dia, merupakan hal yang sangat penting tapi sering diabaikan.

Dia menyebut sejumlah bencana yang memakan banyak korban dikarenakan letak rumah penduduk yang terletak berdekatan dengan pantai.

"Di Palu dan Selat Sunda, salah satu penyebab banyak korban terkena tsunami karena tinggal hanya lima meter dari bibir pantai," ujar dia.

Idealnya, harus ada sempadan sejauh 300 meter dari bibir pantai untuk perlindungan jika ada gelombang tinggi. Permasalahan tata ruang merupakan persoalan utama yang harus ditaati.

Menurut dia, jika peraturan tata ruang tidak ditaati, maka sebaik apapun peringatan dini, tidak akan mampu menyelamatkan banyak jiwa.

Dia memberi contoh pembangunan salah satu hotel baru di Bandung, yang ternyata berada tidak jauh dari patahan Lembang. Hal ini tentu saja berbahaya karena merupakan sesar geser. Untuk itu, Eko menegaskan pentingnya ketegasan pemerintah dalam mengatur tata ruang.

Dalam kesempatan itu, Eko juga mengingatkan pentingnya menghidupkan kembali kearifan lokal untuk menghadapi situasi bencana. Juga perlu adanya diseminasi peringatan dini tsunami melalui institusi pemerintah.

"Jumlah korban gempa yang banyak, juga diakibatkan konstruksi bangunan yang buruk. Konstruksi bangunan harus mendapatkan perhatian," ujar dia. (*)