Padang, (Antara) - Akademisi sekaligus peneliti unggas dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Sabrina mengatakan bahwa masyarakat bisa melakukan ternak itik di dalam kandang tanpa harus selalu dilepas keluar. "Dengan komposisi nutrisi dalam pakan yang tepat serta kondisi yang memadai itik dapat dikembangbiakkan secara semi intensif semisal dalam Kandang," katanya di Padang, Kamis. Ia mengatakan, permasalahan utama adanya anggapan di tengah masyarakat yang muncul saat memelihara itik yakni harus melepasnya ke lapangan. Jika dikandangkan akan berpengaruh pada menurunnya jumlah telur yang dihasilkan. Padahal jika pakan atau ransum yang diberikan tepat dan sedikit dikombinasikan dengan zat lain, itik dapat dipelihara di kandang tanpa harus melepas, imbuhnya. Ia mencontohkan dalam penelitian desertasinya yang berjudul "Respon Fisiologis dan Performans Itik Pitalah yang Dipelihara Pada Ketinggian Tempat dan Protein Yang Berbeda." Dalam penelitian ini pada sampel 240 itik betina umur 14 minggu dipelihara secara semi intensif di Kenagarian Batipuh Kabupaten Tanah Datar Sumbar. Itik ini dipelihara pada dua wilayah ketinggian tempat yakni dataran rendah Kota Padang dan dataran tinggi Kota Bukittinggi. Pada saat umur 16 sampai 40 minggu itik diberi perlakuan dari tiga level protein yaitu P-14 (14%), P-16 (16 %), dan P-18 (16%) dengan kandungan energi metabolisme 2700 Kkal/kg. Kemudian pengamatan dilakukan terhadap konsumsi ransum, produksi telur setelah itik berproduksi 10 persen. Pengamatan ini dilakukan selama empat periode yaitu 1-4 minggu, 5-8 minggu, 9-12 minggu dan 13-16 minggu. Kemudian hasil ini dikaitkan dengan kandungan darah itik seperti hemoglobin, eritrosit, hematokrit, triiodotironin dan trigliserida. Hasilnya itik yang dipelihara pada dataran tinggi lebih baik dari yang di dataran rendah. Secara performans produksi itik pitalah di dataran tinggi lebih baik juga dari dataran rendah. Lebih lanjut katanya, setelah dibandingkan dengan data sekunder produksi itik yang dilepas, performans produksinya tidak terlalu jauh berbeda. Ini menandakan bahwa dalam keadaan semi intensif pun itik bisa dipelihara termasuk dalam kandang, sebutnya. Ia berharap hasil ini bisa menjadi rujukan bagi peneliti lain dan masyarakat untuk mencoba beralih beternak itik secara semi intensif. Wakil Rektor III Unand Novesar Jamarun mengatakan bahwa penelitian tentang itik Pitalah merupakan suatu kebaruan dari ilmu pengetahuan. Kebaruannya terlihat dari kajian tentang itik Pitalah ini secara kompleks dari sebelumnya yang tidak ditemukan data atau literatur secara rinci. Meskipun itik Pitalah ini merupakan salah satu Plasma Nutfah yang ada di Sumbar, penelitian khusus pada bidang ini sebelumnya belum ada. Hal ini penting, mengingat itik Pitalah merupakan salah satu kebanggaan unggas masyarakat Sumbar selain ayam kokok balenggek, ujarnya. (**/den)

Pewarta : 22
Editor :
Copyright © ANTARA 2024