Semarang, (Antara) - Sejarah perkeretaapian Indonesia yang diawali pembangunan jalur rel pertama antara Kemijen-Tanggung, Semarang, dipamerkan di Museum Kereta Api (KA) Lawang Sewu di ibu kota Provinsi Jawa Tengah itu selama sebulan penuh.
"Masyarakat bisa melihat benda-benda peninggalan sejarah perkeretaapian di negeri ini," kata Manager Pengelolaan Museum PT Kereta Api Indonesia (KAI) Sapto Hartoyo usai pembukaan pameran, di Semarang, Sabtu.
Beragam benda peninggalan sejarah perekeretaapian yang dipamerkan, seperti pesawat telepon kuno, mesin tiket kuno, mesin ketik, dan mesin telegraf yang digunakan untuk operasional perkeretaapian zaman dahulu.
Seragam masinis dan pegawai perkeretaapian dari zaman ke zaman juga dipajang, termasuk perangkat persinyalan dan miniatur berbagai jenis lokomotif dan KA yang pernah beroperasi di Indonesia.
Tampak pula lukisan stasiun-stasiun KA yang ada di Indonesia, maket perlintasan KA dengan berbagai model, serta tayangan video yang memudahkan pengunjung memahani tentang sejarah perkeretaapian di negeri ini.
Menurut Sapto, pameran sejarah perkeretaapian itu merupakan kelanjutan dari pameran serupa yang pernah digelar di Erasmus Huis, Jakarta, sekitar September lalu bekerja sama dengan Atase Kebudayaan Belanda.
"Sekarang, giliran penyelenggaraan pameran ini ditarik ke Lawang Sewu yang merupakan museum KA. Pameran ini bakal digelar selama sebulan penuh, yakni tanggal 21 Desember 2013-21 Januari 2014," katanya.
Ia menjelaskan sejarah perkeretaapian Indonesia bisa diketahui dari benda-benda peninggalan yang dipamerkan, seperti foto-foto lama tentang berbagai lokomotif, termasuk lokomotif uap yang pernah digunakan.
"Atribut-atribut perkeretaapian dari zaman ke zaman hingga kini menjadi PT KAI juga dipamerkan. Masyarakat bisa melihat secara langsung. Dimulainya pembangunan rel pertama antara Kemijen-Tanggung sekitar tahun 1864," katanya.
Berkaitan dengan digelarnya pameran tersebut, ia mengharapkan masyarakat, terutama generasi muda bisa lebih mengenal sejarah perkeretaapian di Indonesia yang telah beroperasi sangat lama.
"Generasi muda bisa belajar bagaimana perkeretaapian di Indonesia, bagaimana KA tempo dulu, bagaimana sekarang? Lewat pemahaman inilah diharapkan bisa mendorong kesadaran dan kepedulian generasi penerus," kata Sapto. (*/sun)