Padang Aro (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat melaksanakan pendidikan mitigasi bencana gempa bumi sebagai upaya menyelamatkan jiwa dan meminimalisir dampak kerugian sebab daerah itu dilalui oleh jalur sesar patahan suliti dengan potensi gempa hingga magnitudo 7,6.
"Solok Selatan berada di wilayah rawan karena adanya pertemuan lempeng tektonik dan sesar aktif yang melintas sehingga masyarakat harus senantiasa waspada dan siap siaga terhadap potensi bencana," kata Bupati Kabupaten itu, Khairunas, di Padang Aro, Selasa.
Menurut dia, Solok Selatan belajar dari berbagai peristiwa bencana di masa lalu, bahwa mitigasi dan edukasi masyarakat menjadi kunci utama dalam menyelamatkan jiwa dan meminimalisir dampak kerugian.
Pemkab Solok Selatan katanya, berkomitmen untuk mendukung upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana, serta mengintegrasikan program kebencanaan dalam setiap aspek pembangunan daerah.
Selain itu juga menjadi sarana penguatan koordinasi antara instansi teknis, Pemerintah Kabupaten dan masyarakat dalam menghadapi bencana secara terpadu.
Anggota DPR RI Zigo Rolanda mengatakan, salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sejak dini terhadap mitigasi bencana adalah dengan memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum pendidikan.
Layaknya di Jepang katanya, setiap siswa sejak jenjang pendidikan dasar sudah mendapatkan pengetahuan untuk melindungi diri saat terjadi bencana seperti gempa bumi dan tsunami yang kerap kali terjadi di negara tersebut.
Ia menilai langkah ini juga bisa diterapkan di Solok Selatan mengingat potensi bencana gempa bumi yang juga tinggi.
"Kami mendorong BMKG dan Basarnas untuk memasukkan tentang gempa dan kebencanaan dalam kurikulum sekolah," ujarnya.
Selain itu ia mendorong agar perencanaan pembangunan infrastruktur di daerah untuk memperhitungkan potensi gempa sehingga meminimalisir kerusakan saat gempa terjadi.
Direktur Gempa dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, pelaksanaan sekolah lapang bertujuan untuk menciptakan masyarakat dengan konsep ‘zero victim’ atau nol korban jiwa karena masyarakat tahu cara menyelamatkan diri saat bencana terjadi.
Menurut dia, walaupun gempa Solok Selatan jarang gempa namun jika terjadi potensinya akan sangat besar atau low frequency, high impact.
Solok Selatan katanya, dikelilingi empat segmen aktif, yaitu Suliti, Sianok, Sumani, dan Siulak dan berdasarkan catatan sejarah, segmen-segmen ini pernah memicu gempa besar, diantaranya Tahun 1909 (magnitudo 7,6), Tahun 1943 (magnitudo 7,0), Tahun 1995 (magnitudo 6,7), dan 2007 (magnitudo 6,3).
"Gempa tidak bisa diprediksi, dan gempa tidak membunuh, yang membunuh adalah bangunan yang roboh, selama bangunan kita tidak tahan gempa, maka potensi korban tetap ada," ujarnya.