Belajar dari integritas Bung Hatta

id bung hatta

Belajar dari integritas Bung Hatta

Sosialisasi pemikiran Bung Hatta. Antara Sumbar/istimewa.

Padang, (Antaranews Sumbar) Perpustakaan Negara Republik Indonesia Proklamator Bung Hatta Bukittinggi, menyosialisasi pemikiran Bung Hatta di Medan pada Kamis 12 April 2018.

Kegiatan ini dilakukan untuk membumikan pemikiran-pemikiran Bung Hatta kepada generasi muda sebagai pelanjut tongkat estafet pembangunan bangsa. Kegiatan ini diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari pustakawan sampai pada mahasiswa dibeberapa perguruan tinggi negeri yang ada di Medan.

Salah seorang narasumber Dr Silfia Hanan0 menjelaskan, tindakan, pemikiran dan komitmen-komitmen kebangsaan Bung Hatta harus dijelaskan dan disosialisasikan kepada generasi sekarang, sebagai modal mewujudkan masa depan yang berkemajuan dan beradab.

Bung Hatta sudah memberikan berbagai contoh tauladan mulai dari sikap sederhana dan hemat sampai kepada sikap kecintaannya kepada Tanah Air, ini perlu disosialisasikan, katanya.

Kesederhanaan Bung Hatta, dapat dirujuk untuk mewujudkan generasi anti korupsi diantaranya sikap berberhati-hati dalam memergunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi atau keluarga.

Bung Hatta pernah mengembalikan sisa uang berobat kepada negara, menolak menerima amplop tebal berisi uang, menolak hadiah mobil mewah, ujar dia.

Tidak hanya itu Bung Hatta bahkan pernah menolak permintaan adiknya supaya memberikan katebelece agar memudahkan pemasangan telepon ke rumahnya hingga menolak permintaan keluarga agar menjemput ibu dengan mobil dinas wakil presiden.

Bung Hatta juga pernah menasihati putri keduanya dalam berkirim surat pribadi jangan pergunakan amplop milik negara, sekalipun itu kecil dan remeh temeh.

Kemudian Bung Hatta juga terkenal dengan kehidupan sederhana yang dipertahankan sampai akhir hayatnya, sehingga tokoh proklmator ini memilih jenazahnya berbaring ditengah-tengah rakyatnya, bukan di makam pahlawan, seperti perintah yang ditulis dalam surat wasiat pada tanggal 10 Februari 1975 atau lima tahun sebelum Bung Hatta wafat.

Akhirnya ketika Bung Hatta wafat 14 Maret 1980 di makamkan di pemakaman umum Tanah Kusir Jakarta, bukan di Taman Makam Pahlawan Kali Bata.

Sifia mengatakan literasi Bung Hatta juga harus ditauladani dan dicontoh oleh generasi sekarang yakni suka membaca sesibuk apapun dan dalam situasi dan kondisi bagaimana pun.

Ketika Bung Hatta di asingkan oleh Belanda ke Digul, Banda Naire satu yang tidak ditinggalkan Bung Hatta adalah buku yang dibawanya, berpeti-peti sehingga buku itu menjadi teman abadi.

Bung Hatta mengatakan aku rela dipenjara, asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas. Ketika di dalam penjara itu pula Bung Hatta menulis buku salah satu diantara buku yang ditulis dipenjara itu adalah Alam Pikiran Yunan, kemudian buku ini menjadi mahar ketika Bung Hatta menikah dengan Rahmi Rahim pada tanggal 18 November 1945 di Mega Mendung.

Kecintaan Bung Hatta dan kebutuhan membaca itu sudah dimulai Bung Hatta semenjak remaja Bahkan ketika belum sekolah sudah terbiasa membaca koran langganan pamannya, sehingga tidak heran sebelum diterima sekolah dasar dia sudah bisa membaca.

Pada masa remaja kebutuhan membaca sudah terpatri dalam dirinya, apalagi setelah hijrah sekolah ke Jakarta,ia mulai membeli buku pelajaran dengan teratur dan membacanya dengan trik-trik tertentu.

Ketika Bung Hatta di Belanda buku dan membaca itu semakin tidak terpisahkan dalam hidupnya, sehingga ketika di pulang ke Indonesia buku dibawanya pulang berpeti-peti yang kemudian menjadi koleksi perpustakaan di rumahnya.

Buku-buku yang dimiliki oleh Bung Hatta itu nyaris semuanya berbahasa asing, Inggris, Belanda, Jerman dan Perancis semua bahasa itu bahasa yang dikuasi oleh putra kelahiran Bukttinggi 12 Agustus 1902 ini.

Buku koleksi Bung Hatta ini melebihi dari 10 ribu judul buku dengan tema bermacam-macam, ekonomi, budaya, politik, filsafat, hukum dan seterusnya.

Untuk mendapatkan membeli buku yang berharga itu, adakalanya diperoleh dari honor menulis di koran. Semasa di Belanda ia menulis d ibeberapa media cetak yang kemudian honornya dibelikan ke buku-buku yang dibutuhkan.

Komitmen kecintaan Bung Hatta kepada negara dan bangsa ini tidak diragukan lagi, keluar masuk penjara telah menjadi bahagian dari hidupnya demi memperjuangkan Indonesia meredeka.

Kepala Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Purwanto, menjelaskan perpustakaan Proklamator Bukittinggi, merupakan aset bangsa yang harus dimanfaatkan seganap bangsa ini pula.

Banyak literatur-literatur Bung Hatta dikoleksi di sini yang harus digali dan dipelajari oleh anak bangsa, sehingga gagasan, ide, pemikiran, tindakan dan prilaku Bung Hatta dapat dirujuk untuk kepentingan bangsa kedepannya.

Perpustakaan Proklamator Bung Hatta dapat dikunjungi oleh siapa saja, letaknya sangat strategis di kota Bukittinggi daerah kelahiran Bung Hatta.

Di samping adanya koleksi Bung Hatta juga tersedia koleksi buku-buku layaknya sebuah perpustakaan yang dapat diakses oleh semua pengunjung. Oleh sebab itu, jadikan perpustakaan menjadi kebutuhan hidup yang memberikan pencerahan.