Jelang musim hujan, ini penyakit yang mesti diwaspadai

id demam berdarah dengue,nyamuk

Jelang musim hujan, ini penyakit yang mesti diwaspadai

Petugas melakukan "Fogging" atau pengasapan untuk pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypty di Kelurahan Kampung Baru, Pariaman, Sumbar, Rabu (25/4). (ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra/12)

Kita juga harus antisipasi nanti musim awal penghujan bulan Oktober, November, Desember, itu kita yang was-was
Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Kepala Sub Direktorat Arbovirosis Kementerian Kesehatan RI, Guntur Argana mengatakan penting mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) saat memasuki musim hujan.

"Kita juga harus antisipasi nanti musim awal penghujan bulan Oktober, November, Desember, itu kita yang was-was," ujarnya usai jumpa pers di Jakarta, Selasa.

Jumpa pers yang diselenggarakan Bayer, Kementerian Kesehatan dan International SOS menjadi bagian dari Bayer Vector Control Expert Meeting ke-5 yang pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia.

Guntur menuturkan, ketika musim hujan, tempat yang bisa menampung air seperti kaleng dan botol bekas dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi vektor atau serangga penular penyakit DBD.

Perilaku masyarakat yang kurang sadar terhadap pemberantasan sarang nyamuk seperti tidak menutup tempat penampungan air dengan rapat, atau membiarkan kaleng bekas dan botol terbuka sehingga dapat menampung air hujan akan menciptakan tempat nyamuk bertelur dan berkembang.

Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Suwito mengatakan apabila populasi nyamuknya meningkat, kasus DBD bisa meningkat.

"Populasi nyamuk vektornya meningkat apabila ada tempat-tempat pengembangbiakan. Pada musim hujan yang tadinya tidak ada air, yang tadinya tempat botol kaleng kosong dan tidak air, kemudian ada air, itu akan memungkinkan untuk nyamuk tumbuh cepat menjadi banyak, akan diiringi dengan peningkatan kasus DBD," tuturnya.

Oleh karena itu, dia menuturkan pentingnya perubahan perilaku masyarakat untuk ikut memberantas sarang nyamuk.

"Jadi, musim berkaitan dengan populasi nyamuk, populasi nyamuk terkait dengan peningkatan kasus," ujarnya.

Dia menjelaskan, strategi pencegahan dan pengendalian penyakit DBD antara lain dengan gerakan masyarakat untuk hidup sehat melalui 3M, yaitu menguras tempat-tempat penampungan air secara rutin, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas yang masih bernilai ekonomis.

Kegiatan satu rumah satu jumantik didorong agar setiap rumah memiliki satu orang anggota rumah yang melakukan pemantauan jentik nyamuk dan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan rumah sendiri.

Kemudian, penguatan sumber daya manusia termasuk tenaga ahli laboratorium untuk penegakan diagnosa dan dokter untuk peningkatan pengobatan.

Selanjutnya, memadukan berbagai metode yang sudah ada sehingga mengurangi pemakaian pestisida untuk memberantas nyamuk pembawa virus dengue yang menyebabkan DBD.

Tidak kalah penting juga adalah kolaborasi lintas sektor. Misalnya, bekerja sama dengan kementerian untuk membangun rumah yang tidak banyak tempat berkembang biak nyamuk dan tempat wisata tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Pengendalian vektor juga perlu dukungan dari masyarakat melalui peningkatan edukasi.

"Kita fokus ke pengendalian vektor karena obat belum ditemukan, vaksin masih dalam penelitian," tuturnya.

Pengendalian vektor bertujuan untuk menurunkan populasi vektor, maka kontak nyamuk dengan manusia berkurang, sehingga kasus DBD bisa dihindari.

"Populasi nyamuk ditekan, kasus DBD bisa ditekan," ujarnya. (*)