Militan Mali Hancurkan Makam Keramat di Timbuktu

id Militan Mali Hancurkan Makam Keramat di Timbuktu

Bamako, (ANTARA/AFP) - Gerilyawan yang menguasai Mali utara menghancurkan makam-makam keramat di kota kuno Timbuktu, Kamis, kata sejumlah saksi. Penghancuran makam itu merupakan serangan terakhir terhadap situs warisan dunia yang oleh kelompok garis keras dianggap menghina Tuhan. "Saat ini, militan menghancurkan makam-makam di Kabara," sebuah daerah di bagian selatan kota itu, kata seorang saksi, "Mereka menghancurkan makam pertama dengan beliung serta peralatan lain dan menyatakan akan menghancurkan seluruh makam," katanya. Seorang warga lain mengkonfirmasi laporan itu dan mengatakan, militan garis keras tiba di daerah itu "dengan tiga kendaraan, beberapa dari mereka bersenjata". Pada Juli, militan Ansar Dine (Pembela Iman), kelompok bersenjata yang menguasai Timbuktu bersama Al Qaida di Maghribi Islam (AQIM), dikecam kalangan luas setelah mereka menghancurkan tujuh makam ulama Sufi serta "pintu keramat" menuju masjid abad 15. Kelompok itu juga menghancurkan makam-makam keramat di kota wilayah utara, Goundam dan Gao, pada September. Ansar Dine memulai penghancurkan makam setelah organisasi kebudayaan PBB UNESCO menempatkan Timbuktu dalam daftar situs warisan dunia yang terancam. Mereka juga mengancam menghancurkan tiga masjid kuno di kota itu, yang salah satunya dibangun pada 1327. Kelompok garis keras, yang kata para ahli bertindak di bawah payung cabang Al Qaida Afrika utara AQIM, kini menguasai kawasan Mali utara, yang luasnya lebih besar daripada Prancis. Militan garis keras Ansar Dine (Pembela Iman) merupakan salah satu dari sejumlah kelompok terkait Al Qaida yang mengusai Mali utara di tengah kekosongan kekuasaan akibat kudeta militer pada 22 Maret di wilayah selatan. Kelompok itu memberlakukan sharia di wilayah mereka dan berniat memperluas penerapan hukum Islam itu di kawasan lain Mali. Muslim garis keras itu juga menghancurkan makam-makam kuno Sufi di Timbuktu, yang diklasifikasi UNESCO sebagai lokasi warisan dunia. Mereka menganggap tempat-tempat keramat tersebut sebagai musyrik dan menghancurkan tujuh makam dalam waktu dua hari saja. Mali pada 1 Juli mendesak PBB mengambil tindakan setelah kelompok garis keras menghancurkan tempat-tempat keramat di Timbuktu yang didaftar badan dunia itu sebagai kota yang terancam punah. Pemberontak suku pada pertengahan Januari meluncurkan lagi perang puluhan tahun bagi kemerdekaan Tuareg di wilayah utara yang mereka klaim sebagai negeri mereka, yang diperkuat oleh gerilyawan bersenjata berat yang baru kembali dari Libya. Kudeta pasukan yang tidak puas pada Maret dimaksudkan untuk memberi militer lebih banyak wewenang guna menumpas pemberontakan di wilayah utara, namun hal itu malah menjadi bumerang dan pemberontak menguasai tiga kota utama di Mali utara dalam waktu tiga hari saja. (*/sun)