Lauak karang nan menantang

id kuliner

Lauak karang nan menantang

kuliner minang (ii)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Setiap daerah memiliki makanan khas tersendiri. Keragaman makanan khas ini yang menjadi kekayaan nusantara dan menjadi salah satu modal utama pariwisata.

Makanan khas menjadikan wisatawan nusantara, bahkan mancanegara untuk datang kembali dan kembali untuk menikmati alam dan memuaskan lidah mereka.

Salah satunya adalah Lapau Nasi Mak Apuak di Pasie Jambak (Tabiang), Padang, Sumatera Barat. Tak hanya diminati penikmat kuliner perantau, penduduk lokal masih menjadikannya untuk referensi makan enak bersama.

Hidangan utamanya adalah racikan ikan karang yang sesuai dengan tempat lapaunya.

Lapau adalah tempat berjualan nasi dalam ukuran kecil di Sumatera Barat. Di Jawa disebut warung. Namun, lapau Mak Apuak tak pas lagi di sebut lapau karena sudah menjadi restoran dengan bangunan yang sederhana.

Di tempat ini, ikan atau lauk karang diolah dengan beragam cara, utamanya digulai kuning, hijau dan dibakar. Ikan yang disajikan juga beragam, seperti ikan balacung, gabua, kakap merah, putih dan hitam.

Kemampuan mengolah ikan dan memilih bumbu, di samping bahan baku ikan segar, menjadi penentu nikmat tidaknya masakan.

Harus diacungi jempol, Mak Apuak memiliki kelebihan dalam hal ini. Jika ada gurauan berbentuk pujian tersamar, "Nasi Padang, kuahnyo sajo nikmat" inilah dia.

Kuah ikan, baik gulai kuning maupun gulai hijau sama nikmatnya jika dilahap hanya dengan nasi putih. "Jadi, kalau mau paket hemat, makan nasi putih dan kuahnya saja. Gratis pula," begitu gurauan yang selalu terulang jika menemukan masakan Padang nan lezat.

Kerupuk Jaring

Sialnya, Mak Apuak tak hanya menyajikan itu. Kedai nasi ini juga memberikan paket sepiring kecil lauk nan menantang, potongan terong balado, jengkol, seekor ikan goreng kecil sebesar ibu jari dan yang selalu ada, kerupuk jaring (karupuak jariang, jengkol). Menu ini yang sulit ditolak.

Jika hanya makan nasi putih dan sepiring terong, jengkol, ikan mini dan kerupuk jaring plus kuah ikan saja, dunia serasa milik berdua, apa lagi jika mencungkil daging dan menyusup tulang rawan di kepala ikan karang. "Lapeh salero" (lepaskan selera).

Mak Apuak (Ibu gemuk) juga memiliki menu potongan daging ikan plus udang, gulai cumi, udang bakar berbumbu, ayam goreng dan bakar dan menu khan Minang lainnya. Sebutir kelapa utuh (disarankan yang original, tanpa gula dan es) serta semilir angin laut menjadikan lapau nasi ini sempurna.

Tempatnya yang terpencil bukan halangan, karena harus masuk ke dalam dari Jalan Pasir Kandang, Padang, menyusuri jalan -'kini sudah dibeton-- baru bersua dengan Lapau Nasi Mak Apuak.

Ikan Sungai

Jika Mak Apuak mengandalkan ikan laut, Rumah Makan Ampera Puteri Sulung, di Sungai Ulak, Bangko, Jambi, di Jalan Lintas Tengah Sumatera, mengandalkan gulai ikan baung sungai dengan cita rasa lezat. Kuah ikannya aja, maknyuus, pinjam istilah presenter kuliner alm. Bondan Winarno.

Pemiliknya asal Muaralabuh, Solok Selatan, yang sudah merantau ke sejumlah daerah dan akhirnya berlabuh di Bangko bersama keluarganya. Andalannya lainnya, gulai kepala kakap dan ayam kampung goreng, panas-panas.

Di Lintas Barat Sumatera, Palembang, terdapat makanan khas yang sayang jika dilewatkan, yakni Martabak Har. Penganan ini sudah bisa dikatakan sebagai makanan yang identik dengan Kota Palembang.

Dirintis pada tahun 7 juli 1947 oleh dua bersaudara H Abdurrahman dan H Abdul Rozak, keturunan India yang mukim di Palembang. Kini Martabak Har tak hanya di Palembang, tetapi juga di sejumlah daerah, termasuk di Jakarta.

Martabak Har legendaris itu, konon dimulai di Jalan Sudirman, Ilir, dekat Masjid Agung Paalembang dan juga jelang Jembatan Ampera. Isi martabak, sederhana. Dua telur (ayam atau bebek) diceplok di atas kulit martabak yang sudah digepeng, lalu digoyang jadi lebar, dibungkus segi empat, kemudian ditaruh di atas minyak panas di atas wajan pipih.

Tak ada isi lain, seperti martabak lainnya, misalnya daun bawang (bawang prei), bawang merah putih, daging, bumbu dan cacahan daging. Hanya dua telur dibungkus kulit martabak lalu digoreng.

Bedanya, di sini, yakni di kuah kari yang dominan berisi kentang yang diaduk dalam santan dan bumbu, kental. Bagi manusia normal, satu porsi cukup. Yang nagih, dua baru nikmat.

Taklukkan Perut

Kuliner bisa menjadi menu utama dalam bisnis wisata, tetapi juga bisa pelengkap.

Hotel Jakarta Indah di Pulau Punjung, Dharmasraya, Sumatera Barat, menjadikannya sebagai pelengkap. Misalnya di kala puasa Ramadhan, hotel ini memberikan makan berbuka dan makan sahur sebagai pelengkap bagi tamu yang menginap.

Kala Lebaran, Uni Nursati, pemilik hotel membuat ketupat gulai paku dan gulai rebung. Dua jenis makan yang tak biasa di Jakarta. Tak biasa karena sudah sulit mendapatkan paku (pakis) di Jakarta dan jarang pula ketupat disandingkan dengan gulai rebung.

Di Jakarta Indah Hotel, keduanya dipersatukan di hari lebaran. Karena ini pula menjadikan tamu si uni selalu datang dan kembali menginap di kabupaten hasil pengembangan Kabupaten Sijunjung itu.

Nursati, agaknya paham, makanan lezat akan selalu "terngiang-ngiang" di lidah tamunya. Orang Minang mengatakan, takhlukkan perut maka kau akan mendapatkan semua.***3***