Uniknya memasak rendang menyatukan perbedaan suku di Nusantara saat Festival Nusantara Marandang di Area Parkir Timur Senayan pada Minggu sore.
Puluhan wajan berlomba-lomba menghadirkan aroma bumbu dan daging yang bersatu padu, membuat siapapun tergiur untuk segera mencicipinya.
Setiap meja terdiri dari tiga orang, umumnya wanita, lengkap dengan kostum daerah masing-masing. Tak lupa celemek menjadi atribut wajib karena kuah rendang biasanya selalu menyembur sebelum masak.
Sebuah meja yang diisi dengan wanita berbaju tradisional bali berwarna hijau tosca menyapa ramah sambil tersipu dan terus mengaduk rendang yang baru setengah masak.
"Iya, kami belajar mengenal masakan daerah lain selain daerah kita," ujar peserta asal Bali bernama Ni Nyoman Trida Karyati.
Tak ada kecanggungan yang terasa dari para wanita ini, dengan ulet mereka terus mengaduk sampai adonan daging menghitam sehingga nantinya bisa disantap bersama.
Sebanyak lima kilogram daging dan bumbu-bumbu khusus rendang disiapkan panitia acara. Uniknya, para peserta tidak dibatasi kreativitasnya sehingga diperbolehkan memasak rendang dengan cara berbeda.
Karena latar belakang budaya khas masing-masing daerah, terlihat isi wajan rendang tiap peserta berbeda-beda, ada yang kelihatannya pedas, ada juga yang berminyak menyerupai "kalio" atau gulai.
Trida mengakui rendang buatan perwakilan daerahnya itu merupakan kolaborasi dia dan dua temannya mengandalkan informasi dari internet.
*Saya biasanya makan rendang di rumah makan Padang,' ucap Trida tergelak.
Di Bali, kata Trida, tidak ada makanan yang menyerupai rendang karena rata-rata masakan khas Pulau Dewata itu tidak menggunakan santan seperti makanan Minang.
Beberapa semburan rendang dari wajan Trida mengenai baju bila terlalu dekat, namun aroma rendang yang mengudara tak menyurutkan pengunjung untuk menahan liur.
Lain halnya dengan peserta dari Kalimantan Utara yang baru sekali ini mencoba memasak rendang di festival perdana yang digelar di Jakarta itu dengan tujuan memecahkan rekor muri.
"Baru sekali ini mencoba memasak, di sini," kata Suprianto Haseng yang juga merupakan Duta Anjungan Taman Mini Indonesia Indah.
Menggunakan kostum khas Kalimantan Utara dengan hiasan kepala yang didominasi warna hitam dan emas, Suprianto dibantu kedua temannya belajar memasak rendang pertama kali dengan bantuan internet.
Pemuda asli Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara itu tidak merasa kesulitan selagi tekun mempelajari hal baru, contohnya memasak makanan khas daerah lain seperti randang.
Ia bersama temannya Agus Toni yang berasal dari Malinau, Kaltara tergabung dalam kelompok Promosi Budaya Nusantara Kalimantan Timur-Utara tertarik mengikuti kegiatan memasak randang massal untuk pengalaman.
Karena pengalaman pertama, Suprianto mengaku kaget karena proses memasak rendang tidak semudah yang dibayangkan.
Jika zaman dahulu orang Minang menggunakan kayu bakar untuk ¿marandang¿, maka sekarang berkat kecanggihan perkembangan teknologi, memasak rendang bisa menggunakan kompor gas atau listrik yang tentunya lebih efisien.
"Agak kaget juga, karena baru tau. Oh ternyata kayak gini masaknya," kata Suprianto lagi.
Hal serupa juga dirasakan peserta perwakilan Papua Barat, Amsani yang merupakan warga asli Jakarta.
"Saya tertarik memasak rendang karena lebih awet, tahan lama. Kalau diolah dengan benar bisa seminggu tahannya. Kadang saya bisa tahan sampai sebulan, habis masak taruh di freezer," tukas wanita berusia 44 tahun itu.
Amsani yang berpakaian khas Papua lengkap dengan bulu-bulu, walnya merasa susah memasak rendang sebab cara memasaknya berbeda dengan masakan pada umumnya.
"Saya kira sudah masak, tapi belum. Ternyata kalau hitam justru itu yang masak, saya pikir gosong," ujarnya sambil tertawa.
Kegiatan masak rendang bersama itu ditinjau langsung oleh Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno beserta istri di Area Parkir Timur Senayan.
Semua meja peserta marandang dihampiri oleh petinggi di Sumbar tersebut, Irwan yang mengenakan batik coklat berjalan mengitari meja peserta dengan wajah antusias.
Istri Gubernur Sumbar, Nevi Zuairina berkomunikasi dengan peserta tiap daerah sambil mendukung agar dapat memenangkan hadiah utama perlombaan itu.
"Wah, ini sudah hampir jadi,"ucap Nevi ketika menghampiri meja peserta dari Kalimantan Tengah.
Rendang yang berwarna coklat tua menandakan bahwa rendang akan segera siap disantap, namun karena warnanya mencolok Nevi bertanya perihal bumbu yang dipakai.
Peserta Kalteng mengaku menggunakan gula merah pada campuran rendangnya sebagai variasi.
"Kami tidak pernah pakai gula merah, harus lebih pedas," tambah Nevi kembali.
Tak lupa, peserta Nusantara Marandang menyempatkan diri untuk berfoto bersama Gubernur Sumbar dan istri sebagai kenang-kenangan. Raut kebahagiaan terpancar dari mereka meski berbeda suku dan budaya, namun rendang dapat menyatukan perbedaan itu.
Popular di dunia
Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan RI menegaskan bahwa rendang, makanan khas Sumatera Barat, masih menjadi makanan terpopuler di dunia versi CNN.
"Randang ini sudah masuk di survey CNN, media yang termasuk populer di dunia, "the most delicious food in the world and planet"," ujar Ketua Tim Percepatan Pengembangan Destinasi Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata Vita Datau.
Pengklaiman budaya seringkali menjadi masalah, sehingga Kemenparbud RI terus berupaya melakukan usaha pembelaan warisan budaya asli Nusantara.
Usaha-usaha yang diterapkan meliputi penetapan lima makanan nasional, ekspor rendang, hingga penganugerahan terhadap pejuang bisnis kuliner lokal di mancanegara.
Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno berharap makanan dan pariwisata menjadi perhatian bagi Kementerian Pariwisata sebagai suatu cara untuk mengajak wisatawan melalui pesona makanan.
Festival Nusantara Marandang itu diikuti oleh 34 provinsi di Indonesia yang berlomba-lomba untuk memasak rendang terenak untuk mendapatkan hadiah.
Hal positif yang dapat diambil, kata Irwan, bukan hanya orang Minang saja yang pandai memasak rendang, namun orang luar Sumbar juga.
"Ini Insya Allah memberikan kebaikan karena randang sehat dan juga lezat," tukasnya.
Ajang Nusantara Marandang yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat di ibukota negara, bukan saja mengundang minat utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, tetapi meraih piagam penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri).
Hasil Lomba Nusantara Marandang pada tahun 2018, Jura pertama diraih oleh provinsi Nusa Tenggara Barat, Juara kedua oleh provinsi Jawa Barat dan Juara ketiga oleh provinsi Maluku.
Sementara juara favorit I oleh pr ovinsi Banten, juara faforit II dari provinsi Kalimantan Tengah dan juara faforit III dari provinsi Riau.
Penyerahan piala dan hadiah diserahkan langsung oleh Wakil Gubenur Sumbar Nasrul Abit. (*)
Berita Terkait
Ragam kegiatan meriahkan Festival Pesona Minangkabau 2024, ada pagelaran budaya dari Jambi dan Palembang
Senin, 2 Desember 2024 13:14 Wib
SMAN 8 Padang raih kelompok terbaik pada Festival Teater Sumatera Barat 2024
Minggu, 10 November 2024 9:37 Wib
Teater Bunga Padi pentaskan karyanya di tepi pantai Padang
Minggu, 10 November 2024 9:33 Wib
Hari terakhir festival teater Sumatera Barat pentaskan empat karya
Minggu, 10 November 2024 9:30 Wib
SMAN 8 Padang jadi satu-satunya kelompok pelajar pada Festival Teater Sumatera Barat 2024
Sabtu, 9 November 2024 8:40 Wib
Festival teater kedelapan jadi bukti perkembangan teater di Sumatera Barat
Sabtu, 9 November 2024 8:36 Wib
Tiga kelompok mentas di hari ketiga Festival Teater Sumatera Barat 2024
Jumat, 8 November 2024 22:43 Wib
Dua kelompok teater pentaskan naskah adaptasi di Festival Teater Sumbar hari kedua
Minggu, 3 November 2024 13:11 Wib